Selasa, 01 Desember 2015

Begitu Pentingkah Makanan Berserat Tinggi itu?

Amat sering kita mendengar anjuran untuk banyak makan makanan berserat agar BAB kita lancar, agar sistem pencernaan kita sehat dan bahkan karenanya kita juga lalu terbebas dari resiko kanker. Kita juga dianjurkan untuk menjadi vegetarian, karena, produk hewani tidak berserat sedangkan produk nabati berserat tinggi. Tapi, kenapa banyak orang vegetarian yang terkena “stroke” dan juga “kanker”? Mereka berkilah, “seandainya saya tidak vegetarian maka yang terjadi akan jauh lebih parah, saya lebih cepat mati, dan proses kematian itu lebih menyakitkan”. Hehehehe…, ada saja dalih mereka itu.

Terlepas dari semua itu, mari kita amati ….

– tidak semua pemakan produk hewani (apakah itu daging, ikan, susu, telur atau bahan yang terbuat darinya) mengalami kesulitan BAB

– tidak semua vegetarian bebas dari kesulitan BAB (konstipasi)

Buah semangka mengandung serat (fiber) 0.2% sedangkan roti, cookies, nasi mengandung serat (fiber) di atas 3%. Kalau benar serat memperlancar BAB, mestinya dengan banyak memakannya kita lalu menjadi tidak akan mengalami konstipasi bukan? Tapi, yang terjadi sebaliknya, dengan banyak makan semangka (tidak makan yang lain), BAB kita akan sangat lancar dan sempurna.

Rata-rata buah mengandung serat sekitar 2%. Avocado: 6%, jambu : 5%, kiwi, apel, pisang, papaya, jeruk, strawberi, anggur : 2%, nenas : 1%, semangka 0.2%. (dari Souci S.W. et al. Food Compositions and Nutrition Tabels. MedohamScientific Publishers Stuttgart, Germany).
 
Air sama sekali tidak mengandung serat. Tetapi, toh air tidak menyebabkan konstipasi. Lepas dari sehat atau tidak, minyak murni juga tidak mengandung serat tapi toh justru memperlancar BAB. Makanan berlemak/berminyak akan mempercepat kontraksi usus.

 

 
Makanan Diproses (dimasak)

Makin panjang prosesnya makin buruk untuk kesehatan. Akibat pengaruh proses pemanasan, apakah itu makanan nabati atau yang terbuat dari hewani, akan timbul beberapa senyawa baru, diantaranya adalah beta-carbolines. Beberapa bagian beta-carbolines itu mengandung zat anestetik (bersifat membuat kesadaran berkurang) sehingga memperlambat gerakan unsur dan pada akhirnya akan dapat membuat terjadinya konstipasi1,2).  

 

Susu

Untuk memperlancar proses pemberian ASI dan agar bayi cukup tidur, tiap air susu ibu pada semua mamalia mengandung peptida opioid3). Peptida ini merupakan obat penenang. Bayi akan menyerap peptida ini ke dalam darah Tapi bagi yang sudah tidak minum ASI lagi mereka akan meninggalkan zat-zat penenang ini di dalam usus. Karena zat-zat ini juga sulit dicernakan maka akan menganestesis  usus sebelum selesai dicernakan dengan baik dan pada akhirnya membuat konstipasi4,5).

 
Tepung

 

Untuk menghindari para predator yang tidak diinginkannya, banyak tumbuhan memiliki racun atau senyawa anestetik. Di alam bebas, tumbuhan memiliki peptida optiod yang sangat kuat dan banyak6). Beberapa molekulnya bahkan 100 kali lebih kuat daripada molekul morfin7). Makin banyak peptide optioidnya makin banyak makanan itu memperlambat proses pencernaan dan pada akhirnya akan membuat banyak makanan terfermentasi dan membusuk di dalam usus. Konstipasi adalah salah satu akibat yang terlihat sebagai akibatnya8).

 

Suplemen Zat Besi atau Suplemen Kalsium

Suplemen zat besi atau suplemen kalsium juga bisa menyebabkan konstipasi. Otot bisa melakukan konstraksi hanya jika mereka membuang kalsium dari sel-selnya. Jika kadar kalsium tinggi maka gerakan otot kolon juga akan terhambat.

 

Biji (Beans, Grains, Seeds, Grasses)

Manusia tidak seperti merpati, kita tidak memiliki pencerna biji (cereals). Usus kita tidak bisa menyesuaikan diri dengan “kelebihan serat”. Makanan yang memiliki serat terlalu banyak akan membuat sistem pencernaan kita cepat uzur.

Terlalu banyak serat (dari cereals, beans) akan membuat luka-luka kecil pada usus kita. Usus akan segera berusaha membuangnya secepat mungkin untuk menghindari luka-luka lebih banyak. Dan itulah sebabnya “mereka” menambahkan serat ke dalam obat pencahar.

Tapi itu semua juga menyebabkan usus kita cepat uzur atau cepat rusak sehingga mungkin kelak kita memerlukan plastik untuk menggantikannya.

 

Jadi, konstipasi tidak ada hubungannya dengan makanan berserat!

Konstipasi lebih disebabkan oleh peptida opioid (terdapat pada produk-produk tepung termasuk gandum, beras dst, dan produk yang mengandung susu) dan beta-carbolines (terdapat pada makanan yang diproses).

 

Mengapa Tidak Semua Orang Mengalami Konstipasi?

Karena tidak semua orang sama rentannya terhadap opioid. Kita akan atau tidak akan sembelit terhadap produk gandum, produk susu dan makanan berprotein tinggi, tergantung seberapa rentan reseptor tubuh kita terhadap opioid tersebut.

 

Oleh karena itu, seperti biasa, buah manis segar tak berlemak musim lokal dan kalau bisa gratis (karena didapat dari kebun sendiri) tentu yang paling baik.

Jangan  mengkonsumsi serat lebih banyak daripada yang terdapat pada buah (secara relatif). Jangan atau kurangi mengkonsumsi biji dan tepung (nasi, roti, mi, pasta, susu soya, tempe, tahu dst) sebisa mungkin. Kita sama sekali tidak memerlukannya karena buah segar sudah memberikan segalanya dengan lengkap dan tepat untuk kita semua.

Jangan mengkonsumsi buah atau makanan yang lain yang mengandung serat kurang dari 3 jam setelah makan makanan yang mengandung banyak protein.

Juga jangan mengkonsumsi banyak bumbu, apalagi yang pedas-pedas atau bahan-bahan terhidrolisa (MSG, HP, Vetsin, dst.)

Jika kita membuat jus buah, gunakan saringan untuk membuang biji-bijinya.

Kalau ingin mengajak orang lain menjadi segar dan bahagia seperti kita, pastikan kita menjadi lebih keren daripada sebelumnya. Bahasa tubuh membuat penjelasan yang lengkap tanpa kata-kata dan tanpa tulisan.

Anda sudah bahagia, keren, tambah sehat, tambah bugar dan tambah ceria bukan?

—————————–

1) Elgoyhen, B. et al, “Relaxant effects of beta-carbolines on rat aortic rings”,  J. Pharmacol. Exp. Ther. 261 (2): 534-539,  1992.
2) Venault P, Chapouthier G, “From the behavioral pharmacology of beta-carbolines to seizures, anxiety, and memory”. ScientificWorldJournal 7: 204–23, 2007.
3) Meisel H, FitzGerald RJ, Opioid peptides encrypted in intact milk protein sequences, Br J Nutr (84), Suppl 1:S27-31, Nov 2000.
4) Iacono, G. et al,”Intolerance of cow’s milk and chronic constipation in children”, New England Journal of Medicine 339 (16): 1100-1104, 1998.
5) Read, L.C. et al, Absorption of beta-casomorphins from autoperfused lamb and piglet small intestine”, Am. J. Physiol. 259 (3 pt 1): G443-452, 1992.
6) Fukudome, S. et al, “Release of opioid peptides, gluten exorphins by the action of pancreatic elastase”, FEBS Lett. 412 (3) : 475-479, 1997 , Fukudome, S. et al, “Gluten exorphin C : a novel opioid peptide derived from wheat gluten”, FEBS Lett. 316 (1): 17-19, 1993.
7) Max ,B., This and that : an artefactual alkaloid and its peptide analogs. Trends Pharmacol. Sci. 13 (9) : 341-345, 1992.
8) Fukodome, S. et al, Opioid peptides derived from wheat gluten : their isolation and characterization. FEBS lett. 296 (1): 107-111, 1992.

From : sumansutra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar