Selasa, 06 Januari 2015

BAB TIGA ( permulaan waktu )

1. "Nagasena, apakah akar dari masa lalu, masa kini, dan masa mendatang itu?"
"kebodohan batin. Kebodohan batin mengkondisikan bentuk bentuk pikiran; bentuk bentuk pikiran mengkondisikan kesadaran yang menghubungkan kembali; kesadaran mengkondisikan batin dan jasmani; batin dan jasmani mengkondisikan enam landasan indera; enam landasan indera mengkondisikan kontak; kontak mengkondisikan perasaan; perasaan mengkondisikan nafsu keinginan; nafsu keinginan mengkondisikan kemelekatan, kemelekatan mengkondisikan dumadi; dumadi mengkondisikan kelahiran; kelahiran mengkondisikan usia tua, kematian, kesedihan, ratap tangis, kepedihan, kesengsaraan, dan keputus-asaan."

2. "Anda katakan bahwa asal mula yang pertama dari segala sesuatu adalah tidak jelas. Berikan ilustrasinya."
"Sang buddha berkata, karena adanya landasan indera dan objek indera maka timbullah kontak; karena adanya kontak, timbullah perasaan; karena adanya perasaan, timbullah nafsu keinginan; karena adanya nafsu keinginan, timbullah tindakan ( karma ). Lalu dari tindakan ini landasan indera dihasilkan. 'Nah, bisakah ada akhir dari rangkaian ini?"
"Tidak."
"Demikian pula, o baginda, asal mula yang pertama dari segala sesuatu itu tidak dapat dipahami."

3. Apakah asal mula yang pertama dari segala sesuatu itu tidak diketahui?"
"Sebagian dapat diketahui, sebagian lagi tidak."
"Kalau begitu, manakah yang dapat diketahui dan manakah yang tidak?"
"Kondisi apa pun yang mendahului kelahiran ini, bagi kita tampaknya tidak pernah ada. Berkenaan hal itu, asal mula pertamanya tidak diketahui. Namun kondisi yang tadinya belum ada kemudian ada, dan segera sesudah kondisi itu muncul, ia lenyap lagi. Berkenaan dengan hal itu, asal mula pertamanya dapat diketahui."

4. "Apakah ada bentukan bentukan yang dihasilkan?"
"Tentu saja, o baginda. Dimana ada mata serta bentuk maka ada penglihatan; dimana ada penglihatan maka ada kontak; dimana ada kontak maka ada perasaan; dimana ada perasaan maka ada nafsu keinginan; dimana ada nafsu keinginan maka ada kemelekatan; dimana ada kemelekatan maka ada dumadi; dimana ada dumadi maka ada kelahiran, usia tua, kematian, kesedihan, ratap tangis, kepedihan, kesengsaraan dan keputus-asaan. Tetapi bilamana tidak ada penglihatan, tidak ada kontak, tidak ada perasaan, tidak ada nafsu keinginan, tidak ada kemelekatan, tidak ada dumadi; dan bilamana tidak ada dumadi maka tidak ada kelahiran, usia tua, kematian, kesedihan, ratap tangis, kepedihan, kesengsaraan dan keputus-asaan."

5. "Apakah ada bentukan bentukan yang tidak dihasilkan?"
"Tidak ada, o baginda, karena hanya dengan proses dumadilah mereka dihasilkan."
"Berikan ilustrasinya."
"Apakah rumah yang baginda tempati ini dihasilkan dari proses dumadi?"
"Semuanya, tidak ada yang tidak. Kayu ini dahulu berada dihutan, dan tanah liat ini dahulu ada ditanah. Hanya melalui usaha para pekerjalah rumah ini terwujud."
"Demikian juga, o baginda, tidak ada bentukan bentukan yang tidak dihasilkan."

6. "Adakah, nagasena, sesuatu yang disebut 'sang yang mengetahui' ( vedagu ) ?"
"Apakah itu?"
"Suatu inti yang hidup didalam diri, yang dapat melihat, mendengar, mencicipi, membau, merasakan dan memahami segala sesuatu; sama seperti halnya kita yang saat ini duduk di sini dapat melihat keluar lewat jendela manapun yang kita inginkan."
"Jika, o baginda, inti yang hidup di dalam diri itu dapat melihat, mendengar, mencicipi, membau dan merasakan benda benda seperti yang baginda katakan, dapat jugakah ia melihat benda benda melalui telinga dan sebagainya?"
"Tidak, yang mulia."
"Kalau demikian, baginda, inti yang hidup itu tidak dapat menggunakan indera semaunya sendiri seperti kata baginda. O baginda, hanya karena adanya mata dan bentuklah maka pengihatan dan kondisi kondisi lainnya muncul, yaitu : kontak, perasaan, pencerapan, niat, pemusatan pikiran, semangat, dan perhatian. Secara sekaligus semuanya timbul bersama dengan penyebabnya, dan karena itu 'sang yang mengetahui' tidak dapat ditemukan."

7. "Apakah kesadaran pikiran muncul setiap kali kesadaran mata muncul?"
"Ya, baginda, bila ada yang satu maka ada juga yang lainnya."
"Yang mana muncul terlebih dahulu?"
"Pertama kesadaran mata, baru kemudian kesadaran pikiran."
"Apakah kesadaran mata mengeluarkan perintah kepada  kesadaran pikiran, atau sebaliknya?"
"Tidak, tidak ada komunikasi antara keduanya itu."
"Kalau begitu, nagasena, mengapa kesadaran pikiran muncul di mana pun ada kesadaran mata?"
"Karena, o baginda, ada kecenderungan, pintu, kebiasaan dan asosiasi."
"Berikan ilustrasi."
"Jika kota perbatasan raja memiliki tembok yang kuat tetapi hanya ada satu pintu gerbang dan seseorang akan meninggalkan kota, lewat manakah dia?"
"Melalui pintu gerbang itu."
"Dan jika ada orang lain yang akan pergi, lewat manakah dia?"
"Melalui gerbang yang sama."
"Apakah orang pertama tadi memerintah orang kedua dengan mengatakan, 'keluarlah dengan cara yang sama denganku', atau apakah orang kedua mengatakan kepada orang pertama, 'saya akan keluar dengan cara seperti anda'?"
"Tidak yang mulia, tidak ada komunikasi di antara mereka berdua."
"Dengan cara seperti itulah kesadaran pikiran muncul dimana ada kesadaran mata, namun tidak ada komunikasi diantara mereka."

8. "Dimana ada kesadaran pikiran, nagasena, apakah selalu ada kontak dan perasaan?"
"Ya, di mana ada kesadaran pikiran, ada kontak dan perasaan. Juga pencerapan, niat, pikiran pemicu dan pikiran bertahan."

9. "Apakah ciri khas dari kontak?"
"Sentuhan."
"Berikan ilustrasi."
"Bagaikan dua rusa yang berbenturan kepaka; mata adalah bagaikan rusa yang satu, sedangkan objek yang terlihat bagaikan rusa lainnya. Benturan yang terjadi itu adalah kontak."

10. "Apakah ciri khas dari perasaan?"
"Yang dialami, o baginda, dan dinikmati."
"Berikan ilustrasi."
"Seperti halnya seseorang yang telah melayani rajanya dan diberi kedudukan, dia kemudian akan menikmati keuntungan dari jabatannya."

11. Apakah ciri khas dari persepsi ( pencerapan )?"
"Mengenali3 kebiruan, kekuningan atau kemerahan."
"Berikan ilustrasi."
"Seperti halnya bendahara raja mengenali barang barang milik rajanya dengan cara melihat bentuk dan warnanya."

12. "Apakah ciri khas dari niat?"
"Dikandung, o baginda, dan dipersiapkan."
"Berikan ilustrasinya."
"Seperti halnya seseorang menyiapkan racun dan setelah meminumnya dia akan menderita kesakitan, demikian pula seseorang yang memikirkan suatu kejahatan dan kemudian melaksanakannya, dia akan menderita dineraka."

13. "Apakah ciri khas dari kesadaran?"
"Mengetahui, o baginda."
"Berikan ilustrasinya."
"Seperti halnya penjaga dialun alun kota akan mengetahui orang yang datang dan dari mana arah datangnya; begitu pula ketika seseorang melihat suatu objek, mendengar suatu suara, mencium suatu aroma, mencicipi suatu cita rasa, merasakan suatu sentuhan atau mengetahui sebuah gagasan; dengan kesadaran dia mengetahui hal itu."

14. "Apakah ciri khas dari buah-pikir pemicu?"
"Memasang, o baginda."
"Berikan ilustrasinya."
"Seperti halnya tukang kayu memasang kayu yang sudah ditakik dengan cermat ke dalam takik lainnya agar pas demikianlah pemasangan merupakan ciri buah-pikir pemicu."

15. "Apakah ciri khas dari buah pikir yang bertahan?"
"Memeriksa berulang ulang."
"Berikan ilustrasi."
"Buah pikir pemicu bagaikan pukulan pada gong; sedangkan buah pikir yang bertahan bagaikan gaungnya."

16. "Apakah kondisi kondisi ini dapat dipisahkan dan dikatakan; 'ini adalah kontak, ini perasaan, ini persepsi, ini niat, ini kesadaran, ini buah-pikir pemicu, dan ini buah pikir yang bertahan'?"
"Tidak, baginda, hal itu tidak dapat dilakukan. Jika seseorang menyiapkan sup yang berisikan dadih, garam, jahe, bubuk lada, dia tidak dapat mengeluarkan cita rasa dadih itu dan menunjukkan 'inilah cita rasa dadih' atau mengeluarkan cita rasa garam dan mengatakan 'inilah cita rasa garam'. Walaupun demikian, semua cita rasa itu ada di dalam sup dengan ciri cirinya sendiri."

17. Lalu nagadena bertanya, "apakah garam, o baginda, dapat dikenali oleh mata?"
"Ya, yang mulia."
"Berhati hatilah dengan apa yang baginda katakan."
"Kalau begitu, garam dikenali oleh lidah."
"Ya, itu betul."
"Tetapi, nagasena, apakah hanya dengan lidah saja setiap jenis garam dapat dikenali?"
"Ya, setiap jenis."
"Kalau demikian, mengapa sapi membawa segerobak penuh garam?"
"Garam itu sendiri tidaklah mungkin dibawa. Sebagai contoh, garam juga mempunyai massa, tetapi orang tidak mungkin dapat menimbang garam. Yang dapat ditimbang hanyalah massanya."
"Nagasena, anda sungguh lincah didalam perdebatan."

Catatan :

Mencari asal mula kehidupan didalam Novae atau didalam D.N.A. adalah pencarian yang sia sia, karena penyebab akarnya terdapat didalam pikiran. Sang buddha berkata :

"Selama kelahiran yang tak terhitung banyaknya,
Aku telah mengembara didalam samsara,
Aku mencari, tetapi tidak menemukan pembangun rumah ini.
Sungguh menyakitkan kelahiran berulang ulang!
Pembangun rumah, kini engkau telah terlihat!
Engkau tak akan membangun rumah lagi.
Semua kadau ( kekotoran batin ) telah patah.
Tiang bubungan ( kebodohan ) telah hancur berserakan.
Pikiranku telah pergi kenibbana.
Telah tercapai akhir dari nafsu keinginan."

Dhp. Syair 153-154

Ditempat lain vedagu digunakan sebagai sebutan untuk ssng buddha yang berarti 'seseorang yang telah mencapai pengetahuan'.

Sanna, vinnana dan panna berturut turut dapat dibandingkan sebagai seorang anak, seorang dewasa, dan seorang pedagang uang yang melihat koin emas. Si anak kecil mengetahui bahwa koin itu bulat dan bersinar. Hanya itu saja. Si orang dewasa mengetahui koin itu juga memiliki nilai yang berharga. Si pedagang uang mengetahui segala sesuatu tentang koin itu. Lihat vims. 437

Tidak ada komentar:

Posting Komentar