PENDAHULUAN
Brahamajala sutta merupakan sebuah sutta yang sangat penting untuk dipelajari dan direnungkan karena isi sutta ini menguraikan tentang berbagai pandangan atau ajaran dari berbagai aliran kepercayaan yang ada serta berkembang pada masa kehidupan sang buddha. Walaupun uraian dalam sutta ini telah diungkapkan oleh sang buddha 2.500 tahun yang lalu, namun isinya masih up to date. Ada dua pokok besar yang diuraikan dalam brahmajala sutta, yaitu tentang sila ( peraturan prilaku moral ) dan ditthi ( pandangan atau teori ajaran ).
Semua pandangan ini dibagi dalam dua kelompok, yaitu :
Pubbantanuditthino ( pandangan mengenai masa yang lampau ), terdiri dari 18 ditthi yang diuraikan sebagai :
Empat pandangan sassatavada ( eternalis ) yang menyatakan bahwa atta ( jiwa ) atau loka ( dunia ) adalah kekal.
Empat pandangan sassata asassatavada ( semi eternalis ) yang menyatakan bahwa atta dan loka adalah sebagian kekal dan sebagian tidak kekal.
Empat pandangan antanantika ( ekstentionis ) yang menyatakan bahwa atta dan loka adalah terbatas dan tidak terbatas.
Empat pandangan amaravikkepika ( berbelit belit ), yang bilamana ada pertanyaan yang diajukan pada penganutnya, maka mereka memberikan jawaban yang berbelit belit, sehingga membingungkan pendengarnya.
Dua pandangan adhiccasamuppanika ( asal mula sesuatu terjadi secara kebetulan ), yang menyatakan bahwa atta dan loka terjadi atau muncul tanpa adanya suatu sebab.
Aparantakappika ( pandangan mengenai masa yang akan datang ), yang terdiri dari 44 ditthi yaitu :
Enam belas pandangan
uddhamaghatanikasanavada ( setelah meninggal kesadaran tetap ada ), yang menyatakan bahwa atta tetap hidup terus setelah kita meninggal.
Delapan pandangan
Uddhamaghatanikasanivada ( setelah meninggal kita tak memiliki kesadaran ), yang menyatakan bahwa setelah kita meninggal atta adalah tanpa kesadaran.
Delapan pandangan
Uddhamaghatanikan'evasanni nasannivada ( setelah meninggal ada kesadaran dan tanpa kesadaran ), yang menyatakan bahwa setelah meninggal atta adalah milik kesadaran dan tanpa kesadaran.
Tujuh pandangan
Ucchedavada ( annihilasi ), yang menyatakan bahwa setelah kita meninggal kita hancur dan lenyap.
Lima pandangan
Ditthadhammanibbanavada ( mencapai pembebasan mutlak dalam kehidupan sekarang ini ), yang menyatakan nibbana dapat dicapai dalam kehidupan sekarang.
Diantara ditthi atau pandangan mengenai masa yang lampau, yaitu beberapa pandangan eternalis, menyatakan bahwa ada orang yang karena semangat, tekad, kesungguhan dan kewaspadaan bermeditasi, ia dapat memusatkan pikirannya, batinnya menjadi tenaga sehingga ia memiliki kemampuan batin ( abhinna ) untuk mengingat banyak kehidupan yang lampau yaitu :
Pada satu hingga puluhan ribu kehidupan yang lampau dibumi ini.
Pada satu hingga empat puluh kali masa bumi terjadi, hancur dan bumi terjadi kembali.
Pada uraian tentang ditthi ditthi ini yang ditekankan adalah tentang keyakinan adanya jiwa yang kekal, yang selalu ada walaupun bumi bumi yang kita diami selalu muncul silih berganti. Dengan demikian, paham ini menekankan pula pandangan bahwa bumi ini telah berkali kali terjadi hancur dan muncul kembali hingga empat puluh kali bumi berevolusi. Namun dalam kaitannya dengan ditthi ditthi itu, sang buddha menyatakan bahwa ia " telah menyadari dan mengetahui hal hal lain yang lebih jauh dari jangkauan pandangan pandangan mereka itu, dengan kekuatan batinnya ia merealisir jalan pembebasan dari pandangan pandangan tersebut".
Pengetahuan sang buddha yang didasarkan pada kekuatan batinnya bukanlah kemampuan yang muncul karena pola pikiran seperti yang dimiliki manusia awam. Beliau telah berhasil mengembangkan pikiran atau batinnya dengan cara bermeditasi ketenangan batin ( samatha bhavana ) dan pandangan terang ( vipassana bhavana ). Dengan samatha beliau berhasil miliki batin yang tenang juga memiliki kekuatan batin ( abhinna ) yaitu :
Iddhividdhi ~ kemampuan batin berkenaan dengan phisik, ia dapat merubah diri menjadi banyak, berwajah lain, berwujud lain, menghilang, berjalan diatas air, melayang diangkasa, menyelam dalam tanah, merubah benda sesuai apa yang disukainya dsb.
Dibbacakkhu ~ kemampuan batin untuk melihat jauh dan dekat tanpa batas.
Dibbasota ~ kemampuan batin untuk mendengar jauh dan dekat tanpa batas. Ia dapat mendengar suara atau percakapan yang dilakukan oleh manusia maupun makhluk makhluk lain yang tak terdengar oleh telinga manusia biasa, pada jarak dekat maupun jauh. Beliaupun dapat berkomunikasi dengan semua makhluk.
Cetopariyanana ~ kemampuan batin untuk membaca pikiran manusia dan makhluk makhluk lain. Ia dapat mengetahui isi pikiran orang atau makhluk lain sebelum hal itu dikatakan.
Pubbenivasanusatti ~ kemampuan batin untuk mengetahui kehidupan kehidupan lampau dari semua makhluk, seperti tentang perbuatannya, penyebab kelahirannya, keluarganya, kawan maupun lawannya, adat kebiasaan, makanan dsb. Yang berkenaan dengan semua kondisi makhluk itu. Berdasarkan pada kondisi kondisi yang lampau itu maka manusia dan makhluk lahir kembali dengan segala kondisi dan potensi yang mereka miliki pada kehidupan sekarang.
Dengan memiliki abhinna ini, beliau mengembangkan pikiran ( batin ) melihat lebih jauh dan dalam mengenai hidup kehidupan ini. Dengan bertumpu pada dasar pemikiran seperti inilah beliau mengembangkan vipassana bhavana ( meditasi pandangan terang ) dan menembus pengetahuan tentang hukum sebab yang saling bergantungan ( paticcasamuppada ). Demikian pula selanjutnya, berdasarkan pada pengetahuan yang semakin halus dan dalam tentang paticcasamuppada ini akhirnya beliau menembus pengertian tentang segala sesuatu adalah tidak kekal ( anicca ), akibat hal ini tidak dapat dipertahankan ( dukkha ) karena memang segala sesuatu itu tidak memiliki jiwa yang kekal ( anatta ).
Proses perkembangan pikiran beliau, dimulai dengan pikiran atau batin manusia dengan segala kapasitas yang ada, berkembang menjadi pikiran atau batin yang disertai kemampuan abhinna dan akhirnya mencapai batin yang suci serta menembus rahasia kehidupan alam semesta ( lokavidu ). Beliau pun dikenal sebagai seorang sabbanmu ( maha tahu ). Kemahatahuan ( sabbamu ) adalah mengetahui segala sesuatu. Berdasarkan kondisi batin yang seperti inilah, sang buddha membabarkan buddha dharma kepada para dewa dan manusia, sehingga beliau dikenal pula sebagai guru para dewa dan manusia ( sattha devamanussa ). Beliau mengajarkan bahwa bumi tempat kehidupan manusia bukan hanya sebuah saja melainkan ada banyak sekali bumi dibanyak tata surya ini yang dihuni manusia seperti apa yang dinyatakan beliau dalam ananda vangga, anguttara nikaya 1. Namum segala sesuatu adalah tidak kekal ( anicca ), demikianlah, bumi kita pun pada suatu saat akan hancur. Tetapi kehancuran bumi kita ini bukan berarti semua bumi akan hancur bersama sama dengan bumi kita. Ketika bumi kita hancur, bumi bumi lain tetap ada, selanjutnya akan tiba saatnya ( gilirannya ) bagi bumi bumi lain itu satu persatu hancur pula. Namun proses pembentukan bumi bumi baru satu persatu akan muncul pula. Dengan demikian alam semesta kita ini tidak akan kosong dengan bumi bumi dan manusia yang menghuninya. Proses ketidakkekalan berjalan terus sesuai dengan hukum sebab akibat yang universal.
Selanjutnya dalam mempelajari ajaran agama, dalam hal ini mempelajari sutta, kita harus hati hati sebab kita akan menemukan banyaj kata teknis yang sama bunyinya dengan apa yang ada dalam ajaran agama lain. Hal ini bukan berarti bahwa kedua kata itu sama bunyinya itu, yang berbeda berarti kedua kata itu sama. Seperti apa yang terdapat dalam sutta ini, yaitu kata " maha brahma" . dalam ajaran buddha kata " maha brahma" ini berarti makhluk dewa brahma yang terlahir dialam dewa brahma karena karmanya sendiri yaitu ia berhasil memiliki atau mencapai tingkat jhana 1 yang kuat pada kehidupannya yang lampau dan meninggal pada saat ia mencapai jhana 1 itu. Jadi dewa maha brahma ini bukan sama dengan maha brahma sebagai tuhan dalam agama hindu.
Catatan :
Untuk penjelasan yang lebih lengkap dan detail mengenai isi brahmajala sutta, silahkan kunjungi di
Brahmajala sutta
Sumber : brahmajala sutta, oleh : tim penterjemah
Diterbitkan oleh badan penerbit buddhis ayrasuryacandra, 1993
Tidak ada komentar:
Posting Komentar