Senin, 25 Mei 2015

DHAMMAPADA ( sabda-sabda Buddha Gotama ) part III

Nafsu Keinginan

334. Bila seseorang hidup lengah, maka nafsu keinginannya tumbuh, seperti tanaman Maluva yang menjalar. Ia melompat dari satu kehidupan ke kehidupan lain, bagaikan kera yang senang mencari buah-buahan di dalam hutan.

335. Dalam dunia ini, siapa pun yang dikuasai oleh nafsu keinginan rendah dan beracun, penderitaannya akan bertambah seperti rumput Binara yang tumbuh dengan cepat karena disirami dengan baik.

336. Tetapi barangsiapa dapat mengatasi nafsu keinginan yang beracun dan sukar dikalahkan itu, maka kesedihan akan berlalu dari dirinya, seperti air yang jatuh dari daun teratai.

337. Kuberitahukan hal ini kepadamu : "Semoga engkau sekalian yang telah datang berkumpul disini memperoleh kesejahteraan! Bongkarlah nafsu keinginanmu, seperti orang mencabut akar rumput Binara yang harum. Jangan biarkan Mara menghancurkan dirimu berulang kali, seperti arus sungai menghancurkan rumput ilalang yang tumbuh di tepi.

338. Sebatang pohon yang telah ditebang masih akan dapat tumbuh dan bersemi lagi apabila akar-akarnya masih kuat dan tidak dihancurkan. Begitu pula selama akar nafsu keinginan tidak dihancurkan, maka penderitaan akan tumbuh berulang kali.

339. Apabila tiga puluh enam nafsu keinginan di dalam diri seseorang mengalir deras menuju obyek-obyek yang menyenangkan, maka gelombang pikiran yang penuh nafsu akan menyeret orang yang memiliki pandangan salah seperti itu.

340. Di mana-mana mengalir arus ( nafsu-nafsu keinginan ); di mana-mana tanaman menjalar tumbuh merambat. Apabila engkau melihat tanaman menjalar ( nafsu keinginan ) tumbuh tinggi, maka harus kau potong akar-akarnya dengan  kebijaksanaan.

341. Dalam diri makhluk-makhluk timbul rasa senang mengejar obyek-obyek indera, dan mereka menjadi terikat pada keinginan-keinginan indera. Karena cenderung pada hal-hal yang menyenangkan dan terus mengejar kenikmatan indera, maka mereka menjadi korban kelahiran dan kelapukan.

342. Makhluk-makhluk yang terikat nafsu keinginan, berlarian kian kemari seperti seekor kelinci yang terjebak. Karena terikat erat oleh belenggu-belenggu dan ikatan-ikatan, maka mereka mengalami penderitaan untuk waktu yang lama.

343. Makhluk-makhluk yang terikat pada nafsu keinginan, berlarian kian kemari seperti seekor kelinci yang terjebak. Karena itu, seorang bhikkhu yang menginginkan kebebasan diri, hendaklah ia membuang segala nafsu keinginan.

344. Setelah bebas dari hutan keinginan ( kehidupan rumah tangga ), ia menemukan hutan kesucian ( kehidupan pertapa ). Tapi, walaupun telah bebas dari keinginan ( akan kehidupan rumah tangga ) ia kembali ke rumah lagi. Lihatlah orang seperti itu! Setelah bebas, ia kembali pada ikatan itu lagi.

345. Orang bijaksana menyatakan, bahwa belenggu yang terbuat dari besi, kayu ataupun rami tidaklah begitu kuat. Tetapi, ikatan terhadap anak-anak, isteri dan harta benda, sesungguhnya merupakan belenggu yang jauh lebih kuat.

346. Orang bijaksana menyatakan bahwa belenggu seperti itu amat kuat, dapat melemparkan orang ke bawah, halus dan sukar untuk dilepaskan. Walaupun demikian, para bijaksana akan dapat memutuskan belenggu itu, mereka meninggalkan kehidupan duniawi, tanpa ikatan, serta melepaskan kesenangan-kesenangan indera.

347. Mereka yang bergembira dengan nafsu indera, akan jatuh ke dalam arus ( kehidupan ), seperti laba-laba yang jatuh ke dalam jaring yang dibuatnya sendiri. Tapi para bijaksana dapat memutuskan belenggu itu, mereka meninggalkan kehidupan duniawi, tanpa ikatan, serta melepaskan kesenangan-kesenangan indera.

348. Tinggalkan apa yang telah lalu, yang akan datang maupun yang sekarang dan capailah Nibbana. Dengan pikiran yang telah bebas dari segala sesuatu, maka engkau tak akan mengalami kelahiran dan kelapukan lagi.

349. Orang yang pikirannya kacau, penuh dengan nafsu dan hanya melihat pada hal-hal yang menyenangkan saja, maka nafsu keinginannya akan terus bertambah. Sesungguhnya, orang seperti itu hanya akan memperkuat ikatan belenggu sendiri.

350. Orang yang bergembira dalam menenangkan pikiran, tekun merenungkan hal-hal yang menjijikkan ( sebagai obyek perenungan dalam samadi ) dan selalu sadar, maka ia akan mengakhiri nafsu-nafsu keinginannya dan menghancurkan belenggu Mara.

351. Orang yang telah mencapai tujuan akhir, tidak lagi mempunyai rasa takut, noda batin serta nafsu keinginan, sesungguhnya ia telah mematahkan ruji-ruji kehidupan. Bagi orang suci ( Arahat ) seperti itu, tubuhnya merupakan tubuh yang terakhir.

352. Orang yang telah bebas dari nafsu keinginan dan kemelekatan, pandai dalam menganalisa serta memahami Ajaran beserta pasangan-pasangannya, maka ia patut disebut seorang Pemilik Tubuh Akhir, pemilik Kebijaksanaan Agung, manusia agung.

353. Aku mengalahkan semuanya. Aku mengetahui semuanya. Aku bebas dari semuanya. Aku meninggalkan semuanya. Setelah menghancurkan nafsu keinginan, Aku bebas, Setelah menyadari segala sesuatu melalui usaha sendiri, maka siapakah yang patut Kusebut Guru ?

354. Pemberani Kebenaran ( Dhamma ) mengalahkan segenap pemberani lainnya; rasa kebenaran mengalahkan segenap rasa lainnya; kegembiraan dalam Kebenaran mengalahkan segenap kegembiraan lainnya. Orang yang telah menghancurkan nafsu keinginan akan mengalahkan segenap penderitaan.

355. Kekayaan dapat menghancurkan orang bodoh, tetapi tidak dapat menghancurkan mereka yang mencari pantai seberang ( Nibbana ). Karena serakah dari kekayaan, orang bodoh akan menghancurkan orang lain serta dirinya sendiri.

356. Rumput liar merupakan bencana bagi sawah dan ladang; nafsu indera merupakan bencana bagi manusia. Karena itu, dana yang dipersembahkan kepada mereka yang telah bebas dari nafsu indera akan menghasilkan pahala yang besar.

357. Rumput liar merupakan bencana bagi sawah dan ladang; kebencian merupakan bencana bagi manusia. Karena itu, dana yang dipersembahkan kepada mereka yang telah bebas dari kebencian akan menghasilkan pahala yang besar.

358. Rumput liar merupakan bencana bagi sawah dan ladang; ketidaktahuan merupakan bencana bagi manusia. Karena itu, dana yang dipersembahkan kepada mereka yang telah bebas dari ketidaktahuan akan menghasilkan pahala yang besar.

359. Rumput liar merupakan bencana bagi sawah dan ladang; nafsu keinginan merupakan bencana bagi manusia. Karena itu, dana yang dipersembahkan kepada mereka yang telah bebas dari nafsu keinginan akan menghasilkan pahala yang besar.

Bhikkhu

360. Sungguh baik mengendalikan mata; sungguh baik mengendalikan telinga; sungguh baik mengendalikan hidung; sungguh baik mengendalikan lidah.

361. Sungguh baik mengendalikan perbuatan; sungguh baik mengendalikan ucapan; sungguh baik mengendalikan semuanya ( indera-indera ). Seorang bhikkhu yang dapat mengendalikan semuanya akan bebas dari semua penderitaan.

362. Seseorang yang mengendalikan tangan, kakinya, ucapan dan pikirannya, yang bergembira dalam samadi dan memiliki batin yang tenang, puas berdiam seorang diri, maka orang lain menamakan dia "bhikkhu".

363. Seorang bhikkhu yang mengendalikan lidahnya, yang berbicara dengan bijaksana dan tidak sombong, yang dapat menerangkan Dhamma beserta artinya, maka akan kedengaran indah ucapannya itu.

364. Seorang bhikkhu yang selalu berdiam dan gembira dalam Dhamma, yang selalu merenungkan dan mengingat-ingat akan Dhamma, maka bhikkhu itu tidak akan tergelincir dari Dhamma yang mulia.

365. Hendaklah ia tidak mencela apa yang ia peroleh, juga hendaklah ia tidak merasa iri terhadap apa yang telah diperoleh orang lain. Seorang bhikkhu yang merasa iri terhadap apa yang diperoleh orang lain, tidak akan dapat mencapai perkembangan dalam samadi.

366. Walaupun hanya memperoleh sedikit, tetapi apabila seorang bhikkhu tidak mencela apa yang telah diperolehnya, maka para dewa pun akan memuji orang seperti itu, yang memiliki kehidupan bersih serta tidak malas.

367. Apabila seseorang tidak lagi melekat pada konsepsi "aku" atau "milikku", baik yang berkenaan dengan batin maupun jasmani, dan tidak bersedih terhadap apa yang dimilikinya, maka orang seperti itu layak disebut bhikkhu.

368. Apabila seorang bhikkhu hidup dalam cinta kasih dan memiliki keyakinan terhadap Ajaran Sang Buddha, maka ia akan sampai pada Keadaan Damai, berhentinya hal-hal yang berkondisi ( sankhara ).

369. Bhikkhu, kosongkanlah perahu ( tubuh ) ini. Apabila telah dikosongkan maka perahu ini akan melaju dengan pesat. Setelah memutuskan nafsu keinginan dan kebencian, maka engkau mencapai Nibbana.

370. Putuskanlah lima kelompok belenggu pertama ( dan sepuluh belenggu ), dan singkirkan lima kelompok kedua ( dan sepuluh belenggu ), serta kembangkan lima kekuatan secara sempurna. Apabila seorang bhikkhu telah bebas dari lima ikatan maka ia disebut seorang "Penyeberang Arus".

371. Bersamadilah, bhikkhu! Jangan lengah! Jangan biarkan pikiranmu diseret oleh kesenangan-kesenangan indera! Jangan karena lengah maka engkau harus menelan bola besi yang membara! Dan jangan karena terbakar maka engkau meratap. "Hal ini sungguh menyakitkan!"

372. Tak ada samadi dalam diri orang yang tidak memiliki kebijaksanaan. Dan tidak ada kebijaksanaan dalam diri orang yang tidak bersamadi. Orang yang memiliki samadi dan kebijaksanaan, sesungguhnya sudah berada di dekat Nibbana.

373. Apabila seorang bhikkhu telah pergi ke tempat sepi, telah menenangkan pikirannya dan telah dapat melihat Dhamma dengan jelas, akan merasakan kegembiraan yang belum pernah dirasakan oleh orang-orang biasa.

374. Bila seseorang dapat melihat dengan jelas akan timbul dan lenyapnya kelompok kehidupan ( khanda ), maka ia akan merasakan kegembiraan dan ketentraman batin. Sesungguhnya, bagi mereka yang telah mengerti tak akan ada lagi kematian.

375. Pertama-tama, inilah yang harus dikerjakan oleh seorang bhikkhu yang bijaksana, yaitu : mengendalikan indera-indera, merasa puas dengan apa yang ada, menjalankan peraturan-peraturan ( patimokkha ).

376. Bergaul dengan teman kehidupan suci yang rajin dan bersemangat. Hendaklah ia bersikap ramah dan sopan tingkah lakunya. Karena merasa gembira dalam menjalankan hal-hal tersebut, maka ia akan bebas dari penderitaan.

377. Seperti tanaman Vassika ( pohon melati yang merambat ) menggugurkan bunga-bunganya sendiri yang layu dan kering, begitu pula hendaknya engkau bhikkhu, membuang nafsu dan dendam.

378. Seorang bhikkhu yang memiliki perbuatan, ucapan serta pikiran tenang dan terpusat, telah dapat menyingkirkan hal-hal duniawi, maka ia adalah orang yang benar-benar damai.

379. Engkaulah yang harus mengingatkan dan memeriksa dirimu sendiri. Bhikkhu, bila engkau dapat menjaga dirimu sendiri dan selalu sadar, maka engkau akan hidup dalam kebahagiaan.

380. Sesungguhnya dari sendiri menjadi tuan bagi diri sendiri. Diri sendiri adalah pelindung bagi diri sendiri. Oleh karena itu, kendalikan dirimu sendiri, seperti pedagang kuda menguasai kuda yang baik.

381. Dengan penuh kegembiraan dan penuh keyakinan terhadap Ajaran Sang Buddha, seorang bhikkhu akan sampai pada keadaan damai disebabkan oleh berakhirnya semua ikatan.

382. Walaupun seorang bhikkhu masih berusia muda, namun bila ia tekun menghayati Ajaran Sang Buddha, maka ia menerangi dunia ini, bagaikan bulan yang terbebas dari awan.

Brahmana

383. Brahmana,berusahalah memotong arus ( kehidupan ) dan singkirkanlah nafsu-nafsu indera. Setelah mengetahui penghancuran segala sesuatu yang berkondisi, O Brahmana, engkau akan mengenal apa Yang Tak Tercipta.

384. Bila seorang Brahmana telah mencapai akhir dari pada dua jalan samadi, maka semua belenggu akan terlepas dari dirinya. Karena mengerti dan telah memiliki pengetahuan, ia bebas dari semua ikatan.

385. Seseorang yang tidak lagi memiliki pantai sini ( enam landasan indera dalam ) atau pantai sana ( enam obyek indera luar ), ataupun kedua-duanya, tidak lagi bersedih dan tanpa ikatan, maka Ia kusebut seorang Brahmana.

386. Seseorang yang tekun bersamadi, bebas dari noda, tenang, telah mengerjakan apa yang harus dikerjakan, bebas dari kekotoran batin dan telah mencapai tujuan akhir ( Nibbana ), maka Kusebut seorang Brahmana.

387. Matahari bersinar di waktu siang. Bulan bercahaya di waktu malam, kesatria gemerlapan dengan seragam perangnya. Brahmana bersinar terang dalam samadhi. Tetapi, Sang Buddha bersinar dengan penuh kemuliaan sepanjang siang dan malam.

388. Karena telah membuang kejahatan, maka ia Kusebut seorang Brahmana; karena tingkah lakunya tenang, maka ia Kusebut seorang petapa; dan karena ia telah melenyapkan noda-noda batin, maka ia Kusebut seorang Pabbajita.

389. Janganlah seseorang memukul Brahmana, juga janganlah Brahmana yang dipukul itu menjadi marah kepadanya. Sungguh memalukan perbuatan orang  yang memukul Brahmana, tetapi jauh memalukan lagi adalah Brahmana yang menjadi marah kepada orang yang memukulnya.

390. Tak ada yang lebih baik bagi seorang Brahmana selain menarik pikirannya dari hal-hal yang menyenangkan. Lebih cepat ia dapat menyingkirkan itikad jahatnya, maka lebih cepat pula penderitaannya berakhir.

391. Seseorang yang tidak lagi berbuat jahat melalui badan, ucapan dan pikiran, serta dapat mengendalikan diri dalam tiga saluran perbuatan ini, maka ia Kusebut seorang Brahmana.

392. Apabila melalui orang lain seseorang dapat mengenal Dhamma sebagaimana yang telah dibabarkan oleh Samma Sambuddha, maka hendaklah ia menghormati orang tersebut, seperti seorang Brahmana menghormati api sucinya.

393. Bukan karena rambut dijalin, keturunan ataupun kelahiran, seseorang menjadi Brahmana. Tetapi, orang yang memiliki kejujuran dan kebajikan yang pantas menjadi seorang Brahmana, orang yang suci.

394. Wahai orang bodoh, apa gunanya engkau menjalin rambutmu serta mengenakan pakaian kulit manjangan? Engkau hanya membersihkan bagian luarmu, tetapi hatimu masih penuh dengan kekotoran.

395. Seseorang yang mengenakan jubah kain bekas ( pamsukala ), kurus, otot-otot terlihat pada seluruh tubuhnya, bersamadi seorang diri dalam hutan, maka ia Kusebut seorang Brahmana.

396. Aku tidak menyebutnya seorang Brahmana hanya karena ia berasal dari keluarga Brahmana atau lahir dari kandungan seorang ibu Brahmana. Apabila dirinya masih penuh dengan noda, maka ia hanyalah seorang Brahmana karena keturunannya. Tetapi, orang yang tanpa noda dan telah bebas dari semua ikatan, maka Kusebut seorang Brahmana.

397. Ia yang telah memotong semua belenggu, tidak lagi gemetar, yang bebas dan telah mematahkan semua ikatan, maka ia Kusebut seorang Brahmana.

398. Ia yang memotong sabuk kebencian, tali kulit nafsu keinginan dan tali rami pandangan keliru serta semua kekotoran batin laten ( anusaya ); ia yang telah menyingkirkan kayu penghalang ( kebodohan ) dan menyadari kebenaran, maka ia Kusebut seorang Brahmana.

399. Seseorang yang tidak marah, yang dapat menahan hinaan, penganiyaan dan hukuman, yang memiliki senjata kesabaran, maka ia Kusebut seorang Brahmana.

400. Seseorang yang telah bebas dari kemarahan, taat, bajik, bebas dari nafsu keinginan, terkendali dan yang memiliki tubuh ini sebagai tubuh akhir, maka ia Kusebut Brahmana.

401. Seseorang yang tidak lagi melekat pada kesenangan-kesenangan indera, seperti air di atas daun teratai atau seperti biji lada di ujung jarum, maka ia Kusebut seorang Brahmana.

402. Dalam dunia ini, seseorang yang telah menyadari akhir penderitaannya sendiri, yang telah meletakkan beban dan tak terikat, maka ia Kusebut seorang Brahmana.

403. Seseorang yang pengetahuannya dalam, pandai dan terlatih membedakan jalan yang benar dan salah, yang telah mencapai tujuan tertinggi, maka ia Kusebut seorang Brahmana.

404. Orang yang menjauhkan diri dan umum dan para petapa,  yang mengembara tanpa tempat tinggal tertentu dan sedikit kebutuhannya, maka ia Kusebut seorang Brahmana.

405. Seseorang yang tidak lagi menganiaya makhluk-makhluk lain, baik yang kuat maupun yang lemah, yang tidak membunuh atau menganjurkan orang lain membunuh, maka ia Kusebut seorang Brahmana.

406. Orang yang tidak membenci di antara mereka yang membenci; damai diantara mereka yang kejam; dan tidak melekat diantara mereka yang melekat, maka ia Kusebut seorang Brahmana.

407. Seseorang yang nafsu, kebencian, kesombongan dan kemunafikannya telah gugur, seperti biji lada di ujung jarum, maka ia Kusebut seorang Brahmana.

408. Seseorang yang mengucapkan kata-kata halus, yang mengandung Ajaran Kebenaran, yang tidak menyinggung siapapun, maka ia Kusebut seorang Brahmana.

409. Dalam dunia ini, seseorang yang tidak mengambil apa yang tidak diberikan, baik yang panjang atau pendek, kecil atau besar, baik ataupun buruk, maka ia Kusebut seorang Brahmana.

410. Seseorang yang tidak mempunyai nafsu keinginan terhadap dunia ini maupun dunia selanjutnya, yang telah bebas dari keinginan dan tidak lagi melekat, maka ia Kusebut seorang Brahmana.

411. Seseorang yang tidak mempunyai nafsu keinginan lagi, yang telah bebas dari keragu-raguan karena memiliki Pengetahuan Sempurna, yang telah menyelami keadaan tanpa kematian, maka ia Kusebut seorang Brahmana.

412. Seseorang yang telah mengatasi kebaikan, kejahatan dan kemelekatan, tidak lagi bersedih hati, tanpa noda dan suci murni, maka ia Kusebut seorang Brahmana.

413. Seseorang yang tanpa noda, bersih, tenang dan jernih batinnya seperti bulan purnama, maka ia Kusebut seorang Brahmana.

414. Orang yang telah menyeberangi lautan kehidupan ( samsara ) yang kotor, berbahaya dan bersifat maya; yang telah menyeberang dan mencapai Pantai Seberang; yang selalu bersamadi, terang dan bebas dari keragu-raguan; yang tidak terikat pada sesuatu apapun dan telah mencapai Nibbana, maka ia Kusebut seorang Brahmana.

415. Seseorang yang dengan membuang nafsu keinginan kemudian meninggalkan kehidupan rumah tangga dan menempuh kehidupan tanpa rumah, telah menghancurkan nafsu indera akan wujud yang baru, maka ia Kusebut seorang Brahmana.

416. Seseorang yang dengan membuang nafsu keinginan kemidian meninggalkan kehidupan rumah tangga dan menempuh kehidupan tanpa rumah, telah menghancurkan kemelekatan dan kerinduan, maka ia Kusebut seorang Brahmana.

417. Seseorang yang telah menyingkirkan ikatan-ikatan duniawi dan telah mengatasi ikatan-ikatan surgawi, bebas dari semua ikatan, maka ia Kusebut seorang Brahmana.

418. Seseorang yang telah mengatasi rasa senang dan tidak senang dengan tidak menghiraukannya lagi, telah menghancurkan dasar-dasar bagi perwujudan dan telah mengatasi semua dunia ( kelompok kehidupan ), mska ia Kusebut seorang Brahmana.

419. Seseorang yang telah memiliki pengetahuan sempurna tentang dan lenyapnya makhluk-makhluk, telah bebas dari ikatan, telah pergi dengan baik ( sugata ) dan telah mencapai Penerangan Sempurna, maka ia Kusebut seorang Brahmana.

420. Orang yang jejaknya tak dapat dilacak, baik oleh para dewa, gandhawara maupun manusia, telah menghancurkan semua kekotoran batin dan telah mencapai kesucian ( Arahat ), maka ia Kusebut seorang Brahmana.

421. Orang yang tidak lagi terikat pada yang telah lampau, apa yang sekarang maupun yang akan datang, tidak memegang ataupun melekat pada apapun juga, maka ia Kusebut seorang Brahmana.

422. Ia yang Mulia, Agung, Pahlawan, Petapa Agung ( Mahesi ), Penakluk, Orang Tanpa Nafsu, Murni, Telah Mencapai Penerangan, Maka ia Kusebit seorang Brahmana.

423. Orang yang telah mengetahui semua kehidupannya yang lampau, dapat melihat keadaan surga dan neraka, telah mencapai akhir kelahiran, telah mencapai kesempurnaan pandangan terang, suci murni dan sempurna kebijaksanaanya, maka ia Kusebut seorang Brahmana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar