Selasa, 01 Desember 2015

Mengapa para vegetarian juga bisa kegemukan, menderita rematik, stroke, diabetes atau kanker?

Peternakan dan perikanan memang merupakan pencemar lingkungan terbesar selama sejarah peradaban manusia. Peternakan dan perikanan juga merupakan lebih dari 80% kontributor ‘global warming (GW)’. GW merupakan penyebab 90% bencana alam yang makin sering terjadi di Bumi ini.

 

Oleh karena itu, menjadi vegetarian atau menghindari semua produk hewani merupakan suatu keharusan mutlak jika kita ingin melindungi Bumi dan mencegah terjadinya bencana yang makin parah, yaitu supaya para pengusaha perusak lingkungan (peternak dan nelayan) mengganti usahanya ke bidang yang ramah lingkungan. Menjadi vegetarian juga merupakan pola hidup yang mutlak harus kita lakukan jika kita ingin mewariskan Bumi yang indah ini kepada generasi mendatang. Pola hidup tanpa produk hewani juga merupakan keharusan bagi para penyayang hewan dan mereka yang ingin menyebarkan cinta-kasih kepada sesama, kepada Bumi dan kepada apa saja.

 

Tidak ada dalih apapun yang pantas dibuat untuk menunda menjadi vegetarian.

 

Tetapi, mengapa sejumlah vegetarian justru menjadi gemuk ketika mereka mengubah pola makannya menjadi vegetarian dan beberapa dari mereka juga terkena stroke, kanker dan diabetes? Mari kita perhatikan beberapa hal berikut ini.

 

Kenyataan bahwa vegetarian yang mendapat masalah kesehatan, seperti :

 

–          Steve Job, vegan dan meninggal karena kanker pankreas

–          Linda McCartney, akitifis vegan, isteri pendiri Organisasi Vegan terbesar di dunia (PETA), meninggal karena kanker payudara

 

hingga

 

–          isteri mantan ketua organisasi vegetarian  Indonesia, meninggal karena kanker payudara

–          mantan ketua organisasi itu, vegetarian, menderita stroke

–          berbagai tokoh gizi vegetarian Indonesia, cenderung badannya menjadi tambun

–          banyak vegetarian, ‘yang lain yang tidak terkenal yang kita jumpai’, justru menjadi gemuk atau menderita berbagai penyakit kronis tersebut,

 

tentu tidak mengubah keyakinan bahwa produk hewani merupakan pemicu begitu banyak masalah kesehatan. Mereka yang menjadi gemuk, sakit, atau bahkan cepat meninggal setelah menjadi vegetarian tentu terjadi bukan karena ‘vegetarian’nya. Sangat-sangat banyak juga yang menjadi vegetarian dan terutama melakukan pola makan segar lalu langsing atau sembuh dari berbagai penyakit kronis. Lalu, apa kesalahan para vegetarian yang menjadi gemuk atau justru menjadi sakit tersebut?

 

Banyak sekali yang bisa memicu mereka menjadi sakit karena sebenarnya seperti juga pola makan segar.

 

Vegetarian bukanlah obat, tetapi sekedar pola hidup yang lebih ramah lingkungan dan lebih sehat belaka.

 

Stres berkepanjangan, kurang olah raga yang tepat, terlalu capai, salah makan, pola makan yang buruk dst. itulah yang menjadi contoh pemicu-pemicunya.

 

Tetapi, bagaimana para vegetarian bisa melakukan pola makan yang salah dan bagaimana mengatasinya?

 

Kelebihan Lemak atau Kelebihan Berat Badan

 

Jangan hanya sekedar terpaku pada perbandingan BMI (body mass index) saja, tetapi begitu perut mulai tambun, tidak lurus lagi dibanding bagian atas atau bawahnya, itu sudah merupakan pertanda bahwa kita kelebihan lemak. Padahal kita tahu, selain tidak sedap dipandang, kelebihan lemak merupakan pemicu berbagai penyakit kronis.

 

Mereka yang mengkonsumsi produk hewani, tentu lemak itu berasal dari daging, susu, telur dan ikan yang mereka konsumsi. Namun tentu tidak hanya itu, para vegetarian pun bisa mendapatkan terlalu banyak lemak.

 

Kalau daging dan produk hewani memang sulit dicerna dan tetap bertahan lama di dalam perut sehingga terkadang sampai begitu membusuk baru bisa mencapai proses pengeluaran, makanan vegetarian relatif lebih cepat dicerna sehingga sisanya juga lebih cepat sampai pada proses ekskresi. Oleh karena itu, produk hewani lebih membuat perut terasa lama kenyang dibandingkan dengan makanan vegetarian.  Para vegetarian lalu merasa bahwa perutnya bisa segera diisi kembali setelah sejumlah makanan dilahapnya, dan inilah yang membuat mereka kelebihan makan dan akhirnya membuat mereka kelebihan lemak.

 

Banyak pengetahuan tentang nutrisi yang keliru yang membuat mereka lalu terobsesi untuk makan lebih banyak dan bahkan terlalu sangat banyak. Para ahli nutrisi mengemukakan kebutuhan nutrisi berdasarkan statistik para pengkonsumsi produk hewani dan sebagian besar data yang mereka peroleh dibuat atas dorongan industri peternakan dan perikanan serta industri obat. Mulai dari protein, karbohidrat, kalsium, vitamin B12 hingga omega 3, EPA dan DHA, menjadi senjata untuk membuat orang ketakutan meninggalkan produk hewani.

 

Mereka menyangka bahwa dengan meninggalkan produk hewani maka mereka akan banyak kehilangan nutrisi. Banyak vegetarian yang lalu mengkonsumsi berbagai macam suplemen begitu beralih menjadi vegetarian. Kalau tidak, mereka akan cenderung banyak sekali mengkonsumsi produk yang terbuat dari kedelai, mulai dari tahu, tempe hingga susu soya.

 

Hampir semua produk yang beredar sekarang selalu mengandung produk kedelai (emulsifier, arabic gum dst). Lagi-lagi iklan begitu berpengaruh pada masyarakat luas, yaitu bahwa kedelai merupakan salah satu ‘makanan kesehatan’. Padahal istilah ‘makanan kesehatan’ itu sendiri benar-benar justru ‘tidak menyehatkan’, membuat banyak orang lalu berpikir keliru tentang makanan. Kalau mereka sakit atau merasa dirinya lemah, mereka lalu makan banyak-banyak. Mereka tidak pernah berpikir dengan demikian mereka juga memaksa pencernaan bekerja terlalu berat dan membuat tubuh makin capai dan lemah. Mereka hanya berpikir tentang ‘makanan baik’ dan ‘makanan buruk’.

 

Padahal, seperti juga obat, tidak ada satu jenis makanan pun yang bisa membuat orang sehat atau sembuh dari penyakit. Kita hanya berupaya untuk mengurangi gejala penyakit, mengurangi racun yang masuk ke dalam tubuh sehingga tubuh masih punya kesempatan untuk memperbaiki dirinya sendiri sehingga menjadi sehat, bugar dan kuat kembali.

 

Omega-3 dan Minyak Baik

 

Mereka menyangka bahwa ikan salmon adalah ‘makanan baik’ karena mengandung omega-3 dan tidak pernah menyadari bahwa sesungguhnya lemak ikan salmon tetaplah lemak dan omega-3 di dalamnya hanyalah sebagian sangat kecil saja.

 

Mereka menyangka bahwa segelas susu soya penuh dengan protein bisa membuat mereka menjadi bertambah sehat, tanpa menyadari bahwa sesungguhnya mereka memasukkan terlalu banyak protein dan kalori. Mereka tidak pernah mengira bahwa sebagian besar orang justru menderita sakit akibat ‘kelebihan protein atau memasukkan protein yang tidak bisa terserap oleh tubuh dengan baik’ ketimbang ‘kekurangan protein’.

 

Karena pandangan tentang ‘makanan kesehatan’ dan makanan ‘baik’ atau ‘buruk’ yang selalu terbersit di banyak orang, mereka juga menyangka bahwa extract virgin olive oil (minyak zaitun) atau minyak salad (minyak kedelai) adalah sangat baik untuk kesehatan mereka. Sekalipun memang jauh lebih sedikit mengandung racun daripada mayonaise yang terbuat dari telur dan susu, tetapi mayonaise vegan tetap juga mengandung terlalu banyak lemak, gula dan cuka. Begitu mereka makan salad yang menyegarkan, mereka lalu merusaknya dengan  mayo atau dressing yang sesungguhnya sangat tidak bersahabat dengan tubuh kita. Sayang sekali, mereka telah menyirnakan kesegaran dan energi matahari yang berada pada sayur segar dengan memasukkan  begitu banyak lemak dan gula ke dalam tubuh. Kesegaran energi matahari itu tak pernah sempat dinikmati oleh tubuh karena mereka terpaksa berjuang keras mencerna lemak, protein, gula dan cuka yang masuk ke dalam tubuh.

 

Paradigma tentang Nutrisi

 

Seharusnya para ahli nutrisi mulai mengalihkan perhatian mereka sehingga mereka tidak terpaku dengan kebutuhan nutrisi tetapi seberapa besar mereka kehilangan nutrisi. Mereka harusnya punya formula matematis yang lebih lengkap, tidak sekedar berpikir bahwa ‘bila sakit, bila capai’ maka tubuh perlu perbaikan sel-sel dan karena protein lah yang sangat berperan untuk proses perbaikan itu maka lalu tubuh memerlukan asupan protein lebih banyak. Mereka juga harus memperhitungkan berapa besar tubuh harus bekerja keras akibat terlalu banyak protein yang dimasukkannya dan berapa banyak benda asing yang merangsang terjadinya autoimun yang ada dalam asupan suplemen vitamin atau makanan yang masuk ke dalam tubuh.

 

Sekalipun Amerika Serikat merupakan negara yang menghabiskan anggaran paling besar untuk penelian tentang kanker, tetapi SAD (Standar American Diet) sendiri justru berperan besar pada tiap penyakit yang muncul yang mereka teliti dengan biaya dan anggaran yang sangat besar. SAD sendiri justru membuat krisis kesehatan di Amerika Serikat makin meningkat.

 

Mereka juga harus lebih memperhatikan berapa banyak bayi-bayi yang baru lahir yang menderita diabetes, kanker dan berbagai penyakit lain dan tidak sekedar mengkambinghitamkan bahwa semua itu karena masalah genetika belaka.

 

Banyak pengetahuan nutrisi yang berkembang dan justru membingungkan serta membuat orang menjadi ragu untuk memilih pola makan yang tepat. Pengetahuan itu juga sering membuat orang malah cenderung menjadi sakit dan tentu tidak bugar lagi.

 

Mereka juga lalu membuat orang bertanya tentang ‘darimana mendapat protein, kalsium, omega-3, vitamin B-12?’ ketimbang berapa banyak lemak, berapa besar kelebihan protein, berapa besar tubuh dapat menyerap nutrisi dari makanan yang mereka konsumsi.

 

Lebih lanjut, ikuti tulisan-tulisan  tentang protein, omega-3, vitamin B12 dst yang mungkin tak kita duga sebelumnya.

 

dan jangan lupa ….

 

–          penuhi kebutuhan kalori kita dengan buah segar manis tak berlemak, lengkapi kebutuh vitamin dan mineral tubuh dengan sayur segar berwarna hijau, ciptakan cita rasa makanan kita dengan maksimal sejumput biji atau sesedok teh minyak segar

–          cukup paparan sinar matahari

–          cukup berolahraga yang baik

–          bersyukur kepada Tuhan

 

lalu nikmatilah hidup segar bugar sepanjang masa tanpa obat dan tanpa suplemen!

 

Selamat makin sehat, kuat dan bugar!


Makanan segar atau makanan kehidupan atau living food adalah makanan yang masih mengandung berbagai enzim kehidupan (berasal dari energi matahari melalui proses fotosintesa) dan yang tidak dipanaskan di atas 45 derajat Celsius. Daging, telur, ikan dan susu mentah tidak termasuk ke dalam golongan makanan kehidupan karena mereka tidak lagi mengandung enzim kehidupan.

From : sumansutra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar