Selasa, 01 September 2015

KITAB SUCI GIOK LEK

Kitab suci Giok Lek
mengisahkan arwah-arwah manusia berdosa yang menjalani siksa derita diakhirat sesuai dengan perbuatan semasa hidupnya didunia.
Disusun oleh : Gan K.H.
Te cong ong pou sat

Tenang sabar bagai bumi, diam konsentrasi menyimpan rahasia, itulah arti
sesungguhnya dari Te cong ong pou sat, rangkaian kata ing dalam
Te cong cap lun king.Te cong ong pou sat pernah berujar bahwa ia akan
menolong arwah-arwah manusia yang menderita dan sengsara di neraka.
Bahwa Te cong ong dipandang sebagai pou sat, manakala seseorang meninggal
dunia arwahnya dituntun dan disadarkan untuk menempuh jalan suci menuju
kebenaran.

Dalam kitab logat buddhis menerangkan secara umum orang beranggapan
bahwa Te cong ong pou sat hanya menumpahkan perhatiannya di akhirat belaka,
padahal Te cong ong pou sat juga menumpahkan perhatiannya di dunia fana dan
alam atas. Hal mana jarang diketahui karena tugas ini sengaja dibebankan
kepada Te cong ong oleh sekya ji lai secara pribadi. Sekya ji lai
menganjurkan supaya pada saat meditasi mencapai tingkat dyana sekaligus
memasuki tiga lapis alam serta memeriksa isinya bagi yang menderita dan
tersiksa, pantas diberi perlindungan dan pertolongan supaya dituntun dan
dilindungi.

Selama sekya ji lai masuk ke nirwana dan Bi lek hud belum menjelma di dunia
fana. Te cong ong bertanggung jawab terhadap mahluk-mahluk yang berada
di tiga lapis alam itu, membimbing, membina dan melindungi mereka menuju
kejalan keselamatan.Ini berarti dispensasi penuh diberikan kepada
Te cong ong ia memegang wewenang untuk menghapus meringankan hukuman setiap
arwah yang harus menjalani hukuman sesuai perbuatannya dimasa hidupnya
di dunia. Tugas membimbing dan menyadarkan arwah-arwah ini ke jalan benar
terhitung selesai setelah para pesakitan itu genap menjalani hukuman.

Dalam hal ini perlu kita ketahui berat atau ringan hukuman arwah seseorang
adalah sesuai dengan karma perbuatan orang itu waktu hidup di dunia fana.
Dalam hal inilah Te cong ong berperan aktif membantu para arwah itu supaya
tidak lagi melakukan, karma buruk pada penitisannya yang akan datang.
Perlu juga dijelaskan yang dimaksud dengan tiga lapis alam disini adalah
neraka, dunia fana dan sorgaloka. Ketiga lapis alam ini masih termasuk
diantara 6 tingkat lapis alam yang tetap dikuasai roda samsara.
Te cong ong pou sat memang identik dengan kecakapan TE berarti bumi,
CONG berarti simpan, sembunyi atau genggam, ONG berarti raja,
pusat atau pimpinan yang terkemuka. Makna Te cong ong yaitu tenang bagai
bumi waspada dan cermat supaya tiada sesuatu yang tersembunyi dalam
genggamannya. Secara singkat makna itu berarti PUSAT KETENGAN DAN KESADARAN.
Lebih jauh dapat dijelaskan bahwa huruf TE berarti “Tekad” besar yang ingin
mencapai tingkat kesempurnaan dengan tanpa menghiraukan kesukaran dan
kesengsaraan yang akan dialaminya berpegang teguh pada pendirian, ibarat
bumi yang tenang dan mantap tidak bergeming sedikitpun. Huruf CONG berarti
teliti dan cermat, memeriksa seluruh isi yang berada di tiga lapis alam
hingga tiada sesuatu yang ketinggalan, bahkan dapat menyingkap tabir
rahasia yang tergenggam didalamnya. Huruf ONG berarti pusat sentral.
Te cong ong pou sat yang satu ini menjadi pusat atau sentral kewaspadaan
dan kecermatan pusat ketenangan dan kesadaran. Gelar Te cong ong memang
diperolehnya setelah beliau mencapai kesempurnaan.
Diantara Sam kai liok to lun wi yaitu tuhan, manusia, rasul, iblis, neraka
dan binatang yang paling menderita di neraka uji atau gemblengan paling
berat dan keras juga di neraka. Namun Te cong ong pou sat justru berani
menantang kesukaran tak gentar menghadapi derita maupun sengsara. Tekadnya
sudah bulat menolong umat manusia. Te cong ong bersemboyan, sebelum neraka
kosong dari para hukuman, ia bersumpah  menjadi buddha.

Logis kalau proyek kerjanya berada di neraka. Karena dialah pelindung dan
pengayom para arwah yang menjalani hukuman serta menuntunnya ke jalan yang
benar menyadarkan mereka untuk tidak mengulang perbuatan yang tercela.
Hal itu memperbesar arti keberadaan dan peranan Te cong ong di neraka.
Oleh karena itu beliau juga dinamakan Yu bing kau cu.
Konon Te cong ong memelihara seekor singa yang diberi nama The Teng,
The Teng memiliki kesaktian yang luar biasa, telinga kirinya dapat
menangkap suara di tingkat terbawah sampai tingkat ke 33 di langit,
telinga kanannya dapat menyadap suara di tingkat ke 18 dalam lapis bumi.

Dari bantuan The Teng Te cong ong banyak memperoleh informasi, yang terjadi
dalam tiga lapis alam.Seribu lima ratus kemudian, setelah sekya ji lai
masuk nirwana kehidupan manusia di mayapada masih juga timbul tenggelam,
masih banyak manusia yang belum mau mengerti adanya hukum sebab dan akibat,
martabat manusia menjadi makin buruk, malah tak segan melakukan kejahatan
terhadap sesamanya. Padahal semua ini bertentangan dengan hukum, hukum
kodrat yang mengutamakan welas asih dan cinta kasih untuk mengemban
tugas berat inilah Te cong ong pou sat merelakan diri menjelma ke dunia
menjadi manusia biasa lahir sebagai putra mahkota di kerajaan Sin lo kok
dalam wilayah korea timur sebagai putra sulung keluarga Kim dengan nama
kiau kak.Sejak kecil kim kiau kak sudah menunjukkan gejala-gejala aneh dan
luar biasa dalam cara hidupnya. Tatkala tahun Eng hwi ke 4 saa Tong ko cong
bertahta ( masehi 653 ), dalam usia 24 beliau mencukur gundul rambutnya,
dengan membawa seekor anjing peliharaannya yang setia ( bukan singa )
bernama sian thing, kim kiau kak berlayar ke negeri seberang, merantau
ke selatan yang akhirnya mendarat di Kanglam. Dari kanglam ia melanjutkan
perjalanan ke utara suatu hari ia berada di kiu hoa san, gunung ini terletak
di kabupaten Ceng yang dalam wilayah An hwi.

Kim hoa san milik Bin kong pribadi, seorang berpangkat yang kaya raya dan
sudah pensiun, sebagai orang berada Bin kong terkenal dermawan, saleh dan
supel, sejak masih muda ia sudah biasa melakukan kebajikan terutama terhadap
yatim piatu dan orang tua jompo, orang-orang beribadat dan fakir miskin
umumnya. Secara priodik ia membagi uang kepada ratusan fakir miskin yang
memang sudah dijatahkan untuk mereka. Dalam menunaikan dharma kebajikan.
Bin kong juga mengumpulkan para Hwesio atau saykong pengembara, kepada
mereka khusus disediakan tempat tinggal dan makanan tersendiri, sudah
sejak lama usaha bin kong untuk menggenapi seratus hwesio yang dikumpulkan
di rumahnya belum juga tercapai, padahal sampai hari itu sudah sembilan
puluh sembilan hwesio terkumpul di rumahnya. Diluar kebiasaannya, entah
hasrat apa yang mendorongnya untuk jalan-jalan menghirup angin pegunungan
yang segar sambil menikmati pemandangan alam, sudah tentu dalam hati ia juga
mengharap bakal bertemu dengan seorang hwesio dan mau diundang kerumahnya
untuk menggenapi jumlah seratus hwesio seperti yang dicita-citakan selama
ini.

Entah kebetulan atau memang sudah ditakdirkan oleh tuhan. Pagi hari itu,
di jing ge giam dalam wilayah ping yang, bin kong bertemu dengan kim kiau
kak yang saat itu sedang samadi dibawah gubuk beratap ijuk yang dibangunnya
secara darurat. Singkatnya bin kong memohon kepada kim kiau kak untuk
berkunjung kerumahnya, lalu ia juga menjelaskan tentang keinginan hatinya
selama ini. Ternyata kim kiau kak langsung menerima undangan bin kong hanya
saja ia mengajukan satu permohonan kepada bin kong permintaan yang mudah dan
tidak sukar, yaitu sebidang tanah seluas kasa yang dipakai orang, permintaan
ini jelas tidak berarti bagi bin kong tanpa pikir ia meluluskan permintaan
kim kiau kak sembarang kasa, jubah itu ternyata sakti dan mujijat, setelah
mengucap terima kasih kim kiau kak menanggalkan jubahnya, sekali kebut kasa
merah ditangannya itu dilemparnya keudara, kasa itu berkembang dan terus
membumbung tinggi keangkasa, akhirnya menutup seluruh puncak kiu hoa san.
Sebagai seorang dermawan yang saleh bajik dan murah hati meskipun keajaiban
ini sempat membuatnya bingung dan takjub, tapi bin kong tidak menjadi kecil
hati, bahkan senang dan gembira, dengan tulus dan ikhlas ia serahkan puncak
kiu hoa san miliknya itu kepada kim kiau kak.
Kembali bercerita tentang bin kong, setelah melongo sekian saat menyaksikan
kesaktian kim kiau kak, ia insaf bahwa hari ini dirinya berhadapan dengan
orang setengah dewa, dengan sikap hormat ia persilahkan kim kiau kak mampir
kerumahnya. Setiba di rumah bin kong langsung memanggil putra tunggalnya,
lalu memohon kepada kim kiau kak sekiranya sudi menerimanya sebagai murid.
Bermula kim kiau kak hanya memberikan pelajaran pokok-pokok dasar agama,
baru beberapa tahun kemudian ia menerima putra bin kong menjadi murid
secara resmi serta ikut bertapa di kiu hoa san dengan gelar Tobing Hwesio.
Beberapa tahun kemudian bin kong yang sudah lanjut usia menyadari bahwa
darma baktinya selama ini terhadap sesama manusia rasanya sudah mencukupi
batas kemampuannya, lalu ia pun mulai bertapa di kiu hoa san dan menggangkat
to bing hwesio atau putranya sendiri sebagai guru. Maka dalam gambar sering
kita lihat Te cong ong pou sat diapit dua orang, yang tua disebelah kanan
yaitu bin kong, yang kiri seorang hwesio muda yaitu to bing hwesio anak
bin kong.

Sejak tahun kau goan ke XVI tatkala kaisar Tong hian cong bertahta
kim kiau kak yang juga bergelar bu ke hwesio sudah bertapa di kiu hoa san
hingga tahun tin goan ke X atau 794 masehi, tepat pada tanggal 30 bulan
tujuh penanggalan imlek, kim kiau kak alias bu ke hwesio meninggal dunia
dalam usia 99 tahun jenasah bu ke dikubur dalam sebuah liang batu yang
khusus dibuat di gunung itu. 3 tahun kemudian, tepatnya pada tahun
Tin goan ke XIII atau tahun 797 masehi para murid dan pemujanya bersepakat
membangun sebuah menara yang terletak di selatan gunung untuk
menyempurnakan jasadnya yang suci. Saat liang kuburnya dibuka,
badan kasar mummy bu ke hwesio kelihatan masih utuh seperti saat hidupnya
dahulu wajahnya. masih tampak segar bugar seperti masih hidup, waktu
diperhatikan wajahnya persis dengan Te cong pou sat dalam gambar, maka
orang banyak beranggapan dan percaya bahwa kim kiau kak alias bu ke hwesio
tidak lain adalah penitisan Te cong pou sat. Waktu menara itu selesai
dibangun, lalu dinamakan menara Te cong. Secara resmi murid-muridnya
memimpin suatu upacara sembahyang besar, malam itu menara dimana mummy
bu ke hwesio disemayamkan memancarkan cahaya benderang, oleh sebab itu
bagian selatan gunung itu dinamakan sin kong nia. Sejak saat itu kiu hoa san
makin diagungkan sebagai tanah suci kaum buddhis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar