Selasa, 01 Desember 2015

Haruskah kita menambahkan “Bean” dalam Makanan Kita?

Banyak sekali makanan yang mengandung “bean” dan keluarga polong-polongan yang lain (soya bean, red atau kidney bean, lentils, petai, jengkol, kacang hijau dst) dianggap sebagai sumber protein yang baik karena rendah lemak, bebas kolesterol dan rendah kalori.

 

Semua makanan itu tak mungkin kita makan dalam kondisi mentah. Biasanya paling sedikit kita harus memanggang, mengkukus atau merebusnya terlebih dahulu.

Beans juga dikenal sebagai Buah Musik

Kenapa?

Karena makin banyak kita mengkonsumsinya makin banyak bunyi “tuuttt..” yang kita ciptakan. Makin banyak kita kentut, makin lega rasanya.

Mengapa demikian?

Sebagian besar keluarga polong (legumes) mengandung oligosaccharides, sebuah gula kompleks. Manusia tidak mempunyai kecukupan enzim untuk menguraikan jenis gula ini sehingga banyak sekali gula-gula ini yang berjalan mengarungi proses sistem pencernaan terus dalam kondisi utuh. Begitu gula-gula utuh ini sampai pada usus besar, mereka terfemntasi sehingga menimbulkan gas.

Alasan lain yang membuat beans berhubungan dengan terjadinya gas adalah tidak hanya beans itu sendiri. Karena bentuk beans tidak menarik dan lunak, biasanya mereka selalu dimasak dengan disertai bumbu, minyak atau hal lain yang membuatnya jadi menarik dan enak dimakan. Misalnya: minyak, garam, Lombok, humus atau bahkan keju. Tidak jarang pula beans ini juga digunakan sebagai tambaha atau campuran pada roti, corn chips, crackers dan banyak makanan lain.

Tidak jarang makanan yang dipopulerkan sebagai “makanan sehat” diproses atau dibuat dengan cara semacam ini.

Padahal makanan yang dipanaskan dengan minyak atau bahkan digoreng, dicampur dengan gula dst merupakan campuran makanan yang sangat buruk (kombinasi yang sangat buruk) yang akan menyebabkan gas dan perut kembung.

Tidak hanya itu, keberadaan “lektin” (“lectin) di dalam keluarga polong bisa membuat gangguan serius pada usus.

Phytohemagglutinin, Linamarin, Hydrocyanic Acid

Selain susah untuk dicerna, beberapa keluarga polong dan beans tertentu juga cukup beracun. Misalnya, kacang merah (red beans, kidney beans) mengandung PHA (phytohemagglutinin) yang merupakan lektin beracun. PHA, seperti juga semua lektin, merupakan pestisida alami yang digunakan tumbuhan untuk melindungi dirinya dari para predator.

Bagaimana dengan kita? PHA akan merusak lapisan usus sehingga dalam jumlah banyak akan menyebabkan kita mual, muntah, diare serta penggumpalan darah1).

Kacang merah harus direndam dan direbus terlebih dahulu agar agak aman untuk dimakan. Kacang merah ini sebaiknya harus direbus dengan air mendidih selama sekurangnya sepuluh menit. Jika kurang masak maka racun itu akan tetap ada. Memasak beans dengan slow cooker tidak akan cukup menghancurkan racun-racun tersebut sekalipun bau tidak sedap dan rasa tidak enaknya hilang2).

Walaupun jumlahnya lebih sedikit, tetapi kacang hijau dan kacang parang (fava beans) juga mengandung lektin ini. Kacang lima (lima beans) mengandung jenis lektin yang lain yang juga beracun yang disebut dengan linamarin. Dalam proses pencernaan, linamarin dan lotaustrali dapat menjadi racun yang sangat berbahaya yang dikenal dengan nama hydrogen cyanide.

Semua keluarga polong (seperti juga grains) mengandung banyak lektin. Sekalipun tingkat bahayanya lektin yang lain tidak sebahaya PHA, tetapi mereka tetap akan terikat pada lapisan usus kita dan menyebabkan kerusakan usus jika dikonsumsi dalam jumlah banyak dan terus menerus (terakumulasi).

Kacang Kedelai (Soya Beans)?

Walaupun sejumlah orang mengatakan bahwa kacang kedelai adalah makanan sehat dan bahkan tidak sedikit yang begitu fanatik pada kacang kedelai, tetapi tidak kurang juga yang menentangnya.

Bahkan dikatakan pula bahwa “racun pada kadang kedelai yang berupa glycoprotein sangat mematikan bagi tikus, kelinci dan anjing jika kadarnya 5.6 mg/kg. Lihat juga berbagai keburukan kedelai yang lain.3).

Paling aman dan paling cocok tentu buah segar manis tak berlemak lokal musim dan kalau bisa gratis (dari tanaman sendiri) ditambah dengan sayuran berwarna hijau organik.

Kalau tidak bisa menahan untuk tetap makan “beans” atau “legumes”, jangan lupa merebusnya cukup lama dan batasi jumlahnya. Kita tidak mau menjadi bahan penelitian para ahli yang pro-kontra terhadap beans dan juga kedelai bukan?

Salam bahagia sepanjang masa..

 

1) http://en.wikipedia.org/wiki/Phytohaemagglutinin
2)http://www.fda.gov/Food/FoodSafety/FoodborneIllness/FoodborneIllnessFoodbornePathogensNaturalToxins/BadBugBook/ucm071092.htm
3) – Irvine Liener, ” Soyin, A Toxic Protein From The SoyBean”, Division of Agricultural Biochemistry,  Universtiy of Minnesota, 1952.
– Janne Keila S. Morais, Valdirene M. Gomes §, José Tadeu A. Oliveira, Izabela S. Santos §, Maura Da Cunha §, Hermogenes D. Oliveira , Henrique P. Oliveira †, Daniele O. B. Sousa, and Ilka M. Vasconcelos , “Soybean Toxin (SBTX), a Protein from Soybeans That Inhibits the Life Cycle of Plant and Human Pathogenic Fungi”, Journal Agricultural Food Chemistry 58 (19): 10356-10363, 2010.
– “UNZA researcher attributes increase in cancer in Zambia to consumption of foods that contain soya”,  February 2, 2013 6:35 am, http://www.lusakatimes.com/2013/02/02/unza-researcher-attributes-increase-in-cancer-in-zambia-to-consumption-of-foods-that-contain-soya/
– Kaayla T. Daniel, PhD, CCN, “The Whole Soy Story: The Dark Side of America’s Favorite Health Food”,
NewTrends Publishing, Inc., 2005 

From : sumansutra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar