Selasa, 01 September 2015

4 NASEHAT LIAO FAN - 了凡 四 訓

Empat Nasihat Dari Liao Fan

 
Nasehat Pertama : Hukum Dasar Tentang Nasib
1.      Semua adalah Karma, sedikit pun bukan upaya manusia?
      Saya sudah tidak mempunyai ayah sejak usia muda. Ibu berpendapat bahwa dengan mempelajari ilmu pengobatan akan merupakan jaminan untuk masa depan apalagi sekaligus akan dapat menolong orang lain. Dengan memiliki ketrampilan, saya tidak perlu lagi khawatir untuk mempertahankan kehidupan. Di samping itu saya akan menjadi terkenal, sesuai dengan harapan yang dimiliki ayah pada saya. (Jadi, saya menuruti kehendak ibu dan melepaskan impian saya untuk menjadi seorang terpelajar yang lulus pada ujian kerajaan agar dapat bekerja sebagai seorang pejabat pemerintahan.)
      Suatu hari dalam perjalanan, saya bertemu dengan seorang tua di Kuil Che Yun. Dia mempunyai janggut yang panjang dan kelihatan arif bijaksana. Saat saya memberi hormat kepadanya, dia memberitahu kepada saya,”Anda seharusnya menjadi orang terpelajar. Anda ditakdirkan untuk menjadi pejabat pemerintahan. Tahun depan Anda akan lulus dari ujian tingkat pertama. Mengapa Anda tidak berusaha belajar?”
      Saya menjelaskan alasan saya, dan kemudian menanyakan namanya. Orang tua tersebut berkata,”Saya bermarga Khong, dari propinsi Yunnan. Saya mempunyai suatu buku penting di bidang astrologi.  Dari buku tersebut saya mewarisi pengetahuan dari Shau Ce dan saya akan meneruskannya kepadamu.”
      Kemudian saya mengundang Tuan Khong ke rumahku dan memperkenalkannya kepada ibuku. Ibu berpesan untuk melayaninya dengan sebaik-baiknya dan menguji kemampuan orang tersebut dalam melakukan peramalan. Ternyata dia selalu benar baik dalam kejadian besar maupun kejadian sehari-hari. Karenanya saya menjadi yakin akan apa yang dikatakannya sebagai takdirku, dan saya mulai belajar untuk persiapan ujian tahun berikutnya. Saya mengkonsultasikan hal ini kepada saudara sepupuku, Shen. Dia merekomendasikan seorang guru, Tuan Yu Hai Ku, yang mengajar di rumah salah seorang temannya. Selanjutnya, saya menjadi murid Tuan Yu.
      Tuan Khong kemudian membuat beberapa perhitungan untuk saya. Ia berkata,”Di tingkat daerah, kamu akan berada pada peringkat empat belas; Di tingkat regional, kamu akan mendapat peringkat tujuh puluh satu; dan di tingkat propinsi, kamu berada pada peringkat sembilan.” Tahun berikutnya, pada ketiga ujian tersebut, ternyata peringkat saya adalah tepat sama dengan yang diramalkan oleh Tuan Khong. Saya kemudian memintanya untuk meramalkan seluruh sisa hidup saya.
      Tuan Khong meramalkan ujian apa saja yang akan saya lewati dan kapan saya akan lulus dari ujian-ujian tersebut, kapan saya akan memulai tugas dan kapan saya akan dipromosikan. Akhirnya saya akan ditunjuk sebagai hakim di propinsi Sichuan. Sesudah bertugas selama tiga setengah tahun pada posisi tersebut, saya pensiun dan pulang ke kampung halaman dan hidup sampai usia lima puluh tiga tahun, dan meninggal pada tanggal 14 Agustus pada tengah malam. Sayangnya, saya tidak akan mempunyai putra. Dengan seksama saya mendengar dan mengingat penjelasannya.
      Sejak saat itu, hasil dari semua ujian adalah persis sama dengan yang diramalkan. Tuan Khong juga meramalkan saya sudah menerima gaji sebesar sembilan puluh satu dan lima dou beras pada suatu kedudukan sebelum saya akan dipromosikan ke kedudukan selanjutnya. Pada saat saya sudah menerima tujuh puluh dou beras, atasan saya, Tuan Tu, merekomendasikan saya untuk dipromosi, dan saya sudah mulai mengira bahwa ramalan Tuan Khong akan meleset. Tetapi ternyata ramalan tersebut benar, rekomendasi tersebut ditolak oleh Tuan Yang, yaitu atasan dari Tuan Tu. Dan saya tidak dipromosi hingga beberapa tahun kemudian, dan saat saya menghitung seluruh jumlah beras yang telah saya terima, ternyata tepat berjumlah sembilan puluh satu dan lima dou.
      Mulai saat itu saya yakin bahwa baik promosi maupun kemakmuran mempunyai saatnya masing-masing, termasuk kehidupan dan kematian. Semua sudah dipastikan. Saya menjadi lebih tenang dalam hasrat untuk memiliki apapun.

2.   Nasib dibentuk oleh diri sendiri, rezeki tumbuh dari hati
      Pada akhir tahun tersebut saya harus mulai belajar pada sekolah tinggi kerajaan di ibukota selatan. Saat saya kembali ke Nanjing, suatu hari saya mengunjungi Yun Ku Hui, seorang pendeta Zen dari gunung Chi-shia. Kami duduk saling berhadapan selama tiga hari tiga malam tanpa merasa mengantuk. Pendeta Yun berkata,”Orang yang biasa tidak berhasil mencapai kebijaksanaan dan kesucian disebabkan oleh banyaknya pikiran yang mengganggu dan juga terlalu banyaknya keinginan. Selalu ada penyebab dari ketidak-berhasilannya. Kamu telah berduduk selama tiga hari, dan ternyata tidak menimbulkan satu pikiranpun, kenapa bisa demikian?”
      Saya menjawab,”Tuan Khong telah meramalkan hidup saya, baik untuk promosi, kehidupan maupun kematian, seluruhnya sudah diaturkan sehingga tidak ada yang perlu dipikirkan, dan keinginan atas sesuatu juga merupakan kesia-siaan.” Yun Gu menjawab sambil tertawa,”Saya mengira kamu seorang yang penuh dengan kebijaksanaan dan mencapai kesempurnaan, rupanya Anda masih merupakan orang awam yang biasa.”
      Saya bertanya mengapa demikian, Yun Ku menjawab,”Orang yang biasa dikendalikan oleh Energi Yin dan Yang, sehingga orang yang biasa tersebut masihlah di dalam kuasa dari takdir. Tetapi untuk orang yang sudah berbuat kebaikan yang luar biasa, nasib tidak lagi dapat mengendalikannya. Sama saja jika seseorang melakukan sesuatu yang sangat buruk, takdir juga sudah tidak mengendalikannya. Selama dua puluh tahun terakhir, Anda sudah dibatasi oleh ramalan dari Tuan Khong, sehingga Anda tidak mampu merubah takdirmu barang sedikitpun. Dengan demikian bukankah Anda masih merupakan orang awam yang biasa?
      Saya kemudian bertanya kepadanya,”Apakah benar bahwa nasib dapat diubah dan orang dapat melepaskan diri dari nasibnya?” Yun Ku berkata,”Nasib diciptakan oleh diri sendiri, rezeki juga diminta oleh diri sendiri. Demikian dikatakan dalam semua buku-buku lama yang mengajarkan kebijaksanaan. Dalam sutra tertulis bahwa jika Anda berdoa untuk mendapatkan kemakmuran dan ketenaran, mempunyai seorang putra atau putri, atau untuk umur yang panjang, Anda akan mendapatkannya. Ini bukanlah kebohongan karena berkata yang palsu merupakan suatu dosa  besar dalam ajaran Buddha, para Buddha dan Bodhisatva mana mungkin membohongi orang.”
      Saya kemudian menjawab,”Mencius telah mengungkapkan bahwa setiap orang hanya boleh mengharapkan sesuatu yang dalam batas kendalinya, dengan kata lain, kebajikan, keramahan, ketulusan adalah hal-hal yang dapat dibina. Tetapi jika berbicara tentang kemakmuran , ketenaran, kedudukan, bagaimana hal tersebut dapat dicari ataupun diminta?”
      Yun Ku menjawab,”Mencius benar, tetapi Anda belum memahami inti ajarannya. Patriarch Zen yang keenam, Hui Neng, telah berkata bahwa semua ladang kebajikan tidak melebihi satu inci persegi yang kecil. Pencarian harus dilakukan ke dalam, ke dalam  hati kita, dengan cara demikian akan dapat menyatu dengan segalanya. Yang di luar hanyalah merupakan refleksi daripada yang di dalam. Jika kita mencari ke dalam hati dalam mempraktekkan berbagai jalan kebajikan, dengan sendirinya penghormatan dari orang lain akan didapat, demikian juga dengan kedudukan dan kemakmuran. Jika kita tidak mampu melihat ke dalam dan tidak mengendalikan pikiran sendiri, tetapi hanya mencari bentuk luar maka walaupun perencanaan dilakukan dengan baik, sasaran tetap tidak akan dapat dicapai.”

3.   Malapetaka dari alam masih dapat dihindari, Kesalahan diri sendiri tidak akan terelakkan
      Pendeta Yun Ku melanjutkan bertanya, “Apa yang dikatakan Tuan Khong mengenai takdirmu?” Jadi sayapun menceritakannya secara rinci. Yun Ku kemudian bertanya,”Menurut Anda apa yang sepantasnya Anda terima? Penunjukkan pemerintah? Apakah Anda percaya bahwa Anda berhak atas seorang putra?”
      Saya merenungkan pertanyaan ini untuk waktu yang lama dan kemudian berkata,”Semua yang mendapatkan penunjukkan pemerintah mempunyai tampang yang bernasib baik, saya tidak memilikinya. Saya juga tidak mengumpulkan pahala untuk membangun takdirku. Saya sangat tidak sabaran, tidak toleran, tidak disiplin, dan berkata-kata tanpa kendali, saya juga mempunyai keangkuhan dan egoisme yang kuat. Semua ini menunjukkan ketiadaan kebajikan, dalam keadaan demikian bagaimana mungkin saya mendapatkan penunjukkan pemerintah?”
      Saya kemudian melanjutkan,”Ada pepatah tua berkata, bahwa kehidupan bersemi dari kotoran di bumi, dan air yang bersih tidak akan mempunyai ikan. Saya demikian mementingkan kebersihan, itulah alasan pertama mengapa saya tidak mempunyai putra. Penyebab kedua adalah karena cinta kasih adalah inti dari semua kehidupan, kekasaran adalah penyebab dari hilangnya kehidupan. Saya demikian mudah marah dan tidak mempunyai keramahan. Saya terlalu memperhatikan reputasiku dan tidak dapat melupakan kesombongan diri dalam menolong orang yang dalam kesulitan; Saya tidak pernah merasa kasihan terhadap orang lain, saya juga cenderung berbicara berlebihan yang akhirnya hanya merusak citraku, saya berangkat tidur sangat malam sehingga saya tidak dapat menjaga diri sendiri. Inilah sebabnya mengapa saya tidak dapat mempunyai putra.” Masih banyak lagi kesalahan saya yang tidak dapat terhitung banyaknya.
      Pendeta Yun kemudian berkata,”Jadi Anda berpendapat bahwa banyak hal termasuk ketenaran dan seorang putra, tidak dapat dipastikan akan diperoleh dalam kehidupan. Di dunia, ada orang yang sedemikian kaya sedangkan yang lainnya mati kelaparan. Hal yang demikian kontras terjadi hanyalah sebagai akibat dari perbuatan kita sendiri. Setiap orang menciptakan takdirnya maing-masing, sedangkan Tuhan hanya memberikan sesuai dengan apa yang kita tabur, tidak pernah menambah atau mengurangi sedikitpun.”
      Pendeta Yun melanjutkan,”Hal yang sama terjadi dengan memiliki putra. Jika pahala yang dikumpulkan sudah cukup untuk seratus kali kehidupan maka kita akan memiliki keturunan sebanyak seratus generasi. Orang yang mengumpulkan pahala untuk sepuluh generasi akan memiliki sepuluh generasi keturunan untuk melindungi kebajikannya. Dan yang tidak mempunyai keturunan adalah mereka yang belum mengumpulkan cukup kebajikan.”
      “Kini Anda telah memahami kesalahan Anda, maka dengan merubah penyebab dari tidak didapatkannya penunjukkan pemerintah dan tidak dimilikinya putra, berubah dari kekikiran menjadi pemurah, dari tidak toleran menjadi memahami, dari keangkuhan menjadi kerendahan hati, dari kemalasan menjadi rajin, dari kekejaman menjadi berwelas kasih, dari keculasan menjadi ketulusan, dengan cara demikian kebajikan akan ditumbuhkan. Dengan mencintai diri sendiri dan tidak menyia-nyiakannya, membiarkan yang lalu berlalu dan memulai suatu hidup yang baru. Siapa saja yang memahami dan kemudian berbuat sesuai dengan hukum penyebab timbulnya takdir ini akan dapat menciptakan apa saja sesuai dengan yang diinginkannya. Inilah yang dimaksud dengan didapatkannya kehidupan yang kedua.”
      “Jika tubuh kasar sudah dikuasai oleh hukum alam ini, maka jiwa kita menjadi menyatu dengan kehendak Tuhan. Seperti yang tertulis dalam buku Ta Cia,”Orang dapat meloloskan diri dari kehendak Tuhan tetapi tidak dari perbuatan buruknya.” Se Cin juga berkata,”Kalau orang dapat selalu memikirkan apakah yang dilakukannya itu sesuai dengan keinginan Tuhan, pasti akan mendapatkan balasan yang baik.” Tuan Khong telah memperhitungkan bahwa Anda tidak akan mendapatkan penunjukkan dari pemerintah dan juga tidak mempunyai putra. Itulah takdir dari perbuatan masa lalumu, tetapi jika Anda memulai cara-cara baru dengan mulai melakukan kebajikan, banyak berbuat pahala, ini adalah rezeki yang Anda tanamkan sendiri, bagaimana Anda tidak akan dapat merubah takdirmu?”
      “I Ching ditulis untuk membantu orang menghindari bahaya dan mengundang nasib baik. Jika segala-galanya sudah dipastikan terlebih dahulu, maka tidak akan ada gunanya bagi kita untuk menghindari bahaya dan memperbaiki keberuntungan. Dalam bagian awal sekali dari bab pertama I Ching saja sudah ditulis bahwa keluarga yang berbuat kebaikan akan menikmati nasib yang baik.”

Membina diri memperbaiki karma, Menjalankan kebajikan memohon keabadian
      Setelah merenungkan kata-kata Pendeta Yun Gu, saya tersadar dan memahami prinsip tentang takdir. Mulai saat itu, saya bertobat di depan Yang Maha Kuasa atas semua perbuatanku yang salah di masa lalu. Secara tertulis, saya menuangkan keinginanku untuk lulus dalam ujian agar mendapatkan penunjukkan dari pemerintah, dan saya berikrar untuk melaksanakan tiga ribu kebajikan sebagai tanda beryukur pada Yang Maha Kuasa dan kebajikan leluhurku.
      Pendeta Yun Gu juga mengajari saya agar mencatat kebajikan dan kesalahan yang saya perbuat, kalau berbuat kebajikan maka dicatat, tetapi kalau membuat kesalahan dihapus. Pendeta Yun Gu juga mengajarkan jimat dan mantra yang harus dipergunakan dalam ketenangan/keheningan pikiran untuk membantu pencapaian atas apa yang diinginkan. Pendeta Yun Gu berkata,”Orang yang mahir akan jimat dan mantra mengatakan: yang tidak dapat melukis jimat ditertawai Dewa Malaikat.” Ini ada kiatnya, yaitu sebelum mulai melukis jimat, harus menenangkan diri hingga mencapai kekosongan. Merubah nasib juga sama, harus dari ketenangan menyatu dengan Langit dan Bumi lalu mendapatkan rezeki.
      Mencius menyatakan bahwa nilai sebuah kehidupan yang panjang maupun yang pendek adalah tidak berbeda. Secara sepintas, keduanya terlihat berbeda tetapi tanpa jiwa yang berbeda keduanya sebenarnya adalah sama.
      Lebih jauh lagi, jika seseorang hidup dengan cara yang benar tanpa memperdulikan apakah hasilnya akan menjadi baik maupun buruk, maka orang tersebut telah menguasai takdir akan kemakmuran dan kemelaratan. Jika orang tersebut hidup tanpa dipengaruhi posisi dalam kehidupan, maka iapun sudah menguasai takdir akan status yang tinggi dan rendah. Sama halnya dengan hidup dan mati, jika orang tersebut hidup tanpa memperdulikan panjang atau pendek usianya, maka ia sudah menguasai takdir akan hidup dan mati.
      Manusia hidup di dunia, terlalu memperdulikan nyawanya atau usianya. Untuk memperbaiki nasib, kita perlu terlebih dahulu memperbaiki semua kebiasaan yang buruk dan pola pikir yang jelek. Begitu suatu pikiran yang jelek terbentuk, saat itu juga singkirkan sampai ke akar-akarnya. Untuk mampu mengendalikan pikiran saja sudah merupakan suatu pencapaian yang baik. Adalah tidak mungkin untuk tidak memiliki pemikiran sama sekali tetapi jika kita menjiwai mantra tersebut hingga pada tingkat dimana walaupun tidak sedang mengucapkannya tetapi tanpa disadari tetap mengulangnya, maka mujizat dari mantra tersebut akan terwujud.
      Nama tengah saya tadinya Sie Hai yang mempunyai arti lautan pelajaran tetapi mulai hari tersebut berubah menjadi Liao Fan (melampaui kefanaan). Ini menunjukkan sadarnya saya tentang terciptanya takdir oleh diri sendiri. Saya tidak akan lagi terjatuh ke dalam jeratan pemikiran fana.

4.   Takdir tidak berlaku selamanya, Membina diri akan merubahnya
      Sejak saat itu, saya berhati-hati dalam kehidupan saya. Saya merubah keseluruhan cara hidup saya. Pada masa lalu, saya sama sekali tidak disiplin, pemikiran saya tidak terkendali, tetapi mulai saat itu saya memperhatikan semua yang saya pikir dan ucapkan, sekalipun saat saya sedang sendirian dalam kegelapan, senantiasa merasa takut bersalah terhadap Langit dan Bumi. Saat orang memaki dan memfitnah saya, saya tidak marah dan mengabaikannya.
      Tahun berikutnya, saya mengikuti ujian pemerintahan pendahuluan; Tuan Khong meramalkan bahwa saya akan berada pada posisi ketiga tetapi ternyata saya pada posisi pertama. Ramalan Tuan Khong mulai kehilangan ketepatannya, dan selanjutnya saya lulus dalam ujian pemerintahan pada musim gugur tersebut, yang tidak pernah diperkirakan dalam ramalan.
      Saat saya berintrospeksi, saya menyadari bahwa cara hidup saya belum juga sepenuhnya memuaskan. Misalnya, saat berbuat baik saya tidak melakukannya dengan total, saat menolong orang saya masih dihinggapi keraguan, atau walaupun melakukan kebaikan tetapi saya tidak selalu mengatakan yang benar. Saya dapat mengendalikan diri sepenuhnya saat sadar tetapi menjadi hilang kendali karena mabuk. Kebaikan dan keburukan selalu saling meniadakan. Sehingga kehidupan saya menjadi sia-sia.
      Sejak waktu membuat ikrar, saya menyelesaikan ketiga ribu kebaikan saya dalam sepuluh tahun. Sesudahnya, saya pulang ke rumah saya yang lama dan pergi ke biara untuk bersembahyang dan mempersembahkan pahala yang sudah saya perbuat. Kemudian saya melakukan permintaanku yang kedua yaitu seorang putra. Saya juga berikrar untuk memenuhi tiga ribu kebaikan yang lain. Pada tahun Sin-se (hanya satu tahun kemudian), saya mendapatkan seorang putra, bernama Tien Chi.
      Setiap kali melakukan kebaikan, saya mencatatnya pada sebuah buku. Ibumu (isteri Liao Fan), yang tidak bisa membaca, akan membuat sebuah lingkaran di atas kalender saat dia melakukan kebaikan. Misalnya, kami memberi makan kepada orang miskin, atau membantu orang lain yang dalam kesulitan, atau melepaskan makhluk hidup. Kadang-kadang, dia dapat mengumpulkan lebih dari sepuluh lingkaran dalam sehari. Sehingga, hanya dalam waktu dua tahun, kami sudah menyelesaikan tiga ribu kebaikan dan sekali lagi kami kembali ke biara untuk bersembahyang dan mempersembahkan pahala yang sudah terkumpul.
      Kemudian saya mengajukan kehendak yang lain yaitu lulus pada ujian pemerintah tahap selanjutnya, dan berikrar akan melaksanakan sepuluh ribu kebaikan. Sesudah tiga tahun, pada tahun 1586, saya lulus pada ujian pemerintahan yang saya kehendaki dan diangkat menjadi mayor pada negara bagian Pao-ti.
      Mulai saat itu saya pesan pada pembantu untuk meletakkan buku yang diberi nama Ce in Phien (Buku untuk Memperbaiki Hati) pada meja kerja saya setiap pagi, untuk mencatat setiap kebaikan dan kesalahan yang saya buat. Setiap sore, saya berintrospeksi dan melaporkan semua perbuatanku kepada yang Maha Kuasa.
      Ibumu melihat bahwa saya belum juga berbuat cukup banyak kebaikan dan dia menjadi sangat gelisah. Dia mengatakan saat kami tinggal di rumah sendiri, banyak kesempatan untuk melakukan kebaikan. Dan sekarang, sesudah pindah ke rumah tinggal dinas, kesempatannya menjadi berkurang. Bagaimana kami mungkin memenuhi ikrar kami untuk melakukan sepuluh ribu kebaikan?
      Suatu malam, dalam mimpi saya melihat ada dewa yang datang dan mengatakan kepada saya,”Jika kamu mengurangi pajak untuk sawah maka sebuah perbuatan itu sudah akan berharga sepuluh ribu kebaikan.”
      Memang di negara bagian Pao-ti, pajak untuk sawah sangat tinggi sekali. Saya memutuskan untuk mengurangi pajak tersebut menjadi setengahnya. Tetapi tetap saja saya ragu-ragu, bagaimana mungkin satu perbuatan akan bernilai sepuluh ribu kebaikan?
      Bertepatan pada saat itu ada seorang pendeta yang sedang berkelana, dan saya bertanya kepadanya tentang kebenaran mimpi saya. Dia berkata bahwa asalkan perbuatan baik dilakukan dengan hati yang setulusnya, satu itu akan dihitung sebagai sepuluh ribu kebaikan. Jika pajak dikurangi untuk seluruh negara bagian, maka paling sedikit sepuluh ribu orang akan diuntungkan dengan pengurangan tersebut. Tentu saja perbuatan tersebut menjadi bernilai sepuluh ribu kebaikan. Setelah memahami penjelasannya, sebagai terima kasih saya mendermakan gaji bulanan saya untuk dia bawa pulang dan didermakan untuk sepuluh ribu pendeta.
      Tuan Khong meramalkan bahwa saya akan meninggal pada usia lima puluh tiga tahun. Saya tidak pernah meminta umur saya yang panjang, tetapi ternyata saat sampai pada usia lima puluh tiga tahun, saya tetap dalam keadaan yang baik. Sekarang saya berusia enam puluh sembilan.
      Dalam Su Cin dikatakan,”Nasib bukan tidak bisa berubah.” Itu memang bukan omong kosong. Mulai saat tersebut juga, jika seseorang mengatakan bahwa nasib adalah di tangan Tuhan, saya menganggapnya sebagai seorang awam yang belum betul-betul memahami kehidupan. Jika orang tersebut mengatakan keberuntungan adalah apa yang diciptakan dan dilaksanakan mulai dari dalam hati sendiri, maka orang tersebut saya anggap sebagai seorang yang bijaksana.

6.   Seorang budiman tahu akan menjalani kehidupan membina diri
      Bagaimana nasibmu masih tidak diketahui, asalkan pada saat berhasil kita harus berendah hati. Walaupun semuanya sudah terjadi seperti apa yang diharapkan, kita harus tetap berlaku seolah tidak memiliki apa-apa. Saat kaya, kita tetap berlaku seperti saat miskin. Walaupun mendapatkan cinta, hormat, dan dukungan dari orang lain, kita justru harus berpikir takut karena tidak sebaik yang dikemukakan orang. Jika kita berasal dari keluarga yang terkemuka, kita tidak boleh memamerkan diri, justru harus berpikir seperti terhina. Walaupun mempunyai banyak pengetahuan, kita harus tetap menghormati orang lain dan berkonsultasi kepada orang lain jika memang diperlukan.
      Selalu mengenang dan mempromosikan kebajikan leluhur. Setiap hari berbuat kebaikan untuk menutupi kesalahan orang tua. Memikirkan balas budi kepada negara dan berbuat untuk memakmurkan sanak keluarga. Selalu menolong dan toleran terhadap orang lain, tetapi bersikap keras kepada diri sendiri. Harus tanpa ragu-ragu berintrospeksi setiap hari dan merubah apa saja yang belum sempurna. Jika ada satu hari yang merasa diri tidak bersalah, merasa diri sendiri sudah sempurna, dengan demikian tidak akan ada kemajuan dalam satu hari itu juga.
      Di dunia ini banyak orang yang pintar, maka mereka tidak mau membina budi kebajikan, kalau ada yang berbuat kebaikan pun hanya alasan, mementingkan kesenangan diri sehingga terlantarkan kehidupan berikutnya. Apa yang dikatakan Pendeta Yin Gu memang adalah suatu kebenaran yang sejati, kamu harus selalu membacanya dan melaksanakan dengan sekuat tenaga, dengan demikian baru tidak akan sia-sia kehidupan kamu.

Nasehat kedua: Cara untuk Bertobat
1.   Bertekad untuk bertobat
      Selama periode Chun Chiu, banyak orang terkenal yang dapat meramalkan masa depan seseorang hanya dengan memperhatikan kata-kata dan tingkah laku orang tersebut. Seperti yang tercatat dalam sejarah, mereka sangat akurat.
      Umumnya masa depan seseorang, baik maupun buruk, dimulai dengan keadaan hati (pikiran), yang kemudian ditunjukkan dalam bentuk tingkah laku. Jika kelihatannya ramah, tulus,  dan tlngkah lakunya baik, maka akan menerima masa depan yang luar biasa. Tetapi orang yang kasar dan berbuat tanpa mempertimbangkan orang lain biasanya mengundang masalah, jadi tidak ada misteri dalam hal ini. Hati kita dihubungkan dengan surga, jika seseorang sudah diambang masalah, hal tersebut dapat juga dilihat dari perbuatannya yang tidak wajar. Jika ingin mempunyai nasib yang baik dan bukan banyak masalah, hal pertama yang harus dilakukan adalah bertobat.
      Untuk bertobat, yang pertama adalah dengan kesadaran dan rasa malu. Jika kita merenungkan kembali tentang orang-orang suci pada zaman dahulu, mereka juga adalah manusia tetapi ajaran mereka tetap terjaga selama ribuan tahun. Sementara kita hanya terlibat dalam kesenangan, ketenaran, dan kekayaan, dan tidak mempunyai disiplin dalam tingkah laku. Kita melakukan hal-hal yang memalukan di belakang orang lain, berpikir bahwa tidak akan ada yang melihatnya. Secara perlahan-lahan, menjadi binatang yang mengenakan baju manusia. Tingkah laku ini sungguh memalukan.
      Mencius pernah berkata bahwa kesadaran dan rasa malu adalah kunci untuk mencapai kesempurnaan. Jika tidak mempunyai kesadaran dan rasa malu, maka orang tersebut hanya seperti binatang, sehingga langkah pertama untuk bertobat adalah dimulai dengan kesadaran dan itulah yang membedakan manusia dari binatang.
      Yang kedua adalah dengan mempunyai rasa takut dan waspada. Langit di atas dan Bumi di bawah, kita tidak dapat berbohong pada Dewa Malaikat. Walaupun kita berbuat kesalahan yang kecil sekali pun, semua makhluk di surga dan alam kehidupan yang lain akan mengetahuinya, dan jika kita berbuat kesalahan yang besar, surga pasti akan memberikan hukumannya dengan menurunkan malapetaka. Kalau kesalahan kita kecil, maka rezeki kita akan dikurangi. Dengan demikian bagaimana kita boleh tidak merasa takut?
      Walupun kita berada dalam kamar yang gelap sekalipun, setiap pemikiran kita diketahui oleh Surga. Walaupun kita mencoba untuk menyembunyikannya dengan sangat sempurna, tetap tidak akan dapat menipu hati nurani diri sendiri, kalau sampai diketahui orang, bukankah sangat memalukan? Maka kita harus mempunyai rasa takut dan waspada.
      Selama masih bernafas, kita masih dapat bertobat dalam kesalahan yang seberat apapun. Banyak sekali catatan tentang orang-orang yang seumur hidupnya selalu berbuat jahat, tetapi menjelang kematian mereka tiba-tiba sadar dan bertobat dan akhirnya meninggal dengan damai. Sang Buddha pernah berkata,”Begitu Anda menurunkan pisau jagalmu, Anda dapat menjadi Buddha.” Jadi, tidak peduli berapapun jumlah kesalahan, besar maupun kecil, yang paling penting adalah berubah dan bertobat.
      Tetapi hidup manusia tidak kekal, begitu nafas tidak bersambung, ingin bertobat sudah tidak berdaya lagi. Yang kelihatan adalah ribuan tahun membawa nama buruk, walaupun mempunyai anak cucu yang berbakti juga tidak dapat membersihkannya. Yang tidak terlihat adalah selamanya terperosok ke dalam neraka mendapatkan penderitaan, walaupun Buddha atau Malaikat pun tidak dapat menolongnya. Bagaimana boleh tidak merasa takut?
      Yang ketiga adalah dengan memiliki keberanian dan determinasi. Sering seseorang tidak mampu untuk berubah karena tidak cukup mempunyai keberanian dan determinasi untuk menghentikan tingkah laku yang salah dan memperbaiki kesalahan. Kita harus menganggap sebuah kesalahan kecil sekalipun seperti seiris bambu yang menusuk ke dalam kulit dan daging yang perlu untuk segera dikeluarkan. Dan jika merupakan kesalahan yang besar haruslah dianggap sebagai gigitan oleh ular berbisa, sehingga jari pun harus segera dipotong tanpa keragu-raguan. Jika dapat mengikuti ketiga cara ini, maka pertobatan akan menjadi mudah seperti es yang cair pada musim semi.

2.   Cara untuk bertobat
      Pertobatan ada yang merubah tingkah laku, ada yang merubah kesadaran melalui pamahaman mental; dan ada yang merubah dari dalam hati. Masing-masing dilakukan secara berbeda, dengan tingkat keberhasilan yang berbeda pula.
      Suatu contoh tentang yang pertama adalah misalnya jika telah melakukan pembunuhan dahulu, kemudian bertekad untuk tidak melakukannya lagi. Atau, mempunyai kemarahan yang sangat luar biasa sebelumnya, bertekad untuk dengan tenang mengendalikan pikiran. Ini adalah perubahan tingkah laku, dengan paksa mengendalikan tingkah laku. Sangat berat untuk melakukannya, lagi pula penyakitnya tidak akan hilang, setelah ini ditobatkan, yang lain akan timbul lagi. Sehingga ini merupakan cara pertobatan yang sebenarnya sulit tercapai.
      Cara yang lebih baik dalam bertobat adalah dengan melalui kesadaran dari tingkat pemahaman. Sebagai contoh, untuk merubah kebiasaan membunuh (hewan), dilakukan dengan menanamkan kesadaran bahwa Tuhan Maha Pengasih dan seluruh makhluk hidup juga menyayangi nyawanya; bertanyalah kepada diri sendiri apakah setelah membunuh hewan dan menjadikannya sebagai makanan sendiri masih akan memungkinkan kita hidup dalam kedamaian?  Lagi pula mereka yang terbunuh harus mengalami sakitnya pisau pemotong. Dan bayangkanlah sakit karena air mendidih dan minyak panas yang menusuk hingga ke tulang dan sumsum.
      Rahasia kesehatan adalah pada keseimbangan energi di dalam tubuh dan bukan sekedar tergantung kepada apa yang kita makan. Pahamilah bahwa gizi yang dibutuhkan sudah dapat dipenuhi dari sayur-sayuran. Lalu mengapa harus dengan mencabut nyawa mereka dan mengurangi kebajikan yang sudah dilakukan?.
      Lebih jauh lagi, dengan menyadari bahwa semua yang dari daging dan darah adalah mempunyai kesadaran, merupakan satu kesatuan dengan kita. Kalaupun tidak bisa memupuk budi kebajikan, sehingga mereka dapat mendekati kita dan menghormati kita, bagaimana boleh membunuh makhluk hidup lagi sehingga mereka timbul dendam pada kita? Kalau sudah berpikir sedemikian rupa, akan merasa sedih memakan daging, tidak dapat menelannya, sehingga tidak akan berani membunuh lagi.
      Untuk merubah temperamen juga dilakukan dengan cara yang sama. Pahamilah bahwa setiap orang adalah berbeda, setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan; sehingga kita harus mempunyai sifat toleran. Jika ada orang yang tidak berbuat sesuai dengan harapan kita atau jika mereka melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hukum maka itu adalah kesalahan mereka. Tidak ada hubungannya dengan kita, lalu mengapa kita perlu marah. Jika sesuatu terjadi tidak sesuai dengan pemikiran kita, biasanya karena kita tidak cukup mengumpulkan kebaikan. Kita harus berintrospeksi, melihat fitnahan merupakan kesempatan untuk mengasah kita, tentunya kita akan merasa senang menerimanya, bagaimana kita masih bisa marah lagi? Saat kita dirugikan sekali pun, kita tidak akan marah. Dengan demikian hanya akan seperti api yang membakar tempat kosong, akan padam dengan sendirinya.
      Apabila kita mendengar fitnahan terhadap diri sendiri dan kemudian berusaha untuk mempertahankan diri, maka kita akan menjadi seperti ulat sutra yang sedang membuat sarangnya, kita akan mengisolasi diri. Dalam situasi apapun, marah adalah tindakan yang merugikan. Banyak lagi kesalahan lain yang dapat dirubah dengan cara yang sama. Jika kita memahami alasan di belakang pertobatan kita, maka kesalahan yang sama tidak akan terulang lagi.
      Apa yang dimaksud dengan pertobatan dari hati? Ada demikian banyak jenis kesalahan, tetapi jika dipelajari, semuanya adalah berasal dari hati (pikiran). Jika hati tidak menghasilkan pemikiran yang berakar pada keegoan, maka tidak akan ada kesalahan yang muncul dari keserakahan. Orang juga tidak perlu satu persatu mengintrospeksi apakah mempunyai kesalahan dari sifat mata keranjang, ingin menjadi terkenal, ingin mencari keuntungan, cepat marah, dll. Jika hati kita cenderung untuk menjadi ramah, secara alami kita tidak akan mempunyai pikiran yang buruk. Ibarat matahari ada di tengah hari, maka semua setan dan siluman akan hilang dengan sendirinya. Ini adalah cara yang paling mendasar untuk bertobat, yaitu dari dalam hati. Seluruh kesalahan berawal dari hati, dari pikiran, dan jika kita ingin secara menyeluruh memusnahkan penyebab dari kesalahan, haruslah sama seperti menggali akar pohon untuk dapat merubuhkan sebuah pohon beracun. Mengapa harus dengan cara perlahan-lahan memotong satu persatu ranting-rantingnya atau  memetik satu persatu daun-daunnya?
       Cara untuk bertobat yang terbaik adalah membina hati, sehingga hati langsung menjadi tenang dan bersih. Begitu suatu pemikiran yang negatif muncul, harus segera diawasi dan dihilangkan. Jika belum dapat melakukan pada tingkat ini, maka lakukanlah pada tingkat pemahaman,  dan jika tidak dapat juga dilakukan melalui tingkat pemahaman, lakukanlah dari tingkatan tingkah laku. Tetapi cara yang paling menyeluruh adalah menyatukan pembinaan hati dengan pemahaman dan pembatasan pada tingkah laku.
      Untuk mereka yang mempunyai determinasi untuk merubah diri, adalah sangat baik jika mempunyai teman atau saudara yang senantiasa mengingatkan mereka, atau memohon para suci sebagai saksi dan secara tulus bertobat pagi maupun malam hari tanpa mengenal lelah. Sesudah beberapa saat, hasilnya segera akan terasa, kita merasakan semakin damai dan kebijaksanaan pun mulai muncul.
      Walaupun dalam suasana yang mengganggu, kita tidak merasa kecewa. Walaupun melihat seorang musuh, daripada menjadi marah, malah kita merasa senang. Mungkin kita bermimpi meludahkan keluar barang-barang berwarna hitam lalu hati menjadi lega. Atau bermimpi para suci yang datang memberi selamat kepada kita, atau bermimpi melayang di udara. Walaupun semua hal ini adalah kejadian yang tidak biasa, ini hanyalah pertanda bahwa kita telah bertobat atas kesalahan di masa lalu, dan kita sudah membuat beberapa perubahan. Tetapi ini bukanlah saatnya untuk berpuas diri sehingga tidak mempunyai kemajuan lagi.
      Dahulu ada seorang bijak yang bernama Chi Po yi, semenjak beliau berusia 20 tahun sudah merasa berbuat banyak kesalahan sehingga berusaha memperbaikinya. Pada usia 21 tahun merasa kesalahan yang diperbaikinya masih belum menyeluruh. Saat berusia 22 tahun melihat kembali tingkah laku yang diperbuat saat berusia 21 tahun, seperti dalam mimpi. Dengan demikian setahun demi setahun bertobat kesalahan yang diperbuat sebelumnya. Saat berusia 50 tahun beliau masih merasakan kesalahan yang dibuat pada usia 49 tahun. Begitulah orang dahulu kala memperbaiki diri.
      Orang pada umumnya mempunyai kesalahan sebanyak duri kecil pada landak. Jika kita sudah berintrospeksi tetapi tetap tidak dapat melihat suatu kesalahanpun, itu adalah disebabkan pikiran kita masih terlalu kasar sehingga tidak dapat melihat kesalahan sendiri. Orang-orang yang sudah berbuat banyak kejahatan biasanya menunjukkan beberapa gejala. Pikirannya kalut, pelupa, menggelisahkan sesuatu yang tidak perlu, dan merasa sangat malu saat bertemu dengan orang jujur dan bijaksana, merasa tidak senang jika mendengar ucapan yang sebenarnya. Kadang-kadang jika menerima pemberian, mereka tidak merasa senang malah sebaliknya menjadi kecewa dan marah. Mimpi mereka selalu sangat buruk, mereka selalu mengeluh dari waktu ke waktu. Ini adalah gejala dari orang-orang yang sudah berbuat banyak kejahatan. Jika gejala ini terjadi pada diri kita, segeralah bertobat dan jangan sampai merugikan diri sendiri.

Nasehat ketiga: Cara-cara untuk mengumpulkan pahala
1.   Keluarga yang hidup dalam kebajikan, menghasilkan keturunan yang baik
      Dalam kitab I Cing dikatakan,”Keluarga yang hidup dalam kebajikan, akan menghasilkan keturunan yang baik.” Dahulu, ada seorang wanita bernama Yen. Sebelum dia setuju untuk menikahkan puterinya dengan seorang pria yang kelak menjadi ayah dari Confusius, dia hanya mensyaratkan bahwa leluhur si pria telah mengumpulkan banyak pahala dan berbuat kebajikan, tanpa memperdulikan apakah si pria cukup kaya. Dia yakin bahwa jika leluhur mengumpulkan banyak pahala, pasti keturunannya akan sangat baik. Confusius (551 – 479 SM) juga memuji Sun (salah satu kaisar pertama China) atas kesalehannya. Untuk itu, Sun terkenal selama ribuan tahun dan keturunannya terkemuka selama sangat banyak generasi.
      Saya akan memberikan contoh yang lain.Di propinsi Fujian, ada seorang yang terkemuka, Yang Yong, yang berkedudukan sebagai instruktur kerajaan. Leluhurnya adalah orang perahu yang kehidupannya didapat dari membantu orang-orang menyeberang sungai. Setiap kali terjadi badai dan banjir, air akan menghancurkan rumah-rumah. Sering manusia, binatang maupun barang-barang dihanyutkan melalui sungai. Saat perahu lain berlomba mengumpulkan barang-barang, hanya buyut dan kakeknya yang terus menerus menolong orang, mereka tidak akan mengambili barang-barang yang hanyut. Orang-orang kampung menganggap mereka sungguh bodoh. Sesudah ayah Yang Yong dilahirkan, keluarga Yang menjadi sangat kaya. Suatu hari seorang pendeta Tao mendatangi keluarga Yang dan berkata,”Leluhur Anda telah mengumpulkan banyak pahala, keturunan mereka pasti akan menikmati kekayaan dan kemasyuran. Saya mengetahui suatu tempat yang sangat baik untuk tempat kuburan leluhur.” Keluarga Yang Yong mengikuti saran yang telah diberikan dan kemudian Yang Yong dilahirkan, dia lulus dari ujian pemerintah dalam usia muda dan mendapatkan penunjukkan. Kaisar malah juga memberikan penghargaan kepada kakek dan buyut Yang Yong. Keturunan mereka masih terkenal hingga saat ini.

2.   Memberi adalah lebih baik dari menerima
      Contoh yang lain adalah Yang Ce Cheng, berasal dari negara bagian Yin dan merupakan staf dalam pengadilan negara. Dia merupakan orang yang berwelas kasih. Suatu ketika saat hakim sedang menghukum seorang terdakwa, walaupun telah memukulnya hingga berdarah si hakim tetap masih sangat marah. Yang memohon agar hakim menghentikan menghukum si terdakwa. Si hakim bertanya,”Orang ini telah melanggar hukum, bagaimana saya tidak marah?” Yang berkata,”Saat penguasa tidak mengikuti Tao, maka orang-orang yang lainpun tidak akan mengikuti Tao pula, sehingga mereka mengabaikan hukum. Jadi dalam kasus ini, kita perlu memberi lebih pengertian.” Si hakim kemudian menghentikan hukumannya.
      Yang berasal dari keluarga yang sangat miskin, tetapi dia tetap tidak pernah menerima suap. Jika terhukum dalam penjara kekurangan makanan, selalu membawakan makanan dari rumahnya sendiri walaupun itu berarti dia yang akan kelaparan nantinya. Perbuatan mengasihi seperti ini tidak pernah berkurang. Dia mempunyai dua orang putra, yang sulung bernama Shou Cheng, dan yang kedua bernama Shou Ce, dan mereka berdua menjadi sangat terkenal, dan memegang kedudukan penting. Keturunan-keturunan mereka juga sangat terkenal untuk waktu yang lama.

3.   Melindungi kehidupan mendapat pembalasan yang berlimpah
      Cerita yang lain berasal dari masa dinasti Ming. Di propinsi Fujian ada banyak gerombolan penjahat sehingga tentara kerajaan turun tangan untuk membasminya. Sie ditunjuk untuk melaksanakannya. Sie terlebih dahulu memastikan bahwa orang yang tidak bersalah tidak ikut terbunuh, dia mencari suatu daftar bandit-bandit yang terlibat dan secara diam-diam memberi bendera putih kepada mereka yang tidak berdosa. Bendera akan dipasang pada pintu rumah mereka yang tidak berdosa, sehingga dengan demikian tentara kerajaan tidak akan salah membunuh. Karena cara kerja yang demikian baik, puluhan ribu orang terselamatkan, dan sebagai hasilnya banyak keturunan Sie yang menjadi sangat termasyur.
      Contoh yang lain adalah keluarga Lin. Di antara leluhur mereka ada seorang ibu yang sangat pemurah. Dia selalu membuatkan bola nasi untuk diberikan kepada orang miskin. Berapapun yang diminta orang darinya akan diberikan. Ada seorang pendeta Tao yang setiap kali selalu meminta sampai enam atau tujuh biji, dan selalu datang tiga kali sehari. Wanita itu selalu memenuhi permintaannya tanpa pernah menunjukkan ekspresi tidak senang. Pendeta Tao menyadari kesungguhan dan keramahan si wanita dan berkata,”Saya sudah makan bola nasi darimu selama tiga tahun tanpa pernah memberi balasan sebagai tanda terima kasihku, tetapi saya ingin memberi tahu padamu bahwa di belakang rumahmu ada tempat yang baik untuk dipergunakan sebagai tempat kuburan leluhurmu. Jumlah keturunanmu yang mempunyai kedudukan di pemerintahan akan sama dengan jumlah butiran dalam satu pound wijen.” Demikianlah pada generasi pertama setelah kuburan keluarga dibuat ada sembilan orang yang lulus ujian pemerintahan, demikian juga terjadi pada generasi-generasi selanjutnya.
      Orang terkenal lainnya adalah seorang ahli sejarah negara bermarga Fong. Suatu hari dalam perjalanan ke sekolah, ayahnya melihat seorang pria yang hampir mati kedinginan pada hamparan salju. Dia segera membuka jubahnya dan memakaikannya pada si pria untuk selanjutnya membawanya pulang. Malam tersebut dia bermimpi dan diberitahu,”Saat anda membantu pria tersebut, anda melakukannya dengan sepenuh hati, dan saya akan mengirim jendral terkenal pada dinasti Song, Han Chi untuk menjadi putramu.” Belakangan anak tersebutpun lahir dan diberi nama Chi.

4.   Orang hidup dalam kebajikan dihormati semua makhluk
      Cerita lain tentang orang terkenal adalah Ying yang tinggal di Thai Cou. Saat ia muda ia terbiasa belajar di pinggiran desa. Pada malam hari, ia sering mendengar suara arwah-arwah tapi ia tak pernah takut. Suatu hari ia mendengar ada arwah yang berkata,”Suami dari seorang wanita telah pergi untuk waktu yang lama dan belum kembali juga, mertua si wanita mengira bahwa putranya sudah meninggal dan mendesak menantunya untuk menikah lagi. Besok malam si wanita bermaksud untuk bunuh diri, segera dia akan menggantikan saya sehingga saya dapat dilahirkan kembali.” Tuan Ying yang mendengar hal ini segera menjual sebidang tanahnya dan laku seharga empat lian (suatu satuan berat) perak. Ia menulis sepucuk surat atas nama suami si wanita dan mengirimkan peraknya ke rumah si wanita. Si ibu menyadari bahwa tulisan pada surat bukan tulisan putranya, tetapi dia kemudian berpikir,”Mungkin suratnya palsu tetapi perak di dalamnya tidak mungkin menipu. Buat apa seseorang ingin mengirimiku perak ini? Mungkin putraku memang masih hidup dan sebaiknya tidak mendesak menantuku untuk menikah lagi.” Dan selanjutnya putranya betul-betul pulang.
      Kemudian Tuan Ying mendengar arwah berkata,”Seharusnya saya dapat dilahirkan kembali tetapi Tuan Ying ikut campur!” Arwah yang lain berkata.”Mengapa kamu tidak balas dendam saja?” Arwah pertama berkata,”Tidak, karena kebaikannya, dia akan menjadi sangat terkenal. Bagaimana mungkin saya dapat menyakitinya?” Tuan Ying selanjutnya tetap banyak berbuat kebajikan. Setiap ada yang dalam kelaparan dia akan mengambil uangnya untuk membantu, demikian dia lakukan terhadap semua orang yang dalam kesulitan. Dan setiap kali terjadi hal-hal yang tidak sesuai dengan harapannya, dia segera mencari kekurangan di dalam dirinya daripada mengeluhkan hal-hal di luar dirinya. Sampai sekarang pun keturunannya masih sangat terkenal.
      Ada orang lain, Tuan Si, yang mempunyai ayah yang sangat kaya. Kapan saja terjadi kelaparan dia selalu menyumbangkan makanan dalam jumlah banyak. Suatu hari dia mendengar ada arwah yang berkata,”Tidak bohong, akan ada seseorang dari keluarga Si yang lulus ujian pemerintahan.” Hal ini berlangsung selama beberapa hari. Dan benar saja, tahun tersebut Si lulus dalam ujian pemerintahan. Mulai saat itu ayahnya lebih rajin lagi berbuat kebajikan, baik itu dalam bentuk pembangunan jembatan atau perlindungan terhadap pengelana dan pendeta. Kemudian dia mendengar arwah berkata lagi,”Betul-betul, keluarga Si akan ada yang lulus ujian yang lebih tinggi lagi.” Dan benar saja terjadi, kemudian Si menjadi gubernur pada dua propinsi.

5.   Menjalankan keadilan adalah sesuai dengan kehendak yang maha kuasa
      Orang yang lain bernama Chu Kang Si. Ia bekerja di pengadilan dan selalu melewatkan malam hari di penjara untuk mengunjungi orang-orang hukuman. Jika dia bertemu dengan orang yang sebenarnya tidak bersalah, dia akan menulis laporan rahasia kepada hakim sehingga pada saat persidangan, hakim akan dapat menyelesaikan masalahnya secara adil. Dengan cara demikian ia berhasil membebaskan sepuluh orang yang tidak bersalah. Tetapi Tuan Chu tidak pernah memikirkan kebaikan yang dia buat.
      Tuan Chu kemudian menulis surat kepada hakim negara,”Di seluruh kerajaan ada demikian banyak orang tidak bersalah yang dipenjarakan. Saya mengusulkan setiap lima tahun seorang agen-agen khusus dikirim untuk memeriksa di penjara-penjara agar orang yang tidak bersalah dapat dibebaskan. Hakim negara setuju dan Chu dipilih menjadi salah satu agen pengurangan hukuman. Suatu malam dia bermimpi bahwa Tuhan di kejauhan berkata kepadanya,”Dalam kehidupanmu, sebenarnya anda ditakdirkan tidak akan mempunyai seorang putra, tetapi perbuatanmu dalam mengurangi hukuman orang yang tidak bersalah adalah sejalan dengan kehendak Surga, sehingga penguasa Surga akan menghadiahi kamu tiga orang putra. Mereka semuanya akan mencapai posisi yang tinggi,”Tidak lama kemudian, isterinya hamil dan melahirkan berturut-turut tiga orang putra yang semuanya menjadi orang yang sangat terkenal.

6.   Menghormati para suci dan melindungi dharma, membuat anak cucu hidup dalam kesejahteraan
      Orang yang lain, Pao Ping, merupakan putra ketujuh dari hakim Che Yang yang menikah ke keluarga Yuan. Dia adalah teman baik dari ayah saya. Dia sangat berbakat dan mempunyai pengetahuan yang luas. Suatu ketika saat berkeliling Mau-hu, yang merupakan danau terkenal di China, dia sampai ke suatu desa dan melihat suatu biara yang tidak terpelihara dan ada satu patung Bodisatva Kuan Yin yang basah di tengah hujan. Dia mengeluarkan semua uangnya, sejumlah sepuluh lian perak, dan memberinya kepada biarawan dan berkata,”Ini untuk memperbaiki biara.” Biarawan itu berkata,”Hal ini membutuhkan uang yang sangat banyak, kami takut tidak dapat memenuhi harapanmu.” Pao Ping kemudian mengeluarkan semua kain dan pakaiannya dan memberikannya ke si biarawan. Walaupun pelayannya telah berusaha menghalanginya dari berbuat hal ini, dia berkata,”Tidak apa-apa. Asal patung tersebut tidak rusak, apa artinya tidak mempunyai pakaian.” Biarawan berkata,”Memberi uang dan pakaian adalah suatu hal yang mudah, tapi ketulusanmu tidak mudah tercapai.” Sesudah biara diperbaiki, dia datang bersama ayahnya dan menginap di biara. Dalam mimpinya Pelindung Dharma datang untuk berterima kasih kepadanya,”Anakmu akan  menikmati kemasyuran.” Beberapa saat kemudian, putranya, Pien, dan cucunya bersamaan ditunjuk menduduki jabatan dalam pemerintahan.

7.   Kebajikan yang sebenarnya dan yang palsu
      Tentang hal mengumpulkan pahala, dapat dilakukan penjabaran lebih lanjut. Ada kebaikan yang sebenarnya, dan kebaikan yang palsu; Ada kebaikan yang tegas dan kebaikan yang berbelit-belit; Ada kebaikan yang tersembunyi dan ada yang dapat terlihat; Ada perbuatan yang terlihat seperti kebaikan, tetapi sebenarnya bukan; Ada kebaikan yang setengah-setengah dan ada yang sepenuhnya; Ada kebaikan yang besar dan ada yang kecil; Ada pula yang sulit dan yang mudah. Setiap orang harus mendalami lebih lanjut tentang hal ini, agar tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang dikira sebagai kebaikan tetapi ternyata mempunyai akibat yang sebaliknya.
      Lalu apakah sebenarnya kebajikan yang sebenarnya dan yang palsu? Dahulu ada seorang meminta petunjuk dari Bhikhu Cong Fong,”Buddha berkata kebaikan dan kejahatan seperti bayangan yang senantiasa mengikutinya. Sekarang ternyata ada seorang yang dermawan tetapi keturunannya tidak juga sukses. Sebaliknya orang lain yang berbuat hal-hal tidak baik justru keluarga dan keturunannya menjadi demikian berhasil. Kalau demikian apa yang dikatakan Buddha tidak ada dasarnya?” Cong Fong berkata,”Orang yang berkata seperti itu tidak mempunyai kearifan, tidak benar-benar mengerti apa yang merupakan kebaikan murni dan apa yang merupakan kejahatan. Tidak tahu diri sendiri telah salah mengerti, malah menyalahkan Tuhan dan orang lain.” Umum orang berkata,”Bagaimana bisa kebaikan dianggap menjadi kejahatan?” Cong Fong lalu bertanya pada mereka apa sebenarnya kebaikan dan kejahatan. Salah seorang berkata,”Memukul dan memaki orang adalah kejahatan, menghormati orang adalah kebaikan.” Cong Fong berkata,”Ini belum tentu.” Yang lain berkata,”Mendapatkan kekayaan dengan cara yang tidak halal adalah kejahatan, menjaga kebersihan dan kesucian adalah kebaikan.” Cong Fong berkata lagi,”Ini juga belum tentu.” Semua telah mengatakan kebaikan dan kejahatan atas pandangan mereka, tetapi  Cong Fong tidak menganggap demikian. Cong Fong lalu berkata,”Asalkan membawa kebaikan kepada orang lain adalah kebaikan, kebaikan yang untuk diri sendiri adalah kejahatan. Kalau membawa manfaat kepada orang, walaupun dengan memukulnya atau memakinya, itu juga merupakan kebaikan. Kalau hanya demi keuntungan sendiri, walaupun kamu menghormati orang, mengalah pada orang lain, itu juga termasuk kejahatan. Maka kebaikan untuk orang lain barulah merupakan kebaikan yang sebenarnya, kebaikan untuk sendiri adalah kebaikan palsu. Kebaikan yang keluar dari lubuk hati adalah kebaikan sebenarnya, kebaikan untuk dipamerkan adalah kebaikan yang palsu. Kebaikan yang tanpa pamrih adalah kebaikan sebenarnya, kebaikan yang mengharapkan balasan adalah kebaikan yang palsu.

8.   Kebajikan yang setulus hati dan yang berpamrih
      Tentang kebaikan yang tegas dan yang berbelit-belit, biasanya, orang yang berhati-hati dan berpembawaan tenang dianggap sebagai baik, tetapi sebenarnya para suci melihat bahwa mereka yang selalu berterus terang adalah benar-benar baik. Walaupun berhati-hati dan lemah lembut, belum tentu orang tersebut mempunyai semangat dan cita-cita yang berbudi luhur. Sebaliknya orang yang berpendirian teguh, berani, dan berterus-terang merupakan sikap-sikap yang selalu dipuji oleh para bijaksana.
      Dalam hal ini, penilaian surga adalah sama dengan penilaian para bijaksana dan berbeda dengan penilaian awam. Karenanya, kebajikan tidak dapat dilakukan dengan sekedar mengikuti pendapat orang ramai atau untuk menyenangkan orang lain. Ia harus muncul dari satu-satunya pemikiran untuk membantu dunia dan bukannya menyenangkan dunia. Keinginan yang sebenar untuk membantu orang lain, adalah kebajikan yang tegas dan sebenarnya. Jika kebajikan hanya dilakukan atas dasar menyenangkan dunia atau bermain dengan dunia, maka itu menjadi kebajikan yang tidak jujur.

9.   Kebajikan yang tersembunyi dan yang terlihat
      Kebaikan juga dapat dibagi atas kebajikan yang tersembunyi dan yang terlihat. Jika seseorang melakukan kebaikan dan dipamerkan kepada orang lain, itu dikategorikan kebaikan yang terlihat. Jika kebaikan dilakukan tanpa keinginan untuk ditunjukkan kepada orang lain, itu menjadi kebaikan yang tidak terlihat. Kebaikan yang terlihat hanya akan menerima balasan berupa reputasi yang baik, tetapi kebaikan yang tersembunyi akan menerima balasan yang berlipat ganda dari Tuhan. Kalau reputasi seseorang melebihi nilai dirinya yang sebenarnya maka hanya akan mengundang kesulitan besar. Ketenaran tidak dapat dianggap sebagai karunia, karena banyak orang yang mempunyai reputasi sering mempunyai ketenaran yang berlebihan, yang tidak mempunyai budi luhur yang sebenar untuk mendasarinya. Itulah sebabnya banyak keluarga yang terkenal mendapatkan kecelakaan. Itulah sebabnya para bijak dahulu kala menasehati bahwa adalah penting untuk tidak mempunyai ketenaran yang melebihi nilai diri yang sebenarnya. Jika ada orang yang tidak melakukan kesalahan apapun tetapi mendapatkan cemoohan, orang yang dapat menerima hal ini dan tidak terganggu olehnya adalah orang yang berbudi. Sering keturunannya menjadi sangat berhasil. Perbedaan antara kebajikan yang tersembunyi dan yang terlihat adalah pada diketahui atau tidak oleh orang lain.

10. Perbuatan yang hanya terlihat baik dan perbuatan yang merupakan kebajikan sebenarnya
      Dalam berbuat baik, sering terjadi sesuatu yang terlihat baik tetapi sebenarnya bukan merupakan kebaikan. Sebagai contoh, dahulu di negara Lu, ada peraturan dimana negara akan memberikan penghargaan kepada orang yang bersedia membayar uang tebusan untuk warga yang ditahan oleh negara lain. Murid Confusius yang bernama Ce Kong, sesudah membayar uang tebusan menolak menerima penghargaan tersebut. Sewaktu Confusius mendengar hal ini, beliau memarahi Ce Kong dan berkata,”Kamu salah, karena apapun yang dilakukan seorang ksatria dapat mempengaruhi masyarakat dan menjadi panutan bagi setiap orang. Kamu tidak boleh berbuat sesuatu hanya untuk kepentinganmu. Di negara Lu hanya ada sedikit orang yang berada, kebanyakan orang hidup miskin. Jika kamu memberikan teladan bahwa menerima hadiah merupakan hal yang memalukan, maka orang lainpun tidak akan berani menerima penghargaan tersebut. Jika tanpa penghargaan, dalam keadaan sekarang ini siapa yang bersedia membayar uang tebusan? Tradisi membayar uang tebusan untuk membawa kembali tahanan akan segera menghilang.”
      Contoh yang lain adalah sewaktu murid Confusius yang lain, Ce Lu, menyelamatkan seseorang yang hampir tenggelam dan menerima hadiah seekor kerbau sebagai tanda terima kasih. Confusius yang mendengar hal ini berkata.”Baik sekali, sekarang orang-orang di seluruh Lu akan selalu berusaha menolong orang yang hampir tenggelam. Karena ada yang bersedia menolong dan yang lain bersedia membayar, maka akan tercipta suatu hubungan yang baik.
      Pada umumnya Ce Kong yang tidak bersedia menerima uang hadiah akan dinilai sangat baik dan Ce Lu yang menerima kerbau sebagai hadiah dinilai tidak baik. Tetapi Confusius memandangnya secara berbeda.
      Saat berbuat sesuatu, perbuatan yang dianggap baik sekalipun, haruslah dilakukan dengan terlebih dahulu mempertimbangkan akibat lainnya yang akan muncul belakangan. Janganlah hanya melihat akibatnya terhadap diri sendiri, tetapi pertimbangkan akibatnya terhadap masyarakat yang lebih besar. Jika saya melakukan sesuatu yang baik tetapi ternyata hasil akhirnya menyakitkan orang lain, maka itu menjadi sesuatu yang kelihatan baik tetapi sebenarnya bukan. Atau sebaliknya, jika suatu sikap atau perbuatan yang umumnya dianggap buruk tetapi hasilnya menguntungkan orang lain, maka itu merupakan kebaikan. Ada contoh-contoh lain tentang apa yang dikira baik tetapi ternyata bukan, misalnya sifat memaafkan dan toleransi yang berlebihan, memuji orang lain secara berlebihan sehingga membuat orang tersebut lupa diri, memenuhi janji kecil yang mengakibatkan kesulitan yang lebih besar kemudian ataupun memanjakan anak kecil. Semua perbuatan ini harus dipertimbangkan kembali.

11. Kebajikan yang pantas dan yang tidak pantas
      Kebaikan juga ada yang sesuai untuk dilakukan dan sebaliknya ada yang tidak sesuai untuk dilakukan. Suatu ketika, ada seorang perdana menteri bernama Li. Setelah dia pensiun dan kembali ke desanya, penduduk desa tetap berlaku hormat kepadanya. Suatu hari seorang penduduk mabuk dan berlaku tidak sopan kepadanya. Tuan Li tidak merasa terganggu dengan hal itu. Menganggap bahwa itu dilakukan dalam keadaan tidak sadar, Li tidak menghukum orang tersebut. Tahun berikutnya, orang tersebut semakin memburuk kelakuannya. Dia melakukan sesuatu yang mengakibatkan dia harus dihukum mati. Tuan Li merasa sangat menyesal. Dia berkata kepada dirinya sendiri,”Jika ketika itu saya membuatnya disiplin, maka tentu akan dapat memperbaiki kelakuannya sehingga dia tidak berlaku buruk yang membuatnya dihukum mati. Tidak seharusnya saya berlaku lunak terhadap dia.” Ini adalah contoh tentang suatu kemurahan hati dapat juga mengakibatkan sesuatu yang salah.
      Saya dapat memberikan contoh yang lain tentang bagaimana perbuatan yang buruk ternyata dapat menghasilkan akibat yang baik. Suatu ketika di suatu tempat terjadi kelaparan berkepanjangan dan orang-orang menjadi bengis, dengan terbuka mengambil makanan dari orang lain. Ada seorang yang sangat kaya yang melaporkan hal ini kepada pemerintah. Sesudah beberapa saat, pemerintah belum juga memberi perhatian, sehingga orang-orang menjadi semakin berani dan semakin menghebat kelakuannya. Pada keadaan demikian, keluarga ini sendiri yang turun tangan menghukum orang-orang tersebut. Dengan cara demikian, area tersebut mempunyai sedikit kedamaian, sehingga tidak sempat menjadi fatal.
      Setiap orang mengetahui bahwa kebaikan adalah sesuatu yang pantas dan kejahatan adalah tidak pantas. Tetapi apabila perbuatan baik mengakibatkan keadaan buruk, maka itu tidak pantas. Sebaliknya suatu perbuatannya buruk yang mengakibatkan keadaan yang baik adalah perbuatan yang pantas.

12. Kebajikan yang sepenuhnya dan yang separuh hati
      Hal berikut yang perlu dipahami adalah mengenai kebaikan yang setengah-setengah dan yang sepenuhnya. Dalam kitab I Ching disebutkan bahwa jika kebaikan tidak dilakukan sepenuhnya maka tidak akan menghasilkan keberhasilan. Kejahatan yang tidak sepenuhnya pun tidak akan mengakibatkan kehancuran total. Ini sama seperti mengisikan barang ke dalam container, jika dilakukan dengan rajin maka akan segera penuh, jika dilakukan dengan malas tidak akan menjadi penuh.
      Sebagai contoh, suatu ketika ada seorang wanita yang pergi ke suatu biara untuk bersembahyang dan memberikan persembahan, tetapi karena miskin dia hanya mempunyai dua keping uang, tetapi biarawan tetap keluar untuk memberkatinya. Belakangan, wanita tadi menjadi anggota keluarga istana dan membawa ribuan uang emas untuk dipersembahkan. Kali ini si biarawan hanya mengirimkan salah satu dari muridnya. Karenanya si wanita bertanya,”Sebelumnya saya pernah memberi dua keping uang, tetapi Anda secara pribadi keluar untuk memberi pemberkatan. Hari ini saya memberi ribuan uang emas, mengapa Anda tidak secara langsung memberi pemberkatan?” Si biarawan berkata,”Di masa lalu, walaupun Anda hanya menyumbang sedikit tetapi dilakukan dengan setulusnya. Kecuali jika saya melakukan pemberkatan secara langsung maka tidak akan cukup. Hari ini walaupun Anda menyumbang demikian banyak, hatimu tidak seperti yang dulu. Sehingga saya cukup mengirimkan seorang murid untuk melakukan pemberkatan.” Ini adalah contoh tentang ribuan emas yang hanya menjadi setengah kebaikan dan dua keping uang yang merupakan kebaikan sepenuhnya.
      Dahulu, ada seorang Dewabernama Cong Li. Dia mengajari Li Tong Ping ilmu yang dapat merubah besi menjadi emas demi untuk membantu dunia. Li Tong Ping bertanya apakah emas itu akan berubah kembali menjadi bentuk asalnya, dan Cong berkata bahwa hal tersebut akan terjadi lima ratus tahun kemudian. Li berkata,”Bukankah hal ini akan mengakibatkan kericuhan lima ratus tahun kemudian? Saya mengira saya tidak menginginkan ilmu ini.” Cong berkata,”Untuk dapat menjadi dewa, harus mengumpulkan tiga ribu pahala, dan hanya dengan kata-kata Anda tadi sudah seharga tiga ribu pahala. Sekarang Anda telah dapat menjadi dewa.”
      Jadi dalam berbuat baik harus dilakukan secara alami dan tulus, dan tidak membanggakannya atau mengingatnya kemudian. Dan walaupun hanya merupakan kebaikan yang kecil akan menghasilkan buah yang baik. Jika ada tujuan dalam berbuat baik, dan dalam memberi mengharapkan balasannya, maka walaupun kebaikan sudah dilakukan seumur hidup, tetap saja merupakan kebaikan yang tidak penuh.
      Dalam memberi berlakulah seolah-olah tidak ada yang menerima. Dengan demikian pemberi, penerima, dan uang yang diberikan semua terjadi tidak dengan kesadaran. Pemberian seperti ini, satu sen pun sudah cukup untuk membayar karma buruk dalam ribuan tahun kehidupan, dan memberi semangkuk nasi pun merupakan kebaikan yang tidak terbatas. Jika seseorang, dalam memberi tidak melupakannya, atau mengharapkan balasan, atau merasa menyesal dan sakit hati terhadap pemberian yang sudah dilakukan, maka walaupun sudah memberikan sepuluh ribu keping emas pun akan tetap merupakan kebaikan yang setengah-setengah.

13. Kebajikan yang besar dan yang kecil, yang sulit dan yang mudah
      Selanjutnya mari kita lihat tentang kebaikan yang besar dan kecil. Dahulu, ada seorang yang bernama Wei Cong Ta. Dia merupakan pejabat tinggi di istana. Suatu ketika rohnya meninggalkan tubuhnya dan dibawa ke neraka. Raja neraka mengeluarkan buku yang mencatat semua perbuatannya, yang baik maupun jahat. Dia melihat bahwa catatan perbuatan buruknya memenuhi seluruh tempat persidangan sedangkan perbuatan baiknya hanya beberapa lembar saja. Kemudian raja neraka menyuruh bawahannya untuk melakukan penimbangan. Ternyata seluruh catatan perbuatan buruknya masih lebih ringan daripada beberapa lembar perbuatan baiknya. Cong Ta merasa sangat heran dan berkata,”Saya baru saja berumur empat puluh tahun. Bagaimana saya dapat melakukan demikian banyak perbuatan buruk?” Raja neraka berkata,”Pikiran yang buruk pun akan dicatat. Yang tidak dilakukan sekalipun.” Kemudian Cong Ta bertanya,”Lalu mengapa catatan kebaikan saya masih dapat lebih berat dari yang jahat?” Raja neraka menjawab,”Kaisar sering merencanakan melakukan proyek besar. Sewaktu sebuah jembatan batu direncanakan untuk dibangun di propinsi Fujian, Anda telah mengusulkan untuk tidak dilakukan karena mempertimbangkan kesukaran yang akan dihadapi puluhan ribu penduduk yang terpaksa bekerja keras.” Cong Ta mengatakan,”Memang saya mengusulkan hal tersebut, tetapi raja tidak mengikuti nasehat saya, bagaimana hal tersebut boleh diperhitungkan?” Raja neraka berkata,”Walaupun raja tidak menerima nasehatmu, hanya perhatianmu untuk berbuat baik akan berpengaruh terhadap sepuluh ribu orang. Jika usulanmu diterima maka kebaikannya masih akan lebih besar lagi.
      Jadi, suatu perbuatan yang berpengaruh terhadap sepuluh ribu orang, walaupun perbuatannya kecil, membawa akibat yang besar sekali. Sebaliknya, jika perhatian hanya diberikan kepada satu orang saja, dan kebaikannya juga hanya berpengaruh kepada satu orang saja, maka walaupun perbuatannya besar, akibat keseluruhannya kecil.
      Kebajikan yang sulit dan mudah juga berbeda. Kebajikan yang dilakukan dalam kondisi yang sulit merupakan kebajikan yang lebih berharga. Contoh dari orang yang berbuat baik dalam kondisi yang sulit adalah Tuan Shu dari Jiang-xi, yang menggunakan penghasilannya selama dua tahun untuk membayarkan denda orang lain untuk memungkinkan orang tersebut berkumpul kembali dengan keluarganya. Di propinsi Hunan, ada Tuan Cang yang menggunakan tabungannya selama sepuluh tahun agar orang lain dapat membayar hutangnya, sehingga dengan demikian istri dan putri orang tersebut dapat diselamatkan. Di Cen-ciang, ada seorang pria yang walaupun tidak mempunyai putra hingga masa tuanya, menolak seorang wanita muda yang ditawarkan tetangganya untuk dijadikan gundik (Hal ini merupakan kelaziman pada zaman tersebut).
      Contoh-contoh di atas menggambarkan orang yang memberikan semua yang dimiliki demi keuntungan dan kemudahan orang lain, untuk memahami dan memperhatikan orang lain. Semua perbuatan di atas melampaui apa yang dapat dilakukan dan diterima orang normal. Ini adalah contoh kebajikan yang luar biasa. Tetap menjalankan kebajikan pada saat diri sendiri sedang dalam kesulitan, tanpa mempunyai uang dan kekuasaan merupakan pahala yang lebih besar. Jika memiliki uang dan kekuasaan, maka kesempatan untuk berbuat baik dan mengumpulkan pahala adalah sangat mudah. Tetapi jika tetap tidak dilakukan, maka sia-sialah orang tersebut. Seperti ada suatu pepatah yang mengatakan,”Jika ada orang kaya yang menolak untuk berbuat baik, orang tersebut seperti babi gemuk.”

14. Sepuluh (10) metoda untuk menjalankan kebajikan
      Kita sudah membicarakan dasar-dasar dan pemahaman tentang berbuat baik. Sekarang kita akan berbicara tentang membantu orng melalui metoda yang lain:
1.      Memberi kemudahan kepada orang lain,
2.      Memperlakukan orang lain dengan penuh hormat dan kasih sayang,
3.      Membantu kehendak untuk berbuat kebaikan,
4.      Mendorong orang untuk berbuat baik,
5.      Menolong orang yang sedang dalam kesulitan,
6.      Mendukung gotong-royong dan pekerjaan umum,
7.      Melepaskan keterikatan pada kekayaan,
8.      Melindungi Dharma sejati,
9.      Menghormati orang yang lebih tua,
10.   Melindungi kehidupan makhluk-makhluk hidup.        

(1)   Tentang yang pertama, memberi kemudahan kepada orang lain, kita dapat mencontoh salah satu kaisar Cina yang pertama, Shun, sewaktu muda Ia suatu ketika menyaksikan orang yang sedang menangkap ikan di propinsi Shandong. Dia mengamati bahwa tempat yang banyak ikannya, pada bagian yang dalam airnya selalu dikuasai oleh nelayan yang lebih muda dan nelayan tua yang lebih lemah kebagian tempat yang berarus deras, sehingga diamenjadi prihatin. Akhirnya dia memutuskan untuk ikut menangkap ikan, dan setiap kali dia bertemu dengan nelayan yang datang menuntut dan mengambil tempatnya, dia akan merelakan tempatnya tanpa berkata sepatah katapun. Dan jika bertemu dengan orang yang memberi kesempatan kepadanya untuk menangkap ikan, maka segera ia akan mengucapkan terima kasih. Beberapa waktu kemudian, dia telah berhasil menciptakan suasana saling menghormati dan memberi.
Walaupun Shun dapat melakukan perubahan dengan kemampuan untuk mengajar melalui kata-kata, tetapi dia menggunakan dirinya sendiri sebagai contoh untuk merubah suasana. Karenanya, dalam sikap hidup, adalah penting untuk tidak menggunakan kebaikan diri sendiri untuk memojokkan kelemahan orang lain. Jangan pergunakan kecerdasan untuk mempermainkan orang lain. Selalulah hidup dalam kerendahan hati. Jika melihat kekurangan orang lain, bersifatlah penuh toleransi. Jika melihat orang melakukan kebaikan, kecil sekalipun, pujilah mereka. Hal ini secara tidak langsung akan menjadi pelajaran bagi mereka yang berbuat tidak baik. Dengan demikian orang yang bersalah tidak akan merasa dipermalukan sehingga mereka akan mempunyai kesempatan untuk berubah. Jadi dalam memberi kemudahan kepada orang lain, selalulah berpikir tentang kesejahteraan keseluruhan dan perlindungan pada kebenaran.
(2)     Hati yang penuh hormat dan kasih sayang terhadap orang lain tidak dapat sekedar dilihat dari perbuatan tetapi harus dilihat dari motivasi. Ada suatu pepatah yang mengatakan bahwa perbedaan antara seorang ksatria dan yang bukan adalah pemikirannya. Seorang ksatria yang sebenarnya memperlakukan semua orang dengan penuh hormat dan kasih sayang, tanpa memilih dan tanpa mengharapkan balasan dari perbuatannya. Beras yang sama menghidupi ratusan jenis manusia yang berbeda. Walaupun setiap manusia adalah berbeda, berbeda dalam kedudukan, berbeda dalam kepintaran, tetapi semuanya adalah manusia. Jadi semuanya harus diperlakukan dengan penuh hormat. Memperlakukan seorang manusia biasa sama seperti memperlakukan para suci. Memperlakukan semua orang dengan penuh hormat dan kasih sayang harus dimulai dengan menyelami diri orang lain, secara kejiwaan dan intelektual.
(3)   Adalah penting untuk mendukung mereka yang ksatria, yang mempunyai hati yang baik. Janganlah membuang mereka seperti sebongkah batu, tetapi asahlah mereka menjadi sebutir permata. Jika melihat orang yang sedang berbuat baik, dukunglah mereka untuk mencapai kehendaknya.
Umumnya, dalam masyarakat hanya terdapat sedikit ksatria yang memperjuangkan kebaikan, sementara itu lebih banyak yang berpangku tangan, sambil menunggu kesempatan yang terbaik bagi diri sendiri. Ditambah lagi dengan sikap manusia yang selalu membela pendapat/kebiasaan yang sepaham dan menolak yang tidak, seorang ksatria menjadi berhadapan dengan kesulitan untuk bersikap dalam masyarakat seperti ini. Untuk itu seorang ksatria harus memiliki determinasi dan keberanian yang sangat kuat. Seorang ksatria sering mempunyai ucapan dan perbuatan yang berlainan dengan masyarakat pada umumnya. Mereka sangat jujur dan sering bertindak tanpa perhitungan. Mereka mengabaikan cara untuk membangun citra dirinya untuk dapat diterima anggapan umum. Jadi, orang yang tidak bijaksana sering mengkritik dan memojokkan orang-orang baik tersebut sehingga mereka tidak lagi mempunyai kesempatan untuk mengembangkan kebaikannya.
(4)   Sebenarnya setiap orang mempunyai kesadaran yang sempurna, tetapi karena kehidupan yang menyesatkan, karena tarikan dari ketenaran dan kekayaan, sering orang menjadi tenggelam dalam keduniawian. Dalam berhubungan dengan orang lain, selalulah memberi semangat untuk berbuat baik. Han Yi mengatakan,”Untuk menyadarkan orang sekali, gunakanlah mulut. Untuk menyadarkan orang selama ratusan generasi, tulislah buku.” Kebiasaan yang baik sulit dibina tetapi begitu terbina akan menjadi sahabat selama-lamanya karena ia selalu mudah diatur. Sebaliknya kebiasaan yang buruk mudah terjadi dan sekali terbiasa akan menjadi musuh untuk selama-lamanya, karena ia selalu mau mengatur.
(5)     Apakah itu menolong orang yang sedang dalam kesulitan? Kehidupan orang dipenuhi oleh musibah dan ketidak-beruntungan. Pada saat menemui orang lain dalam kesulitan, rasakan kesulitan tersebut seperti jika kita sendiri yang menghadapinya. Tanpa banyak perhitungan, segeralah berikan bantuan kepada mereka yang dalam kesulitan. Mulut dapat dipergunakan untuk memberikan kenyamanan kepada orang lain, berbagai metoda lain dapat juga digunakan.
(6)    Apakah itu mendukung gotong royong dan pekerjaan umum? Banyak pekerjaan yang bermanfaat untuk orang ramai, misalnya pembangunan jalan, jembatan, gedung sekolah, ataupun tempat ibadah. Pekalah terhadap keadaan di sekitar kita dan dukunglah pekerjaan-pekerjaan yang bermanfaat.
(7)     Apakah itu melepaskan keterikatan pada kekayaan? Sang Buddha memberi pelajaran bahwa ada sepuluh ribu jalan untuk mengembangkan spiritual, dan yang pertama adalah dengan memberi. Memberi adalah juga melepas keterikatan. Semakin baik pembinaan diri seseorang, semakin mudah pula ia memberikan apa saja yang dimiliki tanpa banyak pertanyaan. Tentu saja, tidak mudah untuk mencapai tingkatan seperti ini. Kekayaan sering dilihat sebagai lebih penting daripada kehidupan, jadi sebagai langkah pertama untuk melepaskan keterikatan pada seluruh permasalahan keduniawian adalah dengan merelakan apa yang paling sulit untuk diberikan, yaitu uang. Memberi kepada orang yang dalam kekurangan mempunyai banyak kebaikan. Secara internal, memberi akan mengurangi sifat egois, dan kikir. Secara eksternal, pemberian dapat membantu orang keluar dari kesulitan dan pada akhirnya menciptakan suasana yang mendukung pertumbuhan spiritual. Pada mulanya memberi mungkin dirasakan sebagai paksaan, tetapi segera ia akan menjadi kebiasaan. Memberi juga akan menutupi dan menjauhkan diri dari kekurangan-kekurangan lainnya.
(8)    Apakah itu melindungi dan mendukung Dharma Sejati? Dharma untuk memberikan panduan supaya mencapai penerangan, untuk bebas dari kelahiran dan kematian. Jadi, memberi perlindungan kepada Dharma adalah memberi kemudahan bagi orang yang akan membina dirinya. Jika orang yang membina dirinya dengan baik bertambah satu artinya sudah berkurang satu pula orang yang akan jatuh ke dalam penderitaan. Perlindungan terhadap Dharma mencakup pembangunan tempat ibadah, mencetak kitab suci, memberi perlindungan kepada orang yang membina diri, dan lain-lain.
(9)    Apakah itu menghormati orang yang lebih tua? Menghormati orang yang lebih tua adalah menghormati orang tua, kakak, pimpinan dan terutama kepada orang yang berbudi dan bijaksana. Dalam menghadapi orang tua, harus dilakukan dengan ramah dan penuh hormat. Dan dalam bekerja pada masyarakat, tidak boleh berkelakuan buruk walaupun dalam area yang tidak terjangkau oleh hukum. Dalam menghukum tahanan, sangat penting untuk tidak berlebihan.
(10)  Apakah itu melindungi kehidupan makhluk-makhluk hidup? Yang dinamakan manusia karena ia memiliki rasa kasihan. Untuk membangun sifat yang berwelas kasih dan memupuk budi kebajikan, rasa kasihanlah yang dijalankan. Mencius berkata,”Seorang ksatria selalu menjauhi dapur (Di China, banyak penjagalan yang dilakukan di dapur). Sebagai cara untuk mempertahankan sifat welas kasih, Mencius juga berkata bahwa sekalipun tidak dapat menjadi vegetarian sepenuhnya, setidaknya kita memenuhi hal-hal berikut: (1) Jika terdengar suaranya saat disembelih, jangan makan dagingnya. (2) Jika melihat ia dibunuh, jangan makan dagingnya. (3) Jika hewan tersebut adalah peliharaan sendiri, jangan dimakan. Dan (4) Yang sengaja disembelih khusus untuk anda, jangan dimakan. Ini adalah empat keadaan di mana kita tidak makan daging.
Orang dahulu kala memasak kepompong untuk mendapatkan sutranya sebagai bahan pakaian, dan dalam bercocok tanam kita juga terbantu oleh serangga. Jadi, adalah penting juga untuk tidak menyia-nyiakan makanan dan pakaian, yang pada akhirnya juga berarti sudah memberikan perhatian kepada makhluk hidup. Dalam kehidupan, perlu juga dikembangkan sikap yang berhati-hati agar tidak menyakiti orang lain yang lebih lemah, termasuk makhluk-makhuk lain yang lebih kecil. Ada pepatah kuno yang mengatakan,”Untuk melindungi tikus, sejumlah beras disisakan untuk tikus. Untuk melindungi ngengat, lampu tidak dinyalakan.”
Metoda untuk mengumpulkan kebaikan sangat banyak dan tidak dapat dijelaskan sepenuhnya, tetapi jika dapat segera dimulai dengan kesepuluh metoda ini, pasti akan menjadi permulaan yang baik.
Nasehat Keempat:   Keuntungan dari kerendahan hati
      Pada I Ching (Kitab tentang perubahan) dikatakan bahwa Tuhan akan mengambil dari mereka yang hidup bermegah dan memberi kepada mereka yang sederhana. Kalau kita memperhatikan bahwa air pada permukaan yang tinggi akan selalu mengalir ke tempat yang rendah, dengan cara yang sama para suci dan dewa-dewi akan mengambil dari mereka yang sombong, dan melindungi mereka yang sederhana. Hal yang sama terjadi pada manusia. Mereka yang sombong dan penuh dengan sikap mementingkan diri sendiri, akan dijauhi oleh orang lain, dan hanya mereka yang rendah hati akan dihormati. Pada I Ching ada enam puluh empat (64) hukum yang menjelaskan tiga ratus delapan puluh empat (384) nasihat, dua pertiga di antaranya merupakan peringatan dan nasihat. Tetapi dalam keenam hukum yang merupakan “Hexagram kerendahan hati” seluruhnya adalah merupakan pujian. Sehingga ada pepatah umum mengatakan bahwa kerendahan hati akan membawa keberuntungan dan kesombongan mengakibatkan kesulitan.
      Kalau anda melihat para terpelajar yang miskin, biasanya saat-saat sebelum mereka menjadi terkenal, mereka sangat, sangat sederhana. Beberapa tahun yang lalu ada sepuluh orang dari dusun saya yang berangkat ke ibu kota untuk mengikuti ujian pemerintahan. Di antara mereka ada seorang yang bernama Ting Ping, yang paling muda dan juga paling rendah hati. Saya telah memberitahu kepada teman-teman lain bahwa Ting Ping yang akan lulus dari ujian pemerintahan tahun tersebut sehingga teman-teman bertanya,”Bagaimana Anda dapat memastikannya?” Saya mengatakan,”Hanya mereka yang rendah hati akan menerima keberuntungan dan dalam kelompok tersebut ia yang paling rendah hati dan juga tulus hati. Hanya dia yang menghormati orang lain dan tidak pernah bertengkar dengan orang lain. Jika dia diperlakukan tidak sebagaimana mestinya dia selalu toleran, jika dia mendengar makian dia tidak perlu membalas. Jika ada yang sudah mencapai tahap kerendahan hati seperti ini, isi surga dan dewa-dewi tentu saja akan melindunginya, tentu saja dia yang akan lulus ujian pemerintahan.” Pada saat waktunya tiba, terbukti dia yang lulus ujian.
      Beberapa yang lain yang tidak lulus merubah kesombongan mereka menjadi rendah hati dan akhirnya juga lulus belakangan. Sebelum surga mengaruniai seseorang, sebelum keberuntungan datang, kebijaksanaan terlebih dahulu harus dibangkitkan. Begitu kebijaksanaan bangkit dengan sendirinya mereka menjadi rendah hati, kesombongan menghilang dan keberuntungan segera datang.
      Ada orang lain yang berasal dari Jiang-Ying, bernama Cang. Dia sangat berbakat, cerdas, dan terkenal. Saat ikut ujian dan ternyata tidak lulus dia menjadi sangat marah. Dia mulai menyalahkan pengawas yang ia katakan tidak punya mata. Ada seorang pendeta Tao yang tersenyum menyaksikan kejadian itu, Tuan Cang yang disenyumi seperti ini mulai mengarahkan kemarahannya kepada si pendeta. Pendeta kemudian berkata,”Pasti tulisan Anda yang kurang baik.”
      Tuan Cang berkata,”Bagaimana Anda tahu? Kamu tidak pernah melihat tulisan saya.” Pendeta Tao berkata,”Orang mengatakan untuk dapat menulis dengan baik, harus dimiliki ketenangan dan kedamaian, dan saya melihat anda membuka mulut untuk memaki orang lain, jelas anda tidak damai dan juga tidak tenang. Jadi bagaimana anda dapat menulis dengan baik?”
      Tuan Cang menjadi terdiam kemudian berbalik dan meminta nasehat dari si pendeta. Pendeta berkata,”Untuk lulus dari suatu ujian juga tergantung kepada nasib. Jika memang sudah nasib anda untuk tidak lulus, maka tidak perduli berapa banyak pun waktu yang anda habiskan anda tidak akan lulus. Yang pertama-tama perlu anda lakukan adalah merubah diri anda.” Dan Cang bertanya,”Jika memang sudah ditakdirkan, lalu bagaimana mungkin kita merubahnya? Pendeta Tao kemudian berkata,”Walaupun takdir sudah ditentukan dari surga, tetapi untuk membangunnya adalah tergantung diri sendiri. Jika seseorang mengumpulkan banyak pahala, maka apapun yang diharapkan akan tercapai.”
      Cang kemudian bertanya,”Saya seorang yang miskin, bagaimana saya dapat berbuat baik dan mengumpulkan pahala?” Pendeta Tao menjawab,”Perbuatan baik dan pahala adalah dikumpulkan melalui hati. Jika anda selalu bersikap ramah terhadap orang lain, maka itulah pahala yang sangat besar. Untuk bersikap rendah hati tidak membutuhkan biaya. Mengapa anda tidak melakukan sebaliknya, daripada menyalahkan pengawas ujian, anda sebaiknya melihat ke dalam diri anda dan mungkin akan terlihat bahwa kerendahan hati anda kurang atau memang anda yang tidak cukup baik.” Tuan Cang seketika tersadar dan mulai merubah caranya.
      Tiga tahun kemudian dalam suatu mimpi dia mendatangi suatu bangunan besar dan menjumpai suatu buku. Dia dalam keingintahuannya bertanya kepada orang disebelahnya,”Buku apa ini?” Orang di sebelahnya menjawab,”Ini adalah daftar tahunan mereka yang sudah lulus ujian.” Cang bertanya,”Mengapa ada demikian banyak tempat yang kosong?” Dan orang tersebut menjawab,”Setiap tiga tahun dilakukan pemeriksaan di neraka dan hanya mereka yang sudah berbuat pahala tertentu dan tidak melakukan kejahatan-kejahatan akan tetap dipertahankan dalam daftar. Tempat kosong ini tadinya berisi nama orang-orang yang seharusnya lulus pada ujian, tetapi karena kelakuannya nama mereka harus dihapus. Selama tiga tahun ini kamu sudah bersikap sangat hati-hati dan secara rajin memperbaiki dirimu. Anda boleh menempati tempat kosong ini jadi selamat kepada anda. Dan pada tahun tersebut Tuan Cang lulus ujian dan menjadi orang ke-105 yang lulus.
      Jadi, jika kita mengerti tentang pepatah umum bahwa dalam kehidupan janganlah berbuat sesuatu yang memalukan karena selalu ada dewa kesadaran di atas kepala kita yang mengetahui segalanya. Jadi, dalam kehidupan kita, apakah akan mendapatkan keberuntungan atau kesialan, semuanya terpulang pada suatu pikiran – jika pikiran dapat dikendalikan dan dijaga agar tetap murni dan juga tetap memelihara sifat rendah hati, dengan sendirinya kita akan terlindungi oleh dewa-dewi.
      Sebaliknya jika sombong dan penuh dengan kepentingan diri, memanfaatkan kekuasaan, kepandaian, dan kekayaan untuk kesombongan dan menindas yang lain, maka tidak mungkin akan memiliki masa depan yang cemerlang. Tidak akan berhasil apalagi mendapatkan nasib baik. Jadi, orang yang bijaksana dan mengerti Tao tidak akan merusak masa depan dan keberuntungannya sendiri. Orang yang rendah hati dapat menerima pelajaran dari orang lain, sehingga dengan cara yang sama akan menerima kebijaksanaan, keberuntungan, dan keuntungan yang banyak. Inilah hukum dasar kehidupan.
      Tak heran jika ada ungkapan bahwa jika kita ingin memiliki kekayaan dan kedudukan, kita akan memilikinya. Jika kita ingin terkenal, dapat juga dimiliki. Karena saat membuat komitmen dalam diri kita, adalah seperti pohon yang menyiapkan akarnya. Jika komitmen dalam diri kita dibuat mendalam, sering membina kerendahan hati dalam berhubungan dengan orang lain, sering membantu dan melayani orang lain, dengan demikian akan mengharukan Langit dan Bumi, dan dengan sendirinya apa yang kita inginkan akan tercapai.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar