Selasa, 01 Desember 2015

Kekurangan Zat Besi?

Lebih banyak orang yang risau atas kekurangan daripada kelebihan. Pada zat besi, misalnya, banyak orang yang mulai melakukan pola makan yang baik sangat khawatir akan kekurangan zat besi dan vitamin B-12 serta berbagai mineral yang lain sehingga mereka lalu mengkonsumsi berbagai suplemen atau makan makanan yang mereka kira banyak mengandung zat besi atau vitamin B-12. Tidak hanya mereka yang awam, tidak sedikit para ahli nutrisi dan praktisi kesehatan yang lain juga terus menerus melakukan pendidikan dan memberikan informasi agar mereka yang vegan, mereka yang rawfoodist, mereka yang fruitarian dst, dst, untuk memperbanyak asupan nutrisi mereka. Mereka melupakan bahwa tidak jarang kelebihan atas zat-zat tersebut justru bisa mengakibatkan hal-hal yang kurang baik untuk tubuh.

Lagi-lagi, misalnya, zat besi. Sekalipun zat besi merupakan mineral yang penting bagi tubuh, jumlah zat besi yang berlebihan justru akan menjadi racun bagi tubuh bahkan bisa mematikan. Sebagian besar kalangan kesehatan mengira bahwa hal ini jarang terjadi dan kalau toh terjadi itu hanya karena faktor keturunan.  Tetapi, kenyataanya, hal ini lebih membahayakan dan jauh lebih sering terjadi daripada perkiraan orang-rang.

Kelebihan zat besi dapat meningkatkan resiko terjadinya diabetes, sakit jantung, kerusakan hati, artritis, alzheimer kanker dan kematian mendadak pada balita, serta juga beberapa gejala kelainan seperti konstipasi, rambut rontok, hipotiroid, hiperaktif, berperangai ganas dan seterusnya1,2).

Pada tahun 1960, World Health Organization menemukan bahwa pemberian suplemen zat besi kepada masyarakat Afrika yang mengalami anemia mengakibatkan peningkatan kematian yang sangat besar karena infeksi, terutama malaria3). Kejadian ini sungguh membingungkan para ahli kesehatan pada jaman itu karena mereka mengira bahwa zat besi akan meningkatkan kekebalan tubuh. Pada kenyataannya, zat besi juga meningkatkan semua pertumbuhan sel, termasuk pada bakteri, parasit hingga kanker. Akhirnya mereka mengetahui bahwa kelebihan zat besi justru meningkatkan resiko terjadinya leukemia dan kanker limpa. Zat besi, seperti juga timah, merkuri, kadmium, nikel dan logam-logam berat yang lain akan memproduksi radikal bebas. Sekalipun sinar-X dan sinar gamma tidak dapat mendeteksi radikal bebas tersebut tetapi logam-logam berat itu akan mempengaruhi warna kulit dan mempercepat penuaan.

Tubuh cenderung sebisa mungkin menyimpan kelebihan zat besi. Sangat sedikit zat besi yang dibuang atau diekskresikan oleh tubuh. Kelebihan zat besi akan terus disimpan di dalam jaringan dan bagian tubuh dan berakumulasi meningkatkan kadar racun. Pada jangka panjang  akan mengakibatkan diabetes, kerusakan hati dan perubahan warna kulit. Para wanita hamil yang kelebihan zat besi mungkin akan menderita komplikasi pada waktu mereka melahirkan. Bahkan kelebihan zat besi juga bisa menyebabkan kematian pada anak-anak. Colorado State University melaporkan bahwa kelebihan zat besi merupakan faktor paling tinggi penyebab kematian balita di Amerika Serikat4).

17% kematian balita di Amerika Serikat antara tahun 1988 – 1992 disebabkan oleh kelebihan zat besi5). Kelebihan itu terjadi akibat suplemen yang diresepkan maupun yang dijual bebas. Atas dasar itu pada bulan Juli 1997, Badan Pengawasan Obat dan Makanan Amerika Serikat mengingatkan agar para orang tua mengawasi anak-anaknya5). Gejala kelebihan zat besi itu dapat terlihat segera maupun dalam waktu beberapa lama setelah mengkonsumsinya.

Pemberian kurang dari 20 mg/kg zat besi dianggap tidak beracun, pemberian antara 20-60 mg/kg dianggap agak beracun dan pemberian di atas 60 mg/kg dianggap sangat beracun6).

Sejumlah anak mutah, diare, mengalami kerusakan hati, gagal jantung, atau mengalami pendarahan usus sehingga bisa menyebabkan koma dan kematian. Pengaruh ini bisa terlihat segera maupun hingga 12 jam atau 2 hari kemudian.

Lalu, apakah kita perlu mengkonsumsi suplemen zat besi jika menderita anemia?  Seabad yang lalu, praktisi kesehatan memberikan resep arsenik (As) untuk mengobati anemia. Sistem pengobatan ini menstimulasi produksi sel-sel darah marah. Tetapi, yang sesungguhnya terjadi, arsenik atau bisa juga zat besi bukanlah komponen sel-sel darah merah, tubuh justru menganggapnya sebagai zat-zat beracun sehingga lalu terstimulasi atau terpancing untuk memproduksi sel-sel darah merah lebih banyak. Bahkan tidak hanya zat besi dan atau arsenik, radiasi atau penyinaran pun dapat mengakibatkan stimulasi yang sama, dapat mempertinggi produksi sel-sel darah merah, karena “pertumbuhan atau perkembangan” adalah sebuah reaksi natural jika terluka3).

Sekitar tahun 1920 hingga 1950 adalah suatu hal yang biasa menganggap zat yang dapat menstimulasi pertumbuhan disebut sebagai vitamin atau nutrisi. Hal-hal itu juga terjadi pada obat atau suplemen yang mengandung steroid.  Zat-zat beracun itu merangsang pertumbuhan, merangsang tubuh untuk memproduksi kekuatan untuk melawannya, tetapi disamping itu tentu juga menghabiskan energi, menguras nutrisi, mineral dan berbagai hal penting yang ada dalam tubuh. Pada keadaan terpaksa, dalam pengawan dokter yang baik, pemberian zat-zat itu tentu juga dapat digunakan, tetapi bagaimana dengan suplemen yang dijual bebas dan bahkan obat-obat herbal yang katanya penambah darah dan konon juga meningkatkan kualitas seksual?

Amati dengan baik dan pelajari dengan seksama sebelum kita memutuskan mengkonsumsi suplemen atau obat apapun.  Selain membaca atau meneliti berapa kandungan nutrisi atau vitaminnya, pikirkan juga seberapa banyak kita kehilangannya dan seberapa besar akibatnya bila kelebihan atas suplemen yang hendak kita konsumsi. Jangan pernah percaya pada iklan bahwa “tidak ada efek samping”.

Tubuh yang sehat tidak perlu stimulasi dari obat atau suplemen. Kalau tidak sangat terpaksa, sebaiknya tidak menggunakan obat atau suplemen stimulasi karena akhirnya akibat sampingnya dalam jangka pendek dan jangka panjang menjadi begitu jelek, serupa dengan mereka yang mengkonsumi obat-obatan terlarang.

Sesungguhnya, hati yang sehat dapat memproduksi zat besi persis seperti yang kita butuhkan, tidak berlebihan maupun kurang. Kalau kita tidak mengakumulasikan racun ke dalam tubuh kita, niscaya hati akan tetap sehat. Jadi, masih perlukah kita ketakutan kekurangan zat besi?

Banyak makan buah segar, minum jus sayur segar organik, sedikit makan biji, batasi makan makanan matang atau olahan, hindari sama sekali gula dan produk yang mengandung gula, gorengan, batasi garam, dan nikmatilah hidup segar bugar sepanjang masa tanpa obat dan tanpa suplemen.

__________________________

1)Lawrence Wilson M.D., Chronic Acquire Iron Overload-A Disease of Civilization”, 2011.

2)National Institutes of Health’s Office of Dietary Spuplement :  banyak kematian mendadak pada anak-anak terjadi jika mereka mengkonsumsi lebih dari 200 mg zat besi. http://ods.od.nih.gov/factsheets/iron

3) Ray Peat Ph.D, Universtiy of University of Oregon, Urbana College, Montana State University, National College of Naturopathic Medicine, Universidad Veracruzana, the Universidad Autonoma del Estado de Mexico, and Blake College.

http://raypeat.com/articles/articles/iron-dangers.shtml

4) http://www.ext.colostate.edu/pubs/foodnut/09356.html

5) U.S. FDA Backgrounder, Preventing Iron Poisoning in Children, January 1997.

6) Henretig FM, Temple AR. “Acute iron poisoning in children, 2(1):121-32”. Emerg Med Clin North America,  1984. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/6151497?dopt=Abstract —
Makanan mentah atau makanan kehidupan atau living food adalah makanan yang masih mengandung berbagai enzim kehidupan (berasal dari energi matahari melalui proses fotosintesa) dan yang tidak dipanaskan di atas 45 derajat Celsius. Daging, telur, ikan dan susu mentah tidak termasuk ke dalam golongan makanan kehidupan karena mereka tidak lagi mengandung enzim kehidupan.

From : sumansutra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar