Minggu, 11 Januari 2015

BAB EMPAT ( landasan indera )

1. "Apakah lima landasan indera dihasikan dari berbagai karma, atau semuanya berasal hanya dari satu karma?"
"Dari berbagai karma, o baginda."
"Berikan ilustrasinya."
"Jika kita menanam lima jenis biji-bijian diladang, maka hasilnya juga akan lima macam."

2. "Nagasena, mengapa orang tidak semuanya serupa; ada yang berumur pendek dan ada yang berumur panjang, ada yang sakit-sakitan dan ada yang sehat, ada yang buruk rupa dan ada yang rupawan, ada yang kuat dan ada yang lemah, ada yang miskin dan ada yang kaya, ada yang lahir di keluarga rendah dan ada yang di keluarga terpandang, ada yang tolol dan ada yang bijaksana?"
"Mengapa, tidak semua sayuran serupa?"
"Karena berasal dari bibit yang berbeda."
"Demikian juga, o baginda, karena berbagai karmalah maka makhluk tidak semuanya sama. Demikian ini telah dikatakan oleh sang buddha, 'semua makhluk memiliki karma sebagai harta kekayaannya sendiri. Semua makhluk adalah pewaris dari karmanya sendiri, dilahirkan karena karmanya sendiri, merupakan saudara dari karmanya sendiri, dan memiliki karma sebagai pelindungnya; karma apapun yang mereka perbuat itulah yang membedakan mereka berada pada tingkatan yang tinggi atau rendah."

3. "Anda katakan bahwa anda meninggalkan kehidupan duniawi agar supaya penderitaan dapat dilenyapkan dan tidak ada lagi penderitaan yang muncul. Apakah hal ini dihasilkan oleh usaha sebelumnya, ataukah untuk diperjuangkan sekarang ini, pada saat ini?"
"Usaha sekarang ini berhubungan dengan apa yang masih harus dilakukan, usaha yang dahulu telah menyelesaikan apa yang harus dilakukannya saat itu."
"Berikan ilustrasinya."
"Apakah baru sesudah musuh menyerang maka baginda memerintahkan para prajurit untuk menggali tempat perlindungan, mendirikan benteng, membangun menara penjagaan, mendirikan kubu dan mengumpulkan makanan?"
"Tentu saja tidak, yang mulia."
"Demikian juga, usaha sekarang ini berhubungan dengan apa yang masih harus dilakukan, usaha yang lalu telah menyelesaikan apa yang harus dilakukannya saat itu."

4. "Anda katakan bahwa api neraka dalam sekejap dapat menghancurkan batu karang sebesar rumah; tetapi anda juga mengatakan bahwa makhluk apapun yang terlahir di neraka tidak akan hancur, meskipun terbakar selama ratusan ribu tahun. Bagaimana aku dapat mempercayai hal ini?"
"Meskipun makanan, tulang, dan bahkan batu yang dimakan oleh makhluk berbagai makhluk betina dihancurkan didalam perut mereka, tetapi embrionya tetap tidak hancur. Demikian juga makhluk di neraka tidak dapat hancur karena pengaruh karmanya."

5. "Anda katakan bahwa planet bumi ini terletak di air, air terletak di udara, udara terletak di ruang. Hal ini juga aku tidak percaya?"
"Kemudian bhikkhu nagasena menerangkan kepada raja tentang daur ulang filter air yang ditopang oleh tekanan atmosfer dan raja milinda menjadi yakin."

6. "Apakah berhentinya nafsu itu nibbana?"
"Ya, o baginda. Semua makhluk yang memiliki kebodohan memanjakan diri dalam kenikmatan indera dan objeknya; mereka menemukan kesenangan didalamnya dan melekat padanya. Oleh karena itu mereka terhanyut oleh banjir ( nafsu ) dan tidak terbebas dari kelahiran dan kematian berulang. Siswa bijaksana orang orang suci tidak akan menyenangi kenikmatan indera dan objeknya. Dan didalam dirinya nafsu keinginan berhenti, kemelekatan berhenti, dumadi berhenti, kelahiran berhenti, usia tua, kematian, kelahiran berhenti, usia tua, kematian, kesedihan, ratap tangis, kepedihan, kesengsaraan dan keputusasaan berhenti dan tidak ada lagi. Dengan demikian, berhentinya nafsu adalah nibbana."

7. "Apakah semua orang mencapai nibbana?"
"Tidak semuanya, o baginda; tetapi siapapun yang berprilaku benar, mengetahui apa yang seharusnya diketahui, mencerap apa yang seharusnya dicerap, meninggalkan apa yang seharusnya ditinggalkan, mengembangkan apa yang seharusnya dikembangkan dan merealisasikan apa yang seharusnya diwujudkan, dia mencapai nibbana."

8. "Dapatkah orang yang belum mencapai nibbana mengetahui bahwa nibbana itu benar-benar membahagiakan?"
"Ya, tentu saja,  o baginda. Seperti halnya orang yang belum pernah merasakan tangan dan kakinya putus dipotong dapat mengetahui betapa sakitnya kondisi itu karena mendengar jeritan kesakitan orang yang kehilangan anggota badannya; demikian juga orang yang belum pernah mengetahui betapa membahagiakannya kondisi itu karena mendengar kata kata yang penuh sukacita dari mereka yang mencapainya."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar