Senin, 29 Desember 2014

Proses kesadaran dalam mimpi ( supina vithi )

Proses kesadaran dalam mimpi, yaitu kamajavana manodvara vithi yang timbul pada saat tidur. Dalam mimpi, ada keadaan yang jelas dan ada yang kurang jelas. Yang jelas tentunya sampai pada tadaramana, yang kurang jelas hanya sampai pada javana saja.

Sebab yang menimbulkan mimpi ada empat hal, yaitu :
1. Pubba nimita, perbuatan sehari hari yang baik maupun yang buruk, dapat menimbulkan kesadaran untuk bermimpi berkenaan dengan perbuatan sehari hari tersebut.
2. Citta avarana, kesadaran yang melekat dalam hal hal yang berkesan, dapat menimbulkan mimpi berkenaan hal hal tersebut.
3. Deva sanhara, dewa yang memberikan mimpi.
4.dhatu, sewaktu dhatu ( unsur ) dalam tubuh tidak normal, dapat menimbulkan mimpi.

Kesucian yang dibeli

"Saya harus mengerti arti syair itu", pikir kala. Jadi ia tetap tinggal dan mendengarkan ajaran sang buddha, akhirnya ia mengerti dan mencapai tingkat kesucian".

Ketika kala melihat sang buddha, ia merasa amat malu dan berkata : "saya tidak mau uang ini".

Jutawan anathapindika itu mengucapkan terima kasih kepada sang buddha, seraya berkata : "yang mulia, kelakuan anak saya pada hari ini amat menyenangkan saya".

Kemudian sang buddha mengucapkan syair :

"Ada yang lebih baik dari pada kekuasaan mutlak atas bumi,

Dari pada pergi kesurga atau dari pada memerintah seluruh dunia,

Yakni hasil kemuliaan dari seorang suci yang telah memenangkan arus ( sotapattiphala ). ( dhammapada, loka vanga no. 12 ).

Kisah ini menceritakan tentang kala, anak seorang jutawan yang bernama anathapindika.
Meskipun ayahnya amat gemar berdana dan percaya akan hasil dari perbuatan baik yang dilakukannya,
Kala tidak menunjukkan keinginannya untuk mengunjungi sang buddha atau menemui sang buddha,
Apabila beliau datang kerumah ayahnya, atau mendengarkan dhamma, ataupun melayani anggota sangha.

Ayahnya selalu menasehatinya : "anakku, jangan berlaku begitu".

Tetapi kala tidak pernah memperhatikan nasehat ayahnya. Suatu ketika ayahnya berpikir :

"Kala anakku ini tetap bertingkah laku seperti itu, apabila meninggal ia akan masuk ke neraka avici. Bagaimana mungkin saya biarkan hal itu terjadi didepan mata saya ?"

"Tetapi, didunia ini segala sesuatu dapat dilemahkan oleh hadiah".

Ia berkata kepada anaknya :

"Anakku, pergilah kevihara, dengarkanlah dhamma yang diajarkan sang buddha, setelah selesai pulanglah. Kalau kamu mau pergi kevihara, saya akan memberikan seratus keping uang".

"Ayah, benarkah ayah akan memberikan saya seratus keping uang, kalau saya pergi kevihara ?".

"Benar, anakku", jawab ayahnya.

Sesudah ayahnya berjanji tiga kali, kala lalu pergi kevihara.

Tetapi ia tidak mendengarkan dhamma, melainkan ia tidur nyenyak ditempat yang nyaman divihara, keesokan harinya ia baru pulang.

Ayahnya berkata :

"Hari inj anakku sudah pergi kevihara, cepat sediakan bubur dan makanan lainnya".

Jutawan itu segera memberikan bubur dan makana lain kepada anaknya dan menyuruhnya makan.

Tetapi kala berkata : "saya tidak mau makan, kecuali diberi uang terlebih dahulu".

Ia tidak mau menyentuh makanannya. Ayahnya tidak memaksanya untuk makan, tetapi ia memberi uang yang dijanjikannya. Setelah menerima uang, kala makan makanan yang tersedia dihadapannya.

Keesokan harinya si ayah ingin anaknya pergi lagi kevihara, ia berkata :

"Anakku, saya akan berikan kamu seribu keping uang kalau kamu mau duduk dihadapan sang buddha dan mendengarkan ajarannya, pulanglah setelah selesai".

Kala segera pergi kevihara. Ia duduk dihadapan sang buddha. Dan ketika sang buddha mengucapkan satu syair, ia tidak mengerti syair itu, tetapi ia tidak mau pulang.

Ia berpikir : "saya pasti akan mengerti arti syair".

Karena penasaran ia tetap duduk dan mendengarkan ajaran sang buddha, sang buddha mengetahui sebab dari kedatangannya kevihara,  sengaja membuatnya tidak dapat mengerti dengan jelas arti syair itu.

"Saya harus mengerti syair itu", pikir kala.

Jadi ia tetap tinggal dan mendengarkan ajaran sang buddha, akhirnya ia mengerti dan mencapai tingkat kesucian.

Keesokan harinya, kala bersama dengan para bhikkhu ikut pergi menyertai sang buddha pergi kesavatthi. Ketika anathapindika melihat anaknya, ia berkata :

"Hari ini, kelakuan anakku amat menyenangkan hatiku".

Dan pada saat itu pula kala berpikir :
"Saya harap ayah tidak memberikan saya uang yang dijanjikannya dihadapan sang buddha. Saya harap ia tidak bercerita karena sejumlah uang saya mau pergi kevihara".

(Sang buddha mengetahui bahwa karena sejumlah uang, kala mau pergi kevihara ).

Jutawan anathapindika mempersembahkan bubur dan makanan lainnya kepada sang buddha dan kepada bhikkhu sangha, ia juga mempersembahkan makanan kepada anaknya. Kala duduk dengan diam, ia makan bubur dan makanan lainnya.

Ketika sang buddha selesai makan, jutawan itu memberikan sebuah dompet yang berisi uang kepada anaknya, dan berkata :
"Anakku, tentu kamu masih ingat bahwa saya membujukmu untuk pergi kevihara, dengan janji akan memberimu seribu keping uang ini".

"ketika kala melihat kepada sang buddha, ia merasa amat malu dan berkata : "saya tidak mau uang ini".

"Ambillah, anakku", kata ayahnya.
Tetapi kala tetap menolaknya.

Jutawan anathapindika ini mengucapkan terima kasih kepada sang buddha, seraya berkata :

"Yang mulia, kelakuan anak saya pada hari ini amat menyenangkan saya".

"Mengapa, saudara ?".

"Yang mulia, kemarin dulu saya menyuruhnya pergi kevihara sambil berkata, saya akan memberi kamu seratus keping uang.
Kemarin ia menolak untuk makan sebelum saya berikan uang itu kepadanya. Tetapi pada hari ini, ketika saya berikan uang, ia malahan menolaknya".

Sang buddha berkata :
"Itulah yang telah terjadi, saudara. Hari ini ia telah mencapai tingkat kesucian, telah mencapai alam surga dan alam brahma".

Kemudian sang buddha mengucapkan syair :
"Ada yang lebih baik dari pada kekuasaan mutlak atas bumi,
Dari pada pergi ke surga atau dari pada memerintah seluruh dunia,
Yakni hasil kemuliaan dari seorang suci yang telah memenangkan arus ( sotapattiphala ).

Sumber : sang buddha pelindungku 1

Minggu, 28 Desember 2014

4 macam kematian ( marana 4 )

4 macam kematian yaitu :
1. Ayukkhaya marana : kematian disebabkan habisnya usia, bagaikan api pelita yang padam karena sumbunya habis.
2. Kammakhaya marana : kematian disebabkan habisnya karma ( janaka kamma dan upathambhaka kamma telah habis ), bagaikan api pelita yang padam karena minyaknya habis.
3. Ubhayakkhaya marana : kematian disebabkan habisnya usia dan karma, bagaikan pelita api yang padam karena sumbu dan minyaknya habis.
4. Upaccheda marana : kematian disebabkan gangguan lain ( usia dan karma belum habis ), bagaikan pelita yang padam karena hembusan angin, tetapi sumbu dan minyak masih ada.

Keterangan :
1) Ayukkhaya marana
Kematian disebabkan habisnya usia itu, dimaksudkan mati bila sudah tua, yaitu sampai tua betul baru mati atau mati setelah mencapai batas usia. Pada jamannya sang buddha gaotama, orang orang pada waktu itu berusia l.k. 100 tahun. Setelah sang buddha mencapai parinibbana ( wafat ), usia orang menurun menjadi 100 banding 1, yaitu setiap 100 tahun, usia orang turun 1 tahun sampai sekarang ini. Setelah setiap 100 tahun itu mencapai 25 abad, usia orang sekarang ini mencapai l.k. 75 tahun. Lama kelamaan usia orang menurun terus sampai pada batasnya baru mati, hal ini disebut kematian disebabkan habisnya usia.

11) kammakkhaya marana
Kematian disebabkan habisnya karma itu, dimaksudkan orang yang mati itu masih muda, masih bayi atau kanak kanak, masih bujang atau gadis, yang belum mencapai batas usia.

111) ubhayakkhaya marana
Kematian disebabkan habisnya usia dan karma itu, dimaksudkan bukan kematian pada masa kanak kanak atau masa tua. Tetapi adalah dimaksudkan kematian seseorang itu telah mencapai batas usia  dan karmanya tepat waktunya habis.

1V) upacchedaka marana
Kematian yang belum habis usia dan karma itu, sebab adanya musibah sehingga menimbulkan kematian, seperti kena tembak, tertabrak mobil, tenggelam, diterkam binatang, kelaparan, kehausan, kena penyakit menular dan lain lain. Jadinya kematian itu tidak secara normal seperti marana 3 macam tersebut diatas, hal ini disebut kematian yang belum habis usia dan karma.

Obyek dari makhluk yang akan meninggal
Dalam keadaan makhluk mendekati kematian itu, harus ada obyek istimewa disebut kamma arammana, kamma nimita arammana atau gati nimita arammana yang akan timbul salah satu kepada javana citta dalam maranasanna vithi. Obyek tersebut akan timbul pada setiap orang atau makhluk, terkecuali asanasatta brahma atau arahat. Tidak termasuk asanasatta brahma, sebab asanasatta brahma tidak mempunyai citta, maka itu tidak ada obyek. Sedangkan tidak termasuk arahat, sebab arahat tidak akan tumimbal lahir.

1) kamma arammana
Berarti obyek karma, yaitu bila memberikan dana, melaksanakan sila, mendengar dhamma atau melaksanakan meditasi yang pernah dilakukan, maka sewaktu akan meninggal dunia terkenang dengan perbuatan yang telah dilakukan itu. Demikian dengan perbuatan akusala( yang jahat ), akan terkenang perbuatan itu sewaktu meninggal dunia.
~Kamma aramana ini muncul hanya melalui mano drava saja, tidak muncul melalui drava 5. Sebab kamma aramana ini terkenang dengan perbuatan yang lalu yang merupakan atita aramana, kamma yang lalu yang diri sendiri pernah berbuat sehingga menjadi suatu pemikiran.

11) kamma nimita arammana
Kamma nimita arammana berarti obyek bayangan karma, yaitu alat alat yang dipakai dalam melaksanakan sesuatu kamma, baik kusala maupun akusala. Jadinya bila akan meninggal dunia, terlihat perbuatan baik yang telah dilaksanakan, misalnya melihat vihara, melihat arca buddha, melihat kuti, dan lain lain yang pernah disumbangkan atau didanakan. Demikian juga dengan perbuatan yang jahat, akan terlihat sewaktu membunuh makhluk, mencuri, berzina, dan lain lainnya sewaktu akan meninggal dunia.
~kamma nimita arammana ini, bila hanya mengenangkan saja akar muncul melalui mano drava dan merupakan atita arammana. Tetapi bila melihat dengan mata sungguh sungguh, mendengar dengan telinga sungguh sungguh dan lain lainnya akan muncul melalui panca drava dan merupakan paccupanna arammana.

111) gati nimmita arammana
Berarti obyek simbol karma, yaitu terlihat simbol yang akan membawa pergi kealam sorga atau alam apaya. Jadinya sewaktu akan meninggal dunia terlihat simbol simbol, misalnya melihat para dewa dewi turun dari khayangan, melihat vihara atau candi, melihat bhikkhu, dan lain lainnya yang baik, ini berarti akan ditumimbal lahirkan dialam sorga setelah meninggal dunia. Tetapi jika melihat api yang menyala besar, melihat gua yang gelap, melihat setan atau hantu, melihat binatang berkelahi, melihat pisau dan pedang, dan lain lainnya yang buruk, ini berarti akan tumimbal lahirkan dialam apaya setelah meninggal dunia.

Gati nimmita arammana ini muncul hanya melalui mano drava saja, yaitu melihat melalui batin dan merupakan paccuppana arammana. Sebab sedang memikiri untuk melihat.
A) obyek dari kammavacara patisandi adalah akan pergi tumimbal lahir dalam kama bhumi. Maranasanna javana memiliki kamma arammana atau gati nimmita arammana salah satu untuk timbul dan obyek itu hanya merupakan kama bhumi yaitu kama arammana semuanya.
B) obyek dari rupavacara patisandi yaitu akan tumimbal lahir dalam rupa bhumi. Maranasana javana memiliki hanya kamma nimita arammana saja dengan pannatti dhamma sebagai obyek, yaitu sewaktu memperoleh jhana dengan obyek kammatthana, maranasanna javana mempunyai kammatthana itu sebagai obyek.
C) obyek dari arupavacara patisandi adalah akan pergi tumimbal lahir dalam arupa bhumi. Maranasanna javana memiliki hanya kamma nimitta arammana saja dengan pannatti dhamma atau mahaggata dhamma sebagai obyek menurut arupa jhana yang diperoleh.

Sabtu, 27 Desember 2014

52 macam bentuk batin ( cetasika 52 )

1) annasamana cetasika13 : 13 macam bentuk batin yang sama keadaanya, yaitu dapat bersekutu kepada semua kesadaran / pikiran yang baik dan jahat.

A) sabbacittasadharana cetasika 7 : 7 macam bentuk batin yang bersekutu kepada kesadaran / pikiran yang baik dan jahat.
     1. Phassa : kontak
     2. Vedana : perasaan
     3. Sanna : pencerapan
     4. Cetana : kehendak
     5. Ekaggata : pemusatan pikiran
     6. Jivitindriya : kehidupan jasmani
     7. Manasikara : perhatian

B) pakinnaka cetasika 6 : 6 macam bentuk batin yang bersekutu kepada sebagian kesadaran / pikiran.
     8. Vitakka : perenungan permulaan
     9. Vicara : perenungan penopang
     10. Adhimokkha : keputusan
     11. Viriya : usaha
     12. Piti : kegiuran
     13. Chanda : keinginan untuk berbuat

11) akusala cetasika 14 : 14 macam bentuk batin yang jahat.

A) mocatuka cetasika 4 : 4 macam bentuk batin yang moha cetasika menjadi pemimpin.
     14. Moha : kebodohan atau kegelapan batin
     15. Ahirika : tidak ada malu
     16. Anottappa : tidak ada takut atau nekat
     17. Uddhacca : kegelisahan

B) lokita cetasika 3 : 3 macam bentuk batin yang lobha cetasika menjadi pemimpin.
     18. Lobha : ketamakan atau kelobaan
     19. Ditthi : kekeliruan atau kepalsuan
     20. Mana : kesombongan

C) docatuka cetasika 4 : 4 macam bentuk batin yang dosa cetasika menjadi pemimpin.
     21. Dosa : kebencian
     22. Issa : keirihatian
     23. Macchariya : egois
     24. Kukkucca : kekhawatiran

D) thiduka cetasika 2 : 2 macam bentuk batin yang thina cetasika menjadi pemimpin.
     25. Thina : kemalasan
     26. Middha : kelelahan

E) vicikiccha cetasika 1 : 1 macam bentuk batin keragu raguan
     27. Vicikiccha : keragu raguan atau kebinggungan.


111) sobhana cetasika 25 : 25 bentuk batin yang bagus atau baik.

A) sobhanasadharana cetasika 19 : 19 macam bentuk batin yang bersekutu hanya kepada kesadaran / pikiran yang baik saja.
     28. Saddha : keyakinan
     29. Sati : kesadaran atau ingatan
     30. Hiri : malu untuk berbuat kejahatan
     31. Ottapa : takut akan akibat dari perbuatan jahat
     32. Alobha : tidak serakah
     33. Adosa : tidak benci
     34. Tatramajjhattata : keseimbangan batin
     35. Kayapassaddhi : ketenangan dari bentuk batin
     36. Cittapassaddhi : ketenangan pikiran
     37. Kayalahuta : kegembiraan dari bentuk batin
     38. Cittalahuta : kegembiraan pikiran
     39. Kayamuduta : sifat menurut dari bentuk batin
     40. Cittamuduta : sifat menurut dari bentuk pikiran
     41. Kayakammannata : sifat menyesuaikan diri dari bentuk batin
     42. Cittakammannata : sifat menyesuaikan diri dari pikiran
     43. Kayapagunnata : kemampuan dari bentuk batin
     44. Cittapagunnata : kemampuan dari pikiran
     45. Kayujukata : ketulusan / kejujuran dari bentuk batin
     46. Cittujukata : ketulusan / kejujuran dari pikiran

B) virati cetasika 3 : 3 macam bentuk batin yang terbebas dari kejahatan yang memimpin.
     47. Samma vaca : bicara benar
     48. Samma kammanata : perbuatan benar
     49. Samma ajiva : pencaharian benar

C) appamanna cetasika 2 : 2 macam bentuk batin yang tidak terbatas.
     50. Karuna : belas kasihan
     51. Mudita : simpati

D) pannindriya cetasika 1 : 1 macam bentuk batin yang bijaksana.
     52. Panna : kebijaksanaan.

28 macam materi ( rupa 28 )

A. Mahabhutara 4 : 4 unsur dasar yang besar.

     1. Pathavi dhatu : unsur tanah atau padat
     2. Apo dhatu : unsur air atau cair
     3. Tejo dhatu : unsur api atau panas
     4. Vayo dhatu : unsur angin atau gerak

B. Pasadarupa 5 : 5 materi yang mampu menerima objek.

     5. Cakkhu pasada : landasan mata
     6. Sota pasada : landasan telinga
     7. Ghana pasada : landasan hidung
     8. Jivha pasada : landasan lidah
     9. Kaya pasada : landasan jasmani

C. Visayarupa 4 : 4 materi yang menjadi objek dari indera.

     10. Ruparammana : obyek bentuk
     11. Saddharammana : obyek suara
     12. Gandharammana : obyek bau
     13. Rasarammana : obyek rasa

D.bhavarupa 2 : 2 materi kelamin.

     14. Itthibhava : unsur betina
     15. Purisabhava : unsur jantan

E. Hadayarupa 1 : 1 unsur hati sanubari.

     16. Hadayarupa : unsur hati sanubari

F. Jivitarupa 1 : 1 unsur kehidupan.

     17. Jivitarupa : unsur kehidupan

G. Ahararupa 1 : 1 unsur makanan.

     18. Kabalikarahara : unsur makanan

H. Paricchedarupa 1 : 1 unsur ruangan.

     19. Paricchedarupa : unsur dari ruangan

I. Vinnattirupa 2 : 2 unsur perhubungan.

     20. Kaya vinnantti : unsur isyarat dengan gerakan badan                          
     21. Vaci vinnantti : unsur isyarat dengan kata kata

J. Vikararupa 3 : 3 unsur gaya plastis.

     22. Lahuta : unsur gaya ringan
     23. Muduta : unsur gaya menurut
     24. Kammannata : unsur gaya menyesuaikan diri

K. Lakkhanarupa 4 : 4 unsur corak yang khas.

     25. Upacaya : unsur sempurna
     26. Santati : unsur bergantung terus
     27. Jarata : unsur kelapukan
     28. Aniccata : unsur tidak kekal.

Jumat, 26 Desember 2014

Atom dan ajaran agama buddha tentang anatta

Atom dan ajaran agama buddha tentang anatta

Oleh :
Upasaka wu shu
( loo yung tsung )

Setiap orang tentu dapat menyetujui pendapat yang mengatakan bahwa ilmu pengetahuan (= science ) itu adalah merupakan faktor pembimbing, yang menciptakan peradaban modern. Penemuan masa akhir akhir ini tentang penggunaan energi nukril ( atau istilah aslinya "pelepasan energi nukril" ), telah membawa manusia kesuatu zaman baru, yang dinamai zaman atom. Tetapi sayangnya, tanda pertama, yang menyebabkan lalu dinyatakan terbukanya zaman baru, itu adalah meletusnya senjata baru, yang mematikan, yang dinamai bom atom.

Orang orang merasa cemas, karena mereka hidup dizaman atom, dimana penghancuran secara total terhadap seluruh peradaban bangsa bangsa, itu merupakan kemungkinan yang dapat benar benar terjadi. Mereka umumnya berpikir bahwa mereka berjalan dijalan yang salah, dan merasa bahwa lebih baik sekarang membuang pengetahuan tentang energi yang mematikan itu, dan menikmati kehidupan, yang, walaupun lebih sederhana, tetapi penuh kedamaian, seperti yang dihayati nenek moyang mereka. Tetapi sejarah itu tidak membolehkan bahwa peristiwa peristiwa yang terjadi dimasa masa yang lampau, itu sekarang terjadi lagi; itu merupakan kehidupan yang mundur kebelakang. Seperti yang dikemukakan oleh tuan arthur h. Compton, seorang sarjana amerika serikat, yang berjudul "one world or none" ( = satu dunia, atau hancurnya sama sekali peradaban seluruh bangsa" ), tidak ada kelompok manusia yang memiliki kekuasaan, yang mampu mencegah datangnya zaman atom. Demikianlah, maka satu satunya yang merupakan yang paling benar, dan paling baik, adalah menyadari bahwa manusia sekarang ini telah berada didalam posisi gawat, dan ini mendorong kita untuk mengadakan penyesuaian diri dalam cara berpikir dan cara berkehidupan, yang harus sedemikian rupa, sehingga kita dapat mempergunakan sebaik mungkin, kekuatan kekuatan baru, yang telah berada ditangan kita itu. Didalam kenyataannya, tidak ada yang salah dibom atom itu; adapun yang salah adalah manusia sendiri. Selanjutnya, kenyataan mengungkapkan bahwa ilmu tentang atom, itu tidaklah kita ragukan, mempunyai pengaruh yang tak ternilai besarnya, tidak hanya terdapat ilmu pengetahuan itu sendiri, tetapi juga terdapat berbagai cabang ilmu pengetahuan, misalnya terhadap psychologi (= ilmu jiwa ), philosophy (= ilmu filsafat ), bahkan juga terdapat theology (= ilmu ke-tuhan-an ). Adalah menjadi tujuan kami untuk memperkenalkan fakta fakta yang penting dan konsepsi konsepsi yang baru, yang diungkapkan oleh para ilmuwan masa kini, dan lalu kami bandingkan dengan analogis, dengan prinsip prinsip fundamental dari realitas, yang dikhotbahkan oleh sang buddha sakyamuni, sekitar dua ribu lima ratus tahun yang lampau.

Pada tahun 1808, john dalton mengemukakan teorinya untuk dipikirkan oleh para ilmuwan, mengenai teori atom. Beliau percaya bahwa suatu elemen itu sesungguhnya terdiri dari atom atom, yang tidak dapat dibagi bagi, berkeadaan terpisah, satu terhadap yang lainnya, dan tidak terlihat. Beliau berpikir atom atom itu mempunyai sifat sifat seperti sebuah bola biliard. Dibagian akhir dari abad kesembilan belas, para ilmuwan besar, sebagai misalnya michael faraday, james maxwell dan lord kelvin, mulai melakukan penyelidikan didalam usahanya untuk memperkembangkan ilmu pengetahuan elektris. Pada saat itu, sifat sifat dari sebuah atom, sebagian dapat diungkapkan. Pada tahun 1913, niels bohr dari copenhagen mengemukakan teorinya untuk dipikirkan oleh para ilmuwan, yang berbunyi bahwa sebuah atom itu terdiri dari dua bagian, yaitu sebuah inti yang kecil, namun berat, yang dikelilingi oleh suatu daerah kosong yang luas, didalam mana elektron elektron bergerak, dengan gerakan gerakan yang menyerupai planet planet yang mengelilingi matahari. Sekeliling elektron elektron itu terdapat garis garis kekuatan magnetis; pengaruh pengaruh dari garis garis magnetis tersebut, secara theoritis, bersifat universal. Faraday menggambarkan sebuah atom, seperti ikan-bintang, dengan badan kecil, dan memiliki anggota anggota tubuh yang panjang panjang, yang anggota tubuhnya itu dapat menyentuh benda benda disekitarnya. Gambaran yang dimaksudkan, dapat dijelaskan sebagai berikut ini : konstitusi konstitusi dari alam semesta yang bersifat material itu berinteraksi, dan sesungguhnya berkeadaan tidak terpisahkan, yang satu dengan yang lainnya. Konsep atom yang demikian itu, mempunyai arti philosophis, yang sangat penting. Benda benda itu tidak ber-eksistensi secara individual. Eksistensi dari objek yang tunggal, itu tidaklah lebih dari sebuah illusi mental, atau sebuah khayalan dialam pikiran belaka. Alam semesta itu, dapat diterangkan secara sederhana, keadaannya adalah merupakan suatu proses, suatu sistem aktivitas aktivitas, yang paling berhubungan, didalam mana tidak ada gerakan gerakan terpisah, dan masing masing dari semua yang ada, itu tidak pernah ada yang berhenti bergerak, atau bahwa semua yang ada itu selalu didalam gerakan yang terus menerus. Konsep yang demikian ini, tepat sama secara prinsip, walaupun diungkapkan dengan kata kata yang berbeda, dengan yang dikhotbahkan oleh sang buddha, dengan istilah "anicca", yang artinya "sifat ketidak-tetapan" (= impermanent ), atau tidak abadi-nya, dari benda benda.

Sampai dengan zaman diketemukannya penggunaan energi atom, orang masih memiliki kepercayaan, yang tidak tepat, yaitu mempercayai bahwa ke-sembilan puluh empat atom atom, itu dibayangkan sifatnya sebagai tidak dapat dihancurkan. Tetapi pada awal abad ke-dua puluh, tepatnya tahun 1905, ilmuwan yang sangat terkemuka, yaitu albert einstein, telah meramalkan fakta, bahwa massa dan energi, itu dapat dibalikkan, diubah menjadi yang sebaliknya, dan beliau memberikan rumus kesamaanya sebagai berikut : "E = mc2, dimana E  = energy; c = velocity atau kecepatan jalannya cahaya, dan m = massa. Dari kesamaan tersebut nampak bahwa setitik kecil dari zat, itu apabila diubah ( = dikonversi ) seluruhnya menjadi energi, akan memberikan suatu energi yang jumlahnya luar biasa. Dan kesamaan ini telah diverisifikasi, dan ternyata benar prinsip, oleh bom bom atom, yang diledakkan dinew meksiko, hiroshima, nagasaki, dan didaerah dekat atoll bikini diwilayah samudera pasifik. Demikianlah, maka zat (= matter ) atau atom, itu dapat dideskripsikan sebagai suatu bentuk dari energi yang berkonsentrasi sangat tinggi. Reaksi yang terjadi didalam peledakan bom atom itu dapat diungkapkan keterangannya, sebagai berikut ini :

U-235+neutron = I = Y = M ( U = urenium, I = iodine, Y = yttrium, N = suatu jumlah ); jadi, suatu atom uranium ini dapat dipecah dan ditransformasikan menjadi atom atom iodine dan yttrium. Istilah "atom", yang menurut arti katanya yang aseli, berarti "sesuatu yang sifatnya tidak dapat dibagi bagi lagi", telah dapat dibuktikan secara final bahwa dapat dibagi. Tetapi didalam ilmu kimia biasa, teori atom, yang konvensional, masih dipertahankan, bagi tujuan yang paling praktis. Secara paradox, itu dapat diutarakan keteranggannya sebagaj berikut ini : suatu atom itu ( sesungguhnya ) adalah bukan atom : itu dinamai atom demi untuk mudahnya saja. Kita dapat menemukan kesamaan yang sangat mengherankan disini, yaitu antara yang diterangkan oleh ilmu pengetahuan ( = science ) dengan yang diterangkan oleh agama buddha, apabila kita adakan perbandingan antara ungkapan dari ilmu pengetahuan tersebut dimuka ( mengenai teori atom ) itu dengan yang terdapat didalam naskah suci sutra intan, yang didalamnya tercantum kalimat yang berbunyi sebagai berikut ini : "ketika sang tahtagatha berbicara tentang alam semesta, beliau tidak mengartikannya alam semesta yang rill ini; beliau menyebut istilah alam semesta (= universes ) itu hanya didalam arti nominal-nya saja".

Marilah sekarang kita beralih ke pembicaraan mengenai suatu lapangan yang komparatif hanya memperoleh perhatian kecil saja, yaitu mengenai kemampuan kemampuan mental ( kejiwaan ) kita. Walaupun fungsi fungsi psychis ( kejiwaan ), itu lebih rumit dan lebih halus sifatnya dari pada phenomena phenomena physik ( jasmaniah ), namun setiap makhluk hidup itu mempunyai peralatan peralata, dan memiliki bahan bahan atau materi materi didalam dirinya sendiri untuk diobservasi, asal mau melakukan eksperimen eksperimen terhadap dirinya sendiri. Kemampuan kemampuan mental, atau psychis, kita, itu dapat dibagi menjadi dua kategori : yang satu, adalah fungsi yang terdapat didalam lapangan kesadaran, dan yang satu lagi, adalah fungsi yang berada diluar lapangan kesadaran. Para ahli ilmu jiwa, memberikan istilah istilah dan definisi definisi yang berbeda beda terhadap fungsi yang terdapat, diluar lapangan kesadaran itu; beberapa ahli menyebutnya bagian bawah sadar dari jiwa ( = subconsciousness ), sedang beberapa ahli yang lain menyebutnya dengan istilah bagian ketidaksadaran dari jiwa (= unconsciousness ). Tetapi mereka itu secara umum menyetujui teori yang mengatakan bahwa bagian dari aktifitas kejiwaan kita itu berada diluar persepsi  dan pengontrolan dari bagian sadar dari jiwa kita. Adapun mengenai isi dari lapangan jiwa, baik bagian bawah sadarnya dari jiwa, namun bagian ketidak-sadaran dari jiwa, para ahli jiwa menyarankan berbagai istilah, sebagai misalnya : dorongan dorongan dan keinginan keinginan yang bersifat diwarisi dari nenek moyang, yang sifatnya primitif, sifat sifat aseli, impluse impluse drive urge, instinc, dan sebagainya. Dalam kenyataannya, ilmu pengetahuan didalam cabang khusus ini, masih didalam tingkatan perkembangan awalnya, atau masih dalam tingkatan masa kanak kanak.

Adalah merupakan suatu fakta yang ajaib bahwa lapangan dari bagian bawah sadarnya dari jiwa kita, yang sebagian besar masih berkeadaan gelap bagi manusia diabad atom ini, dapat kita ketemukan secara jelas, dan secara berulang ulang didalam berbagai tulisan agama buddha. Didalam tulisan tulisan atau naskah naskah agama buddha, tidak hanya dapat kita temukan teori mengenai jiwa ( theory of mind ), tetapi juga dapat kita ketemukan latihan latihan mental ( kejiwaan ) dan latihan latihan physik ( kejasmanian ) yang diterangkan bahwa itu bermanfaat untuk mengekang dorongan dorongan hawa nafsu dari keinginan keinginan rendah, yang nampak sukar dikendalikan, serta berguna untuk melenyapkan nafsu nafsu dan keinginan keinginan rendah itu hingga keakar akarnya, dan juga untuk mencapai keadaan yang disebut pencapaian penerangan sempurna (= enlightement = pencapaian kasadaran nirvana ), dimana orang dapat menghayati atau mengalami sesuatu seperti apa adanya, dan akhirnya dapat membuktikan prinsip anatta, yang berarti bahwa sebenarnya tidak ada apa yang dinamai ego yang bersifat personal itu. Adalah tidak mungkin untuk dikemukakan disini hingga hal hal yang sekecil kecilnya, mengenai latihan latihan ke-jiwa-an secara buddhis, tetapi barangkali cukup menarik kiranya, kalau kami sajikan secara ringkas uraian mengenai filsafat dari aliran agama buddha, yang dinamai dharmalaksana ( aliran agama buddha yang mengikuti faham bahwa hakekat atau prinsip dari segala sesuatu itu adalah kesadaran consciousness only; atau bahwa hakekat atau prinsip dari segala sesuatu itu adalah persepsi, = perception only ).

Menurut filsafat dan agama buddha aliran dharmalaksana itu, konstitusi dari alam semesta itu dibagi menjadi delapan kemampuan ( atau delapan kesadaran ). Dari delapan kemampuan tersebut, lima yang pertama adalah, yaitu :
Kemampuan untuk melihat sesuatu,
Kemampuan untuk mendengar sesuatu,
Kemampuan untuk memcium sesuatu bau,
Kemampuan untuk merasakan sesuatu,dan
Kemampuan untuk merasakan atau meraba sesuatu.

Kemampuan yang keenam adalah kemampuan yang paling aktif, terdiri dari semua fungsj fungsi kejiwaan yang berada dilapangan bagian sadarnya dari jiwa kita.
Kemampuan ketujuh adalah keterikatan secara instinctive terhadap ego.
Dan Kemampuan kedelapan adalah paling penting dari semuanya. Kadang disebut dengan istilah kemampuan simpanan atau kemampuan menyimpan energi dan pengalaman pengalaman (= reservoir faculty ), dimana kecenderungan kecenderungan dan energi energi dari semua aksi aksi atau tindakan tindakan. Dan pengalaman pengalaman kita, dimasa masa yang lampau, kita simpan. Kemampuan yang ketujuh dan kedelapan itu berfungsi secara terus menerus, sebagai pusat dari psychis, tanpa memandang apakah manusia yang bersangkutan itu sedang ada didalam keadaan sadar, atau tidur, atau bahkan sedang berada didalam keadaan, yang secara umum dinamai meninggal dunia atau mati itu. Bahkan ketika semua dari keenam kemampuan tersebut diatas itu telah berhenti fungsinya, kekuatan dari kemampuan yang nomor tujuh, atau keterikatan kepada ego, adalah luar biasa kehebatan kekuatannya, itu keadaannya sama seperti sebuah inti atom yang mengikat energi dari sebuah atom. Itu menyebabkan timbulnya lapisan lapisan yang sifatnya dangkal, yang berbeda beda bentuknya, yang terdapat didalam keinginan instinctive untuk hidup, untuk menurunkan jenis, untuk menurunkan sesuatu dan sebagainya. Didalam kenyataannya, instinct-ego, itu menjadi asal dan mengarahkan hampir semua fungsi fungsi yang dangkal sifatnya, sebagai misalnya : kemauan, emosi, dan sebagainya, bahkan juga mempengaruhi sistem berfikir kita. Itu merusak kejernihan bagian sadarnya dari jiwa, dan oleh karena itu, lalu menimbulkan gambaran yang sifatnya illusi (= khayal atau palsu ) dari eksistensi individual dari "ke-ego"-an ( = "I" ),
"Keberadaan kita sebagai makhluk hidup" (= "being" ), "kesadaran bahwa ada benda benda" ( = "things" ), dan sebagainya, yang menutup sifat yang rill, sifat yang sesungguhnya, dari sifat "ke-tidak-tetap-an dan sesuatu" ( = "impermanence" ) dan "ke-tidak-ada-an Aku" (= "egoless" ). Karena semua kemampuan dari bagian sadarnya, dari jiwa kita, itu banyak sedikitnya dipengaruhi oleh keterikatan kita secara buta terhadap ego, maka dapatlah kita katakan secara kiasan bahwa lapangan dari bagian tidak-sadarnya dari jiwa kita, itu merupakan inti, didalam mana keterikatan kepada ego, adalah merupakan kekuatan pengikatnya. Kemampuan kejiwaan yang lainnya, bergerak mengelilingi inti dari sebuah atom. Susunan elektron elektron didalam orbit orbitnya pada sebuah atom, itu menentukan sifat sifat chemisnya, sehingga kemampuan kemampuan yang terdapat didalam bagian sadarnya dari jiwa kita, sebagai misalnya : kemauan, emosi, intellect, dan sebagainya, dari seorang individu, itu menentukan corak kepribadian atau karakternya.

Sangat bermanfaat dan dapat memberikan manfaat yang besar kiranya, kalau berikut ini, saya sampaikan keterangan khusus, mengenai kekuatan intellectual dari manusia. Kekuatan iltellectual manusia itu mempunyai kemampuan bernalar, memahami sesuatu, dan meng-generalisir semua peristiwa yang terjadi didalam pengalaman; jadi, melalui penggunaan kemampuan itu, manusia dapat men-transmitkan dan saling menyampaikan dan mengubah idea idea dan fikiran fikiran, yang keadaannya sama dengan elektron elektron didalam orbit yang paling luar, yang memungkinkan adanya pancaran pancaran aliran aliran elektris. Ciri penting lainnya lagi dari intellect, ialah bahwa intellect itu paling sedikit terkenanya pengaruh instinct-ego. Sebaliknya, melalui penalaran dan kontemplasi, bahkan intellect manusia itu dapat memiliki kekuatan meng-realisasi-diri, mewujudkan cita citanya, untuk dapat menghayati kesunyataan mengenai ajaran ke-tidak-ada-an-aku ( = egolesness ).

Barangkali karena dipengaruhi oleh idea idea dan teori teori penemuan ilmiah yang baru, seorang ilmuwan, dan filsuf, seperti william james, telah mengemukakan teorinya bahwa kesadaran itu hanyalah merupakan suatu fungsi, dan bahkan tokoh ilmuwan seperti bertrand russell itu pernah berkata bahwa istilah sebagai misalnya "mental" itu tidak tergolong suatu entity tunggal didalam sebuah dirinya sendiri ( adapun yang dimaksud adalah : ego yang khayali = imaginary ego ), tetapi hanyalah tergolong pada suatu sistem entity entity. Munculnya kembali, = revival-nya, mengenaj konsep ketidak-ada-an ego, itu melatar depani kemungkinan diketemukannya kembali, dihayatinya kembali, kepercayaa terhadap realitas, yang atas dasar penemuan kembali itu, dapat dibentuk filsafat rasional yang erat hubungannya dengan ilmu pengetahuan modern.

Tetapi untuk dapat memahami kekosongan atau kehampaan ego (= emptiness of the ego ), adalah merupakan hal tersendiri; yang sangat berbeda dengan hal lainnya lagi, yaitu masalah mempraktekkan, melearisir dan menghayati kehidupan  yang didasari ajaran ketidak-ada-an aku ( = egoless life ).
Einstein telah mengvisualisasikan kemungkinan pelepasan, atau penggunaan energi atom, namun teori tersebut baru benar benar dilaksanakan didalam praktek, empat puluh kemudian. Terdapat pribadi pribadi besar sebagai misalnya sang buddha sakyamuni dan para arahat penganut beliau, yang walaupun tujuannya sangat berbeda dari para ilmuwan, mereka itu menyatakan bahwa dirinya telah dapat mencapai keadaan pencapaian penerangan sempurna, dan telah dapat hidup berdasarkan ajaran ke-tidak-ada-an ke-aku-an; namun jumlah manusia super tersebut, jika dibandingkan dengan makhluk makhluk hidup yang belum mencapai tingkatan super manusia, yang jumlahnya bilyunan itu, keadaannya sama dengan jumlah yang sangat jarang dari elemen elemen yang dari dirinya memancar sinar yang sangat terang, yaitu elemen elemen : uranium, radium, actinium dan thorium, yang terdapat dibumi kita ini. Juga sangat menarik untuk diperhatikan bahwa didalam ajaran buddha, yang terdapat dimanapun diseluruh muka bumi ini, prinsip apa yang dinamai "jalan-tengah" (= "middle path" , atau "middle way" ) ada didalamnya. Secara essensial, prinsip tersebut mengajarkan orang untuk berpantang, untuk tidak menganut praktek praktek yang mengikuti faham faham yang ekstrim, baik dibidang physik, maupun dibidang mental. Dan dipercayai bahwa prinsip tersebut secara efektif, dapat membimbing orang kelangkah memasuki dalam pencapaian penerangan sempurna. Didalam proses memasuki wilayah sebuah atom, ilmuwan mendapati fakta bahwa sebuah atom terdiri dari suatu sistem yang sifatnya komplek, dari elektron elektron yang di-charge secara negatif, pada suatu ruang luas, sekeliling sebuah inti yang di-charge secara positif. Partikel partikel yang di-charge sebagai misalnya proton proton, elektron elektron, atau partikel partikel alpha dan radiasi radiasi electromagnetic ( sebagai misalnya sinar sinar gamma ), itu melepaskan energi, dan dengan demikian dapat bergerak lambat diwilayahnya. Akhirnya para ilmuwan menemukan fakta bahwa ada suatu partikel yang tidak mempunyai ekstrimitas ekstrimitas elektris, yang mampu menembus melalui orbit orbit dan terus bergerak melalui jalannya sendiri, tanpa terhalangi, hingga "bagian kepalanya dapat menembus", mengadakan bentura, dengan inti atom. Walaupun ilmu pengetahuan mengenai atom dan agama buddha, itu nampaknya memiliki sifat yang sama sekali berbeda, namun sesungguhnya, ilmu pengetahuan dan agama buddha, itu sama menangani, atau mengatasi masalah yang sama, yaitu masalah energi dan pelepasan energi, dengan jalan menembus bentuk energi yang berkonsentrasi sangat tinggi, yang dinamai didalam satu fihak dengan istilah atom, dan difihak satunya lagi, dengan istilah ego. Dan arah pergerakan keduanya sama, yaitu : "kedalam" ( = inward" ). Oleh karena itu, kita tidak perlu heran, dengan kesamaan yang sangat dekat, antara pandangan ilmu pengetahuan (= science ) dan pandangan dari agama buddha. Energi yang dilepaskan melalui pemecahan ego itu tidak begitu nampak, tidak seperti bom atom, namun kebijaksanaan tertinggi dari sang buddha dan cinta kasihnya yang tak terbatas, itu sama keadaanya seperti cahaya dan panas yang dilepaskan dari sumber alami dari energi atom, yaitu matahari.

Saya telah menerangkan secara singkat, dua dari tiga prinsip yang fundamental dari agama buddha, yaitu ajaran mengenai anicca ( = azas ke-tidak-tetap-an dari segala sesuatu = impermanence ), dan ajaran mengenai anatta (= azas ke-tidak-ada-an dari ke-aku-an = egolenssness ). Prinsip penting lainnya, dinamai dukkha (= azas bahwa setiap makhluk hidup, yang belum mencapai nirwana, itu mengalami penderitaan ), atau suatu konsekwensi dari kehidupan yang bersifat egoistic. Ketiga prinsip itu begitu sangat penting, sehingga secara aktual dianggap sebagai batu ujian ( testing-stone ) dari agama buddha. Sesuatu theori atau philosophi, yang sama sekali bersesuaian dengan prinsip tersebut, itu kita sebut, dinyatakan, sebagai bersifat buddhistic.

Sabtu, 20 Desember 2014

Karma yang tidak terspesifikasi ( katatta karma )

Terlahir dineraka avici meskipun banyak perbuatan baik ( kusala kamma ).

~ Ratu malika yang merupakan permaisuri raja kosala disavatthi, melakukan perbuatan yang baik yang sangat banyak bersamaan dengan raja. Bahkan dia melakukan pengaturan kegiatan pindapatta ( memberi makan bhikkhu ). Yang sangat termasyur yang dilakukan oleh raja kepada buddha dan sangha ( pengikut buddha ).

Tetapi, sayangnya dia melakukan perbuatan asusila yang berarti. Pada suatu ketika, ketika dia sedang mandi, seekor anjing pergi kekamar tersebut dan dia melakukan asusila dengan anjing tersebut. Ketika dia keluar dari kamar mandi, anjing tersebut mengikutinya dan raja melihat hak tersebut pun menanyakannya. Dengan sangat berapi api dia berbohong kepada raja dengan mengatakan kepada raja bahwa raja mengalami gangguan penglihatan karena dia keluar sendirian. Raja tersebut mempercayai permaisurinta dan memaafkannya. Tetapi perbuatan asusila tersebut menghantui pikirannya.

Karena akusala kattata karma tersebut memerankan fungsi kelahiran kembali, dia harus menderita dineraka avici, neraka terdalam selama tujuh hari. Raja kosala mempercayai bahwa istrinya pasti lahir didalam surgawi. Tetapi untuk memastikan hal tersebut, dia pergi kevihara jetavana dan menanyakan kepada sang buddha, akan tetapi sang buddha dengan abhina ( kekuatan batin ) yang dimiliki membuat raja lupa akan pertanyaan yang akan diajukan, lalu raja tersebut pun mrmbicarakan hal yang lain dan pulang keistana. Pada hari berikutnya dia kembali mengunjungi jetavana untuk menanyakan dimana ratu malika dilahirkan dan sang buddha membuatnya lupa akan pertanyaan yang akan diajukan hari demi hari. Hingga hari kedelapan sang buddha membiarkan dia menanyakan pertanyaanya. Sang buddha mengatakan bahwa ratu malika kini berada disurga tusita. Ratu malika cukup beruntung karena hanya tujuh hari manusia dineraka avici. Dari sekian banyak perbuatan baik yang dia lakukan ( kusala kamma ), satu perbuatan baik ( kusala kamma ) yang sangat kuat menjadi karma penghancur yang menghancurkan akusala janaka karma yang mengkondisikan dia terlahir dialam neraka tersebut dan menghasilkan efek yang berakibat pada kelahirannya kembali disurga tusita.

Karma yang berbuah dalam kehidupan ini ( dittha dhamavedaniya karma )

Karma dittha dhamavedaniya ~ karma yang berbuah dalam kehidupan ini

~ seorang pria miskin bernama mahaduk yang berkesempatan memberikan dana kepada samna sambuddha kassapa ( murid buddha ) segera menjadi orang kaya.

~ pada jaman sang buddha gaotama, punna dan istrinya yang miskin, berkesempatan mendanaka makanan kepada sariputra ( murid buddha ) yang baru saja keluar dari niroda sampatti. Segera mereka menemukan digumpalan tanah yang dibajak punna dilapangan berubah menjadi emas, sehingga kedua pasangan ini menjadi kaya.

~ disavatti, pasangan bernama kakaviliya sangatlah miskin. Mereka tidak mempunyai tempat tinggal yang layak, tidak mempunyai perabotan rumah tangga, tidak ada tikar dan kasur, mereka harus berbagi bubur yang hanya cukup satu orang. Suatu pagi, ketika mereka ingin menyantap bubur tersebut, kassapa yang baru saja keluar dari niroda sampatti mendatangi kediaman mereka. Mereka tidak memakan bubur tersebut dan mendanakan makanan tersebut kepada kassapa. Dalam tujuh hari mereka menemukan belanga emas dan menjadi orang kaya.

Akibat karma yang tidak bisa dihindari
~  seorang wanita bernama dawmar dari desa duyin, tidak dapat berbicara dengan jelas karena bibir atas cacat ( sumbing ). Dia bermata pencaharian menjual ikan, meletakkan ikan disebuah nampan besar dan menempatkannya diatas kepalanya, mengelilingi desa dan meneriakkannya : yaukah anye beli ikan ? Penduduk desa mengetahui bahwa ia sedang mengucapkan "maukah anda beli ikan ?" . tetapi seorang pemuda bernama kothan meniru cara dia berbicara sebagai candaan. Dawmar sangat sedih, tetapi dia harus menerima hinaan itu karena dia orang miskin. Tak lama kemudian istrinya kothan melahirkan anak dengan bibir sumbing, cacat seperti dawmar. Karma tersebut dapat kita lihat memberikan akibat yang tidak dapat dihindari. Hasil buruk dari karma / tindakan buruk mulai akan berbuah dikehidupan ini juga.

Karma menjelang kematian ( assana karma )

Bagaimana seorang putra dapat membantu ayahnya memperoleh kelahiran membahagiakan.

~ sona thera menetap dibukit sona disrilanka, mencapai tataran arahat dengan perjuangan yang beliau lakukan, tetapi ayahnya berprofesi sebagai pemburu meskipun usianya telah lanjut. Hanya ketika dia sudah terlalu lemah untuk berburu, maka dia pun menjadi bhikkhu divihara anaknya. Segera, bhikkhu tua tersebut jatuh sakit serius, dia melihat anjing besar dengan mata merah dan gigi yang tajam menaiki bukit untuk menggigit dia. Dia sangat ketakutan dan berkata kepada anaknya, putraku, anjing besar naik keatas bukit untuk menggigit saya, usir mereka. Sona thera adalah seorang arahat, dia mengetahui ayahnya mengalami nimita ( bayangan karma ) menjelang kematian ayahnya, tanda tanda untuk terlahir dialam neraka terlihat sebagai konsekwensi karma buruk yang dilakukan oleh orang tuanya. Sona thera meminta umat menumpulkan bunga dan menaburnya dipagoda diatas bukit. Kemudian mereka membawa bhikkhu tua tersebut berikut dengan ranjangnya menuju pagoda tersebut.  Ayahku, yang saya hormati, berilah hormat kepagoda, kita mempersembahkan bunga kepada pagoda atas nana ayah. Bergembiralah dengan mempersembahkan bunga tersebut kepada sang buddha. Bhikkhu tua tersebut memberi hormat kepada pagoda. Beliau juga bergembira dengan memberikan bunga tersebut. Nimita ( bayangan karma ), menjelang kematiannya pun berubah. Anakku, ibu tirimu yang sangat cantik memanggil saya untuk mengikuti mereka, haruskah saya pergi bersamanya ? Silahkan ikuti mereka ayah. Putra tersebut mengetahui bahwa gadis gadis surgawi yang datang menjemput ayahnya. Beliau sangat bergembira, usahanya untuk mencegah ayahnya terlahir dialam menyedihkan berhasil.

~ karma yang aneh dari seorang wanita penjaga pot air. Bhikkhu janakabhisava menuturkan cerita dari wanita penjaga pot air ( bernama sayadaw ). Pada pembabaran dhamma, wanita tersebut berasal dari kota amarapura, dia sangat kaya dan memiliki keyakinan teguh pada ajaran sang buddha. Dia mendirikan vihara dan mendonasikan kepada ketua bhikkhu. Jika musim panas, air akan sangat langka diamarapura. Jadi dia membuat depot air pada persimpangan jalan kota, sehingga dia dikenal sebagai wanita penjaga pot air. Dia meninggal pada usia tua. Ketua bhikkhu memimpin prosesi pelaksanaan dan pelimpahan kebajikan kepada almarhum. Di adakan juga acara menyediakan makanan bhikkhu pada hari ketujuh kematian almarhum. Ketua bhikkhu membabarkan dharma lagi. Pada perjalanan pulang, beliau mendengar seseorang memanggil, yang mulia, yang mulia. Dia mengenali suara tersebut sebagai suara penjaga pot air. Lalu beliau pun bertanya, apakah wanita penjaga pot air. Ya, yang mulia, terdengar jawaban, hingga ketiga kalinya ketua bhikkhu menanyakan pertanyaan tersebut. Dia pun menjawab dengan suara pelan. Saya kini adalah seorang peta ( hantu ), yang mulia.

Kenapa kamu bisa menjadi seorang peta, bukankah kamu telah melakukan banyak hal baik. Saya khawatir terhadap putri dan cucu perempuan saya ketika mereka menangis sebelum kematian saya. Pada saat menjelang kematian adalah sangat penting untuk mengembangkan pikiran baik dan mengingat pikiran baik. Mereka tidak seharusnya menangis didekat orang akan meninggal. Karena orang tua akan merasa khawatir terhadap putra putrinya ; apakah anak anak akan baik saja jika saya meninggal nanti ?. Kekhawatiran berakibat pada pengembangan dosa citta ( citta = pikiran / kesadaran ), kemelekatan pada anak berakibat pada pengembangan lobha citta.

Pikiran tersebut menjadi penentu kelahiran berikutnya sehingga dia menjadi peta. Hantu tersebut berkata : saya tidak berkesempatan mendengar dhamma disaat pengkremasian. Peta perempuan yang merupakan teman baru saya, membawa saya keatas bukit diatas air terjun, yang mulia. Tujuan membawa dia kebukit diatas air terjun adalah agar dia tidak berkesempatan mendengar dharma, maka perbuatan baik dapat berfungsi sebagai penghancur, menyebabkan akhirnya kehidupan dialam menyedihkan dan mengakibatkan kelahiran baru dialam menyenangkan.

Tetapi saya tidak dapat mendengarkan dharma anda hari ini, yang mulia. Saya juga menerima pelimpahan jasa kebaikan dari putra putri saya, sehingga saya berkesempatan untuk menuju alam menyenangkan. Saya akan pergi yang mulia. Suara peta tersebut pun menghilang. Jika kita dapat memanfaatkan karma baik tersebut, kita dapat menuai manfaat yang luar biasa.

Karma yang berbuah pada satu kehidupan mendatang ( upapajjavedaniya karma )

Upapajjavedaniya karma ~ karma yang berbuah pada satu kehidupan mendatang.

Contoh
~ seorang pengemis wanita tua yang bernama candali yang kehidupannya meminta minta, sedang berjalan disepanjang jalan kota rajagaha. Sang buddha melihat wanita tersebut ketika pagi hari dimana sang buddha mengamati siapa yang pantas mendapat pertolongan. Candali tidak pernah melakukan kebaikan, oleh karena itu kelahiran berikutnya dia akan terlahir kembali kealam menyedihkan. Karena maha karuna yang besar kepadanya, beliau berangkat lebih awal untuk berpindapatta dan menemui candali dipinggiran kota. Ketika sang buddha berhenti, candali juga berhenti, berjalan dengan menggunakan tongkatnya. Dia hanya menatap sang buddha, dia tidak mendapat manfaat apapun saat itu juga meskipun bertemu sang buddha. Monggalana yang mengikuti sang buddha, mengetahui kehendak sang buddha untuk menolongnya. Maka beliau pun memberitahu candali. Candali, sang buddha disini ingin menolongmu, kamu akan segera mengalami kematian, menghormatlah kepada sang buddha untuk mengalami kelahiran kembali yang baik. Lalu setelah melihat sang buddha dengan teliti, lalu mrnghormat kepada sang buddha. Menghormat kepada sang buddha satu menit telah mengembangkan milyaran karma baik. Sang buddha mengetahui hal tersebut dan menolong sewaktu berpindapatta. Candali dengan goyah berjalan, seekor kerbau dan anak kerbau menunduknya. Dia jatuh dan meninggal. Karma baik mengkondisikan dia terlahir sebagai dewi dengan puri yang megah disurga tavatimsa. Dia segera turun kebumi dan berterima kasih kepada monggalana karena membujuk dia untuk menghormat kepada sang buddha.

Karma yang berbuah dari kehidupan yang ketiga dan seterusnya ( aparapariyavedaniya karma )

Aparapariyavedaniya karma ~ karma yang berbuah dari kehidupan yang ketiga dan seterusnya.

Contoh :
~ sang buddha menyempurnakan parami selama empat asankheyya ( tahun yang tak terhitung ) dan seratus ribu kappa. Beliau menikmati akibat yang baik dari perbuatan baiknya ( kusala kamma ) tersebut sepanjang perjalanan menuju kebuddhaan dan akhirnya menjadi samma sambuddha dengan dukungan karma karma tersebut. Karena akusaka kamma yang pernah dilakukan sang buddha, pada kehidupan lampaunya, beliau harus menderita sakit dsb, bahkan dikehidupan terakhirnya sebagai buddha.

~ monggalana siswa utama sang buddha, paling dikenal karena kekuatan abhinna ( kekuatan batin ) yang dimilikinya. Beliau sanggup mengoncangkan istana vejayenta raja dewa sakka dengan jari kakinya yang besar, menjinakkan raja naga nando pananda. Tetapi tetap saja tidak dapat melarikan dirj dari dipukuli hingga mati oleh lima ratus penjahat dikehidupan terakhirnya. Tidak dapat lolos dari karma, mengapa ?
Dikota rajagaha terdapat pertapa ( heretic ) mengadakan rapat. Apakah kalian tahu, gaotama mendapat banyak dana adalah karena monggalana. Dia pergi kesurga dan bertanya kepada dewa dewi perbuatan baik apa yang mereka perbuat sehingga membuahkan kemewahan surgawi. Yang dikatakan para makhluk surga diceritakan oleh monggalana. Kemudian dia pergi ke alam apaya ( alam rendah ) dan bertanya kepada hantu dan penghunj neraka, perbuatan apa yang mereka lakukan yang membuat mereka menderita, mereka menjawab dan jawaban mereka diceritakan kembali oleh monggalana kepada manusia. Sehingga manusia percaya kepada karma dan hasilnya membuat mereka menghormati kepada sang buddha lebih dari sebelumnya. Jika kita membunuh monggalana, semua dana akan datang ke kita. Apakah kalian setuju untuk membunuh monggalana? .

Mereka mengumpulkan ribuan koin dan memberi uang kepada lima ratus penjahat, meminta mereka membunuh monggalana. Mereka pergi kebukit isigali dan mengepung vihara monggalana yang terletak dilereng batu kalasila. Monggalana mengetahui hal ini dan dengan mudah pergi dengan kekuatan supranaturalnya. Tiga bulan berlalu, monggalana merenungi perbuatan buruk berat yang diperbuatnya karena melakukanb pembunuhan terhadap orang tuanya dikehidupan lampaunya akan segera membuahkan hasilnya lagi. Beliau tidak dapat menghentikannya dengan kekuatan supranaturalnya. Jadi beliau tidak lagi mencoba untuk menghindar. Para penjahat menangkap beliau dan memukulinya dengan tongkat hingga semua tulang hancur menjadi serpihan kecil. Mereka berpikir sang kepala bhikkhu telah meninggal. Mereka membuangnya kesemak semak dan pergi.

Monggalana mengembalikan semua bagian bagian tubuhnya dengan kekuatan jhana ( pencapaian hasil meditasi ) dan terbang kepada buddha melalui angkasa. Beliau memberikan penghormatan kepada sang buddha dan berkata "yang mulia, tolong izinkan saya pergi dan merealisasi nibbana" . kemana kamu akan pergi untuk merealisasi nibbana? Ditempat bernama kalasila. Anakku monggalana, berikan dhamma desana kepadaku dan pergilah ketempat yang kamu inginkan. Monggalana memberikan penghormatan kepada sang buddha dan terbang kelangit setinggi kurang lebih setinggi dua pohon kelapa. Beliau melakukan hal yang sama dengan melakukan penghormatan kepada sang buddha kemudian terbang keketinggian tiga pohon kelapa, empat, lima, enam, tujuh dan beliau tetap diudara dan memperlihatkan berbagai kekuatan supranatural. Kemudian beliau memberikan dhamma desana, melakukan penghormatan kepada sang buddha dan pergi ketempat kediamannya kalasila. Disana beliau meninggal dan merealisasi nibbana. Tidak ada seorang pun yang mampu lolos dari berbuahnya karma.

Karma yang kadarluarsa ( ahosi karma )

Ahosi karma ~ karma yang kadarluarsa, karma yang efektif dalam kehidupan ini. karma yang efektif satu kehidupan berikutnya, atau karma yang tidak terbatas untuk memberikan hasil bila tidak mendapatkan kondisi untuk berbuah akan tidak efektif / ahosi.

Demikian juga milyaran karma baik dan milyaran karma buruk muncul dalam perbuatan buruk.jadi dalam satu kehidupan, tak terhitung karma baik dan jumlah karma buruk. Sedikit dari karma ini mempunyai kesempatan membuahkan hasil, sisanya menjadi ahosi.

Contoh : angulimala membunuh banyak orang untuk mengumpulkan seribu jari. Ketika sang buddha membuatnya bertobat, dia membuang pedangnya dan menjadi bhikkhu, dan mencapai arahat ( arahat = tidak terlahirkan lagi / mencapai kesucian dengan membuang semua kekotoran batin ). Karena tidak ada kelahiran kembali bagi seorang arahat, maka perbuatan jahat ( akusala kamma ) dan perbuatan baik ( kusala kamma ) yang terdapat pada aliran kesadaran beliau, menjadi ahosi / kadarluarsa.

Sumber : angulimala sutta
Riwayat perjalanan anggulimala terdapat di anggulimala sutta.

Sudut pandang karma dalam ajaran buddhis

Hukum karma

Ajaran agama buddha tentang karma harus dibedakan dari ajaran non bhuddhis mengenai karma yang diajarkan oleh para pemikir non buddhis pada masa sebelum, masa yang sama dan bahkan masa sesudah buddha.
Karma adalah hukum moral yang menimbulkan akibat yang menentukan nasib setiap makhluk hidup dan menyebabkan kelahiran kembali.

Kata "kamma" dalam bahasa pali, dan kata "karma" dalam bahasa sansekerta, memiliki arti yang sama, secara harfiah berarti "aksi" atau "perbuatan". Akan tetapi, tidak semua dianggap sebagai karma. Pertumbuhan rambut dan kuku serta pencernaan makanan, merupakan contoh dari aksi yang demikian, bukan merupakan karma. Aksi refleks juga bukan termasuk karma, tetapi merupakan kegiatan tanpa makna moral.

Sebagai istilah teknis, kata "kamma" digunakan dalam naskah buddhis awal untuk menyatakan perbuatan yang dilakukan dengan kehendak ( sankhara ). Perbuatan perbuatan ini dapat berupa perbuatan baik ( kusala ) atau perbuatan jahat ( akusala ) atau perbuatan netral ( avyakata ).
Terdapat perbuatan yang diekspresikan melalui badan jasmani ( kaya kamma ), perkataan ( vacikamma ), dan pikiran ( mano kamma ). Dengan kata lain perbuatan dapat merupakan tindakan badan jasmani, perkataan ataupun pikiran. Perbuatan yang dilakukan dengan adanya kehendaklah yang kita sebut karma.

Jadi kata karma digunakan untuk menunjukkan kegiatan yang dilakukan dengan adanya kehendak yang diekspresikan melalui pikiran, ucapan dan perbuatan, yang baik maupun jahat dan menimbulkan tanggung jawab atas akibat akibat yang sebagian menentukan kebaikan ataupun kejahatan dari perbuatan perbuatan ini. Karma adalah perbuatan. Hasil dari perbuatan disebut karma vipaka.

"Dengan adanya keinginan, manusia melakukan perbuatan melalui badan jasmani, ucapan, atau pikiran, dan mereka akan menerima akibatnya. Semua makhluk adalah pemilik yang bertanggung jawab atas perbuatannya ( karma ) sendiri, menjadi ahli waris dari karmanya sendiri, lahir dari karmanya ( penyebab bawaan ), berhubungan dengan karmanya ( sanak keluarga ), terlindung oleh karmanya sendiri.

Permainan tanpa akhir dari karma dan kamma vipaka, aksi dan re- aksi, sebab dan akibat, benih dan buah ini, berlanjut dalam gerakan tanpa henti, dan ini menjadi suatu proses perubahan fenomena kehidupan jasmani dan rohani secara terus menerus ( samsara ).

Jelas sudah, karma adalah kemauan yaitu kehendak, suatu kekuatan. Dengan adanya keinginan, manusia melakukan perbuatan melalui badan jasmani, ucapan, dan pikiran, dan aksi menghasilkan reaksi. Keinginan menimbulkan perbuatan, perbuatan menghasilkan akibat, akibat pada gilirannya menghasilkan keinginan baru. Proses sebab dan akibat, aksi dan reaksi ini merupakan hukum alam.

Menurut agama buddha, segala sesuatu tidak terjadi tanpa sebab (a-hetuka) atau dikarenakan oleh sebab tunggal (eka-hetuka). Sejumlah fakta bekerja dalam menimbulkan kondisi yang dialami manusia. Segala sesuatu timbul oleh kondisi kondisi yang saling bergantungan  ( paticca-samupada ), dan manusia dengan pengetahuan alam serta pengetahuan mengenai dirinya, dapat memahami, mengendalikan dan menguasainya.

Hubungan karma tidak ditetapkan  sebelumnya ( deterministis ), bukan telah digariskan oleh nasib dan tak dapat dihindari ( fatalisme ). Karma adalah salah satu dari banyak faktor yang menimbulkan kondisi apa yang dialami secara alamiah, dan karma yang lampau dapat diakhiri dan diubah dalam hubungan dengan perbuatan yang dilakukan seseorang pada saat ini. Kiranya tidak perlu dijelaskan bahwa ajaran agama buddha mengenai karma bukan fatalistis.
Dapat dicatat agama buddha menentang segala bentuk ajaran yang menyatakan bahwa segala sesuatu telah ditetapkan sebelumnya ( determinisme ) : determinisme alamiah ( sabhavavada ), determinisme teistis ( issarakaranavada ) dan determinisme karma ( pubbakammavada ), yang menghubungkan segalanya dengan karma yang lampau ataupun salah satu dari perpaduan diatas.

Menurut agama buddha, manusia dikondisikan oleh hukum biologisnya ( bijanimaya ), hukum lingkungan dan jasmani ( utunimaya ), hukum psikologisnya ( cittanimaya ), termasuk karma yang mewarisinya ( kammanimaya ); ia tidak ditentukan oleh salah satu ataupun seluruh hukum diatas. Ia memiliki unsur kemauan bebas ( attakara ) atau usaha pribadi ( purisakara ). Dengan melatihnya, ia dapat mengubah sifat dasarnya maupun lingkungannya ( dengan memahaminya ) demi kebaikan sendiri maupun orang lain.

Apa itu kewujudan semula atau punarjadi ?

Suatu keadaan yang mana makhluk ( manusia, dewa, hewan, peta dll ) itu mati dan dilahirkan  semula. Dimana ia dilahirkan semula bergantung kepada kamma/ perlakuan masa lampau.

Samyutta nikaya
"Bergantung kepada benih yang disemai,
Begitu juga hasil yang diperoleh,
Melakukan kebaikan akan mendapat kebaikan,
Melakukan kejahatan, keburukan diterima,
Setelah benih disemai, kamu akan menerima hasil kemudian."

Hukum karma ialah peraturan semula jadi ( natural law ).
Hukum yang " impartial "
Hukum yang bertindak mengikuti perlakuan itu.


Selasa, 16 Desember 2014

Anatta ( doktrin tanpa-aku )

Yang dianggap oleh umum sebagai aku, ego, roh atau atma ialah adanya satu inti yang kekal, tetap dan absolut yang merupakan substansi yang tak berubah ubah dibelakang "dunia yang terlihat ini" yang senantiasa dalam keadaan bergerak dan berubah. Menurut beberapa ajaran, setiap orang mempunyai roh demikian yang diciptakan oleh pencipta dan yang sesudah meninggal tetap hidup abadi, dalam surga atau dalam neraka, dan tujuan yang terakhirnya ditentukan oleh sang pencipta itu sendiri.

Menurut pendapat lain, ia berjalan melalui banyak kehidupan sampai menjadi bersih dan akhirnya bergabung kembali dengan pencipta atau brahma, roh yang universal atau atma, tempat asal ia diciptakan. Roh di dalam orang inilah yang menjadi pemikir dari pikiran, yang merasa melalui perasaan, yang menerima pahala atau hukuman untuk semua perbuatan perbuatannya, yang baik maupun yang buruk. Konsepsi ini dinamakan ide tentang adanya aku atau roh yang kekal abadi.

Dalam sejarah umat manusia, agama buddha merupakan satu satunya yang menyangkal adanya roh, aku atau atma yang kekal abadi. Menurut agama buddha, ide tentang adanya satu roh yang kekal abadi adalah khayalan belaka dan yang tidak mempunyai dasar kebenaran. Ia menciptakan pikiran yang sangat merugikan, yaitu tentang adanya aku dan "milikku'', keinginan yang mementingkan diri sendiri, kebencian, pikiran pikiran yang tidak baik, kesombongan, keangkuhan serta noda dan kekotoran batin lainnya. Ia merupakan sumber dari semua perselisihan dalam dunia, dari bentrokan bentrokan pribadi sampai kepada peperangan antar negara. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa semua kejahatan dapat dicari sumbernya pada pandangan yang salah ini.

Secara "psychologic" dua rupa pandangan berakar kuat dalam diri tiap manusia :

Pandangan tentang perlindungan diri ( self-protection )

Pandangan tentang kelangsungan hidup ( self-preservation )

Untuk melindungi dirinya, manusia lalu menciptakan kekuatan luar; kepadanya ia bergantung untuk mencari perlindungan, keselamatan dan keamanan, seperti seorang anak kecil bergantung dan mencari perlindungan kepada orang tuanya.

Untuk kelangsungan diri, manusia menggambarkan dalam pikirannya satu ide tentang adanya roh atau atma yang dapat hidup kekal abadi. Manusia memerlukan dua hal tersebut diatas untuk menghibur dirinya dan seterusnya ia melekat erat.

Agama buddha tidak menyokong kedua pandangan tersebut dan bertujuan untuk menolong manusia mencapai kesadaran agung dengan menyingkirkan dan menghancurkan sampai keakar akarnya dari pandangan tersebut.

Sang buddha menginsafi benar benar hal ini dan berkata bahwa ajaran beliau melawan arus ( patisotagami ) dan bertentangan dengan keinginan yang mementingkan diri sendiri dari seorang manusia.

Hanya empat minggu setelah beliau memperoleh kesadaran agung, ketika duduk dibawah pohon yang rindang, beliau berpikir sbb : "aku telah menyelami kesunyataan yang dalam sekali, sulit untuk dilihat, sulit untuk dimengerti ... Yang hanya dapat diselami oleh para bijaksana ...
Orang yang masih dipengaruhi oleh hawa nafsu dan diselubungi kegelapan batin tidak mungkin dapat melihat kesunyataan ini yang bertentangan sekali dengan pendapat orang banyak. Kesunyataan ini luhur sekali, dalam, halus dan sulit dimengerti."

Dengan adanya pikiran ini, sang buddha ragu ragu sesaat bahwa mungkin percuma saja untuk menyiarkan kesunyataan, yanv baru saja diselami ini, kepada khalayak ramai. Sesudah itu, beliau membandingkan dunia inj dengan sebuah kolam teratai. Dalam kolam seperti itu ada bunga yang masih berada dipermukaan air, ada bunga yang sudah mencapai permukaan air dan ada pula yang sudah berada diatas air dan sama sekali tidak tersentuh air.

Begitu pula keadaan dalam dunia ini, tempat hidup orang dengan beraneka ragam tingkatan dan pengetahuan. Beberapa diantara mereka dapat mengerti akan kesunyataan itu. Oleh sebab itu, sang buddha lalu mengambil keputusan menyiarkan ajarannya kepada dunia.

Doktrin anatta adalah akibat yang wajar atau kesimpulan yang dapat ditarik dari analisa lima kelompok kegemaran dan doktrin tentang hukum paticca-samupadda ( hukum sebab musabab yang saling bergantungan ).

Ketika membahas kesunyataan mulia pertama ( dukkha ) kita melihat bahwa yang dinamakan manusia itu terdiri dari lima kelompok kegemaran dan kalau kita menganalisa dan meneliti lebih jauh maka tidak terdapat sesuatu dibelakang mereka yang dapag disebut sebagai Aku, atma atau diri atau suatu substansi yang kekal abadi. Inilah pendekatan melalui cara analisa.

Hasil yang sama pula dapat dicapai melalui doktrin hukum sebab musabab yang saling bergantungan yang merupakan pendetakan dengan cara sintesa. Dengan cara inipun dapat kita mengambil kesimpulan bahwa tidak terdapat sesuatu didunia ini yang mutlak ( absolut ). Semuanya saling menjadikan, relatif dan saling bergantungan. Inilah paham buddhis tentang teori relativitas.

Sebelum kita membahas persoalan anatta ini secara mendalam, berguna juga kiranya untuk mendapat ide yang singkat tentang hukum sebab musabab yang saling bergantungan itu. Prinsip hukum ini dapat diberikan dalam empat formula pendek yang berbunyi :

Imasing sati idang hoti
Dengan adanya ini, maka terjadilah itu

Imassuppada idang uppajjati
Dengan timbulnya ini, maka timbullah itu

Imasing asati idang na hoti
Dengan tidak adanya ini, maka tidak adanya itu

Imassa nirodha idang nirujjati
Dengan terhentinya ini, maka terhentilah juga itu.

Berdasarkan prinsip dari saling menjadikan, relatifitas dan saling ketergantungan ini, maka seluruh kelangsungan dan kelanjutan hidup dan juga berhentinya hidup dapat diterangkan dalam formula dari dua belas nidana ( sebab musabab ).

Avijja paccaya sankhara
Dengan adanya kebodohan ( ketidak-tahuan ), maka terjadilah bentuk bentuk karma.

Sankhara paccaya vinnanang
Dengan adanya bentuk bentuk karma, maka terjadilah kesadaran.

Vinnana paccaya namarupang
Dengan adanya kesadaran, maka terjadilah batin dan jasmani.

Namarupang paccaya salayatanang
Dengan adanya batin dan jasmani, maka terjadilah enam indera.

Salayatana paccaya phaso
Dengan adanya enam indera, maka terjadilah kesan kesan.

Phassa paccaya vedana
Dengan adanya kesan kesan, maka terjadilah perasaan.

Vedana paccaya tanha
Dengan adanya perasaan, maka terjadilah tanha ( keinginan ).

Tanha paccaya upadanang
Dengan adanya tanha, maka terjadilah kemelekatan.

Upadana paccaya bhavo
Dengan adanya kemelekatan, terjadilah proses tumimbal lahir.

Bhava paccaya jati
Dengan adany proses tumimbal lahir, maka terjadilah kelahiran kembali.

Jati paccaya jaramaranang
Dengan adanya kelahiran kembali, maka terjadilah kelapukan, kematian, keluh kesa, sakit dll.

Jara marana
Kelapukan, sakit, kematian dll, adalah akibat dari kelahiran kembali.

Demikianlah kehidupan itu timbul, berlangsung dan bersambung terus. Kalau kita mengambil rumus tersebut dalam arti yang sebaliknya, kita akan sampai kepada penghentian dari proses itu. Dengan terhentinya kebodohan secara menyeluruh, maka terhenti pula bentuk bentuk karma, dengan terhentinya bentuk bentuk karma, maka terhentilah pula kesadaran; ... Dengan terhentinya kelahiran kembali, maka terhenti pula kelapukan, sakit dan kematian.

Untuk menghindari tafsiran yang membingungkan, maka disini hendak ditekankan bahwa terdapat dua macam kebenaran, yaitu :

Kebenaran konvensional ( sammuti sacca )

Kebenaran mutlak ( paramattha sacca )

Kalau kita memakai istilah dalam pembicaraan sehari hari seperti aku, kamu, makhluk atau orang dll, kita tidak berdusta bahwa tidak ada pribadi atau makhluk seperti itu, tetapi kita bicara benar menurut kebiasaan umum didunia ini. Tetapi menurut kebenaran mutlak tidaklah ada "Aku" atau "makhluk" dalam realitasnya.

"Satu orang dikatakan sebagai "ada" hanya sebagai sebutan belaka ( prajnapti - konvensional ), tetapi bukan dalam keadaan sebenarnya ( dravya )." mengesampingkan satu atma yang tidak dapat mati adalah satu kebiasaan yang khas dari semua ajaran utara dan selatan, dan karena itu tidak terdapat alasan untuk menarik kesimpulan bahwa tradisi agama buddha yang seluruhnya mencapai penyesuaian paham terhadap hal ini, menyimpang dari ajaran sang buddha yg asali.

Pada satu waktu orang menjadi gelisah jika berpikir bahwa kalau mereka menganut ajaran sang buddha, maka "aku" yang mereka khayalkan berada dalam dirinya akan hilang, berhubung dengan doktrin anatta yang diajarkan oleh sang buddha. Sang buddha pun sepenuhnya menginsyafi hal ini. Pernah seorang bhikkhu bertanya : "bhante, pernahkah terjadi bahwa orang akan merasa tersiksa apabila ia tidak lagi menemukan sesuatu yang kekal didalam dirinya ?"

Sang buddha menjawab : "ya, bhikkhu, memang ada. Seseorang mempunyai pandangan seperti berikut : alam semesta ini atma dan aku akan menjadi satu dengannya kalau aku meninggal dunia, kekal, abadi, tidak berubah dan aku akan hidup seperti itu untuk selama lamanya. Ia kemudian mendengar sang tathagata atau seorang siswanya mengkhotbahkan ajaran yang bertujuan untuk menghancurkan secara total semua pandangan yang di ragu ragukan itu dan bertujuan untuk memadamkan tanha, bertujuan untuk tidak melekat, terbebas dan nibbana. Setelah mendengarkan khotbah, orang itu berpikir : aku akan tidak ada lagi. Dengan demikian, ia menjadi sedih hatinya, kesal, meratap, menangis, memukuli dadanya dan menjadi kalap. Begitulah bhikkhu, memang pernah terjadi, bahwa orang merasa tersiksa kalau sesuatu yang kekal dalam dirinya tidak lagi ditemukan. ( majjhima nikaya 22: alagaddupama sutta ).

Banyak orang menggangap "aku" sama dengan "batin" atau "kesadaran" . tetapi sang buddha berkata bahwa lebih baik menggangap badan jasmani sebagai "aku" dari pada batin, pikiran atau kesadaran, sebab badan jasmani lebih padat ( dapat dilihat dan di sentuh ), sedangkan batin, pikiran, dan kesadaran ( citta, mamo, vinanna ) terus berubah dan dalam tempo lebih cepat dari badan jasmani.( samyutta nikaya xII : 62 )

Perasaan yang samar samar tentang "aku" sebenarnya yang menciptakan gambaran tentang adanya "diri" yang tidak sesuai dengan kenyataaan, melihat kenyataan ini dengan gamblang dan jelas berarti menyelami nibbana, dan hal ini memang tidak mudah.

Dalam samyutta nikaya terdapat satu diskusi antara seorang bhikkhu bernama khemaka dengan serombongan bhikkhu lain yang membahas persoalan ini secara mendalam.

Para bhikkhu itu bertanya khemaka, apakah ia melihat satu "diri" atau sesuatu yang berhubungan dengan "diri" didalam lima kelompok kegemaran. Khemaka menjawab : "tidak". Kemudian bhikkhu bhikkhu itu berkata, kalau begitu ia telah menjadi arahat, bebas dari kekotoran batin. Khemaka mengakui bahwa biarpun ia tidak menemukan satu "diri" atau sesuatu yang ada hubungan dengan "diri" ( attaniya ) didalam lima kelompok kegemaran, ia bukan seorang arahat yang terbebas dari semua kekotoran batin. O kawan kawan, mengenai lima kelompok kegemaran itu, akj masih merasakan adanya "diri" itu, meskipun aku tidak dapat melihat dengan jelas bahwa "inilah diriku".

Selanjutnya khemaka menerangkan bahwa apa yang ia namakan "sang aku" bukanlah materi, perasaan, pencerapan, bentuk bentuk pikiran atau kesadaran, atau sesuatu tanpa mereka itu. Tetapi ia merasakan "sang aku" ada hubungan dengan lima kelompok kegemaran, meskipun ia tidak melihat dengan jelas "inilah aku" .
Hal ini sama dengan bau harumnya sekuntum bunga. Itu bukan bau harum dari daun bunga, bukan dari warnanya, bukan dari putiknya, tetapi bau harum dari bunga secara keseluruhan.

Khemaka selanjutnya menerangkan bahwa sekalipun orang telah mencapai tingkat permulaan dari penyelaman nibbana, ia masih mempunyai perasaan tentang "sang aku". Tetapi, nanti, kalau ia sudah mendapat kemajuan lebih lanjut, perasaan "sang aku" itu akan lenyap seluruhnya; seperti juga bau sabun dari pakaian yang baru dicuci akan lenyap sesudah pakaian itu untuk beberapa waktu disimpan didalam lemari.

Diskusi ini berguna sekali dan memberi gambaran yang begitu jelas sehingga pada akhir diskusi mereka semua, termasuk khemaka, menjadi arahat, terbebas dari kekotoran batin dan akhirnya juga terlepas sama sekali dari perasaan tentang adanya "sang aku" itu.

Menurut sang buddha, berpegangan kepada anggapan bahwa "aku tidak mempunyai atma" ( yang dinamakan pemusnahan diri ) atau memegang anggapan tentang "aku mempunyai atma"  ( yang dinamakan teori kelangsungan abadi ), kedua duanya salah karena kedua duanya merupakan belenggu yang timbul dari ide tentang adanya "sang aku" itu.

Pendirian yang benar mengenai anatta ialah jangan memegang anggapan atau pandangan apa pun juga, melainkan melihat benda benda secara obyektif dan menurut keadaan sebenarnya, tanpa proyeksi proyeksi mental melihat apa yang dinamakan "aku" atau "makhluk" sebagai paduan unsur unsur fisik dan mental, yang bekerja sama dan saling bergantungan satu arus dari perubahan perubahan dari saat kesaat didalam hukum sebab dan akibat; tidak ada sesuatu yang kekal, berlangsung terus, tidak berubah dan abadi didalam seluruh kehudupan.

Secara wajar dapat timbul pertanyaan. Kalau tidak ada atma atau diri, lalu siapakah yang menerima hasil karma? Tidak ada orang lain yang dapat menjawab pertanyaan ini lebih baik dari sang buddha sendiri. Waktu pertanyaan itu diajukan oleh seorang bhikkhu, sang buddha menjawab: "aku mengajar, o bhikkhu, untuk melihat keadaan yang saling bergantungan dimana mana dan dalam semua benda."

Ajaran sang buddha tentang anatta, tanpa roh, tanpa aku, hendaklah jangan dianggap negatif atau sebagai pemusnahan diri. Seperti juga nibbana ia adalah kebenaran sejati, kesunyataan dan kesunyataan tak mungkin negatif. Ajaran tentang anatta menyingkirkan kegelapan dari suatu percayaan dan menghasilkan kebijaksanaan. Ia bukan negatif, seperti juga ayasma asanga secara singkat berkata : "anatta merupakan satu fakta" ( nairatmyastita ).

Senin, 15 Desember 2014

Suatu pembunuhan dalam sila pertama buddhisme

Sesuatu dapat dikatakan sebagai suatu pembunuhan  bila memenuhi lima faktor sebagai berikut :

1. Ada makhluk hidup ( terlihat dengan mata ).
2. Mengetahui atau menyadari adanya makhluk hidup.
3. Ada kehendak atau niat ( cetana ) untuk memusnahkan atau membunuh.
4.ada usaha melakukannya dan mewujudkan pembunuhan.
5. Makhluk itu mati sebagai akibat dari tindakan pembunuhan kita.

Apabila terdapat kelima faktor dalam suatu tindakan pembunuhan, maka telah terjadi pelanggaran sila pertama buddhisme. Kamma perbuatan pembunuhan ini akan berakibat buruk sesuai dengan berat atau ringannya, tergantung pada kekuatan yang mendorong sasaran perbuatan pembunuhan tersebut.

Catatan

Hal hal yang tidak bisa dilihat oleh mata seperti mikroorganisme ( bakteri, virus atau parasit ). Dalam agama buddha sendiri, berdasarkan sutra sutra buddhis, buddha sendiri sudah mengetahui adanya mikroorganisme. Walaupun pada masa itu belum ada mikroskop. Dalam avatamsaka sutra, bahwa dalam satu mangkok berisi air terdapat 84000 cacing. Bahkan buddha mengatakan bahwa dalam tubuh kita banyak sekali terdapat cacing ( mikroorganisme ). Cacing cacing ini juga disebutkan dalam tipitaka theravada.

Minggu, 14 Desember 2014

Lima pedoman sebagai jalan menuju kedamaian

Lima pedoman dan kekuatan

Sebagai jalan menuju kedamaian

{ seperti air yang dapat menembus atap jerami yang jarang, demikianlah nafsu keinginan menembus batin yang rapuh } ~ dhammapada 1:13.

Semua orang telah memahami dengan jelas bahwa manusia terdiri dari gabungan jasmani dan batin, semua makhluk pernah mengalami penderitaan jasmani dan batin.

Apakah penderitaan jasmani dan batin ?
Penderitaan jasmani adalah seperti sakit, kesemutan, ngilu, gatal, kepanasan, kedinginan dll.
Penderitaan batin adalah seperti rasa sedih, tertekan, putus asa, kecewa, ratap tangis, keluh kesa dan semua penyakit jiwa yang lainnya.
Timbulnya penderitaan jasmani dan batin adalah disebabkan oleh karena batin dicemari oleh kekotoran batin, seperti kemelekatan, kebencian, jengkel, iri hati, dengki, kesombongan, kecurigaan, ketidaksabaran serta emosi negatif yang lain.

Apa yang menyebabkan timbulnya kekotoran batin ?
Sebab timbulnya kekotoran batin adalah nafsu kemelekatan, yaitu melekat terhadap objek indrawi, seperti mata ingin melihat bentuk yang indah, telinga selalu ingin mendengar suara yang merdu, hidung selalu ingin mencicipi cita rasa yang lezat, jasmani selalu ingin bersentuhan dengan objek yang lembut, pikiran selalu ingin menyadari ingatan yang menyenangkan, apabila suatu saat nanti tidak dapat memenuhi kebutuhan akan tuntunan nafsu indrawi, maka batin akan menjadi tidak puas dan menjadi jengkel, kemudian akan timbul banyaknya kekotoran batin, dengan demikian nafsu kemelekatan terhadap objek indrawi adalah sebab timbulnya kekotoran batin.

Apa yang menyebabkan timbulnya nafsu kemelekatan ?
Timbulnya nafsu kemelekatan adalah pandangan keliru, yaitu suatu pandangan salah yang menggangap adanya satu aku, milikku atau diriku, sehingga sang aku akan memiliki banyak sekali keinginan, sang aku ingin menjadi kaya, ingin menjadi terkenal dan ingin berkuasa, sehingga akan timbul banyak sekali nafsu kemelekatan.

Apa yang menyebabkan munculnya pandangan keliru ?
Sebab timbulnya pandangan keliru adalah avijja atau kegelapan batin, yaitu gelap terhadap sifat sesungguhnya dari fenomena jasmani dan batin dan menggangap fenomena tersebut adalah aku, sehingga timbullah pandangan keliru ini.

Bagaimana cara agar dapat melenyapkan kegelapan batin ?
Sang buddha mengajarkan satu cara yang tepat, yaitu mengembangkan perhatian yang disebut vipassana, artinya adalah dengan perhatian mengamati setiap timbulnya fenomena dari jasmani dan batin secara terus menerus, dengan demikian secara bertahap akan memahami dengan sifat sesungguhnya dari fenomena jasmani dan batin adalah anicca ( ketidakkekalan ), dukkha ( penderitaan ) dan anatta ( tanpa diri yang sesungguhnya ).

Jikalau ingin memahami pengetahuan secara utuh, maka perlu kiranya mengembangkan lima kekuatan batin yaitu : saddha ( keyakinan ), viriya ( semangat ), sati ( perhatian ), samadhi ( konsentrasi ), dan panna ( kebijaksanaan ).

Saddha menunjukkan bahwa perlu adanya keyakinan terhadap buddha, dharma dan sangha, agar tumbuh keyakinan semakin kuat. Maka perlu menguji ajaran tersebut dengan ehipassiko ( datang dan buktikan langsung ), setelah melalui pembuktian dengan pengalaman sendiri, maka keragu raguan terhadap buddha, dhamma dan sangha akan lenyap.

Viriya atau semangat yaitu bersemangat dalam mengamati setiap timbul dan lenyapnya fenomena dari jasmani dan batin secara terus menerus dari satu fenomena ke fenomena berikutnya.

Sati atau semangat yaitu mengarahkan perhatian kesetiap timbul dan lenyapnya fenomena dari jasmani dan batin. Dengan demikian secara bertahap perhatian akan semakin tajam, agar perhatian semakin tajam, maka perlu semangat dalam berusaha.

Samadhi atau konsentrasi, yaitu pada saat seseorang sedang perhatian penuh mengamati setiap timbul dan lenyapnya fenomena jasmani dan batin, dengan demikian perhatian akan semakin tajam dan konsentrasi akan menjadi semakin kuat.

Panna atau kebijaksanaan, yaitu ketika sedang memperhatikan atau mengamati setiap timbul dan lenyapnya fenomena jasmani dan batin, dengan demikian secara bertahap perhatian akan semakin tajam, lalu konsentrasi akan menjadi kuat, kemudian daya pengamatan yang ditunjang oleh konsentrasi dapat memahami sifat sesungguhnya dari fenomena jasmani dan batin.

Dengan demikian, kekuatan batin akan menjadi lebih kuat, sehingga secara bertahap akan memahami tingkat demi tingkat pengetahuan, kemudian mencapai kondisi terhentinya dukkha, lalu memperoleh batin yang damaj dan sejahtera. Semoga semua makhluk hidup berbahagia.

Sumber : bala sutta

Sabtu, 13 Desember 2014

Teori singkat ( bramajala sutta ) dari berbagai pandangan ajaran dari bebagai macam aliran

PENDAHULUAN

Brahamajala sutta merupakan sebuah sutta yang sangat penting untuk dipelajari dan direnungkan karena isi sutta ini menguraikan tentang berbagai pandangan atau ajaran dari berbagai aliran kepercayaan yang ada serta berkembang pada masa kehidupan sang buddha. Walaupun uraian dalam sutta ini telah diungkapkan oleh sang buddha 2.500 tahun yang lalu, namun isinya masih up to date. Ada dua pokok besar yang diuraikan dalam brahmajala sutta, yaitu tentang sila ( peraturan prilaku moral ) dan ditthi ( pandangan atau teori ajaran ).

Semua pandangan ini dibagi dalam dua kelompok, yaitu :

Pubbantanuditthino ( pandangan mengenai masa yang lampau ), terdiri dari 18 ditthi yang diuraikan sebagai :

Empat pandangan sassatavada ( eternalis ) yang menyatakan bahwa atta ( jiwa ) atau loka ( dunia ) adalah kekal.

Empat pandangan sassata asassatavada ( semi eternalis ) yang menyatakan bahwa atta dan loka adalah sebagian kekal dan sebagian tidak kekal.

Empat pandangan antanantika ( ekstentionis ) yang menyatakan bahwa atta dan loka adalah terbatas dan tidak terbatas.

Empat pandangan amaravikkepika ( berbelit belit ), yang bilamana ada pertanyaan yang diajukan pada penganutnya, maka mereka memberikan jawaban yang berbelit belit, sehingga membingungkan pendengarnya.

Dua pandangan adhiccasamuppanika ( asal mula sesuatu terjadi secara kebetulan ), yang menyatakan bahwa atta dan loka terjadi atau muncul tanpa adanya suatu sebab.

Aparantakappika ( pandangan mengenai masa yang akan datang ), yang terdiri dari 44 ditthi yaitu :

Enam belas pandangan
uddhamaghatanikasanavada ( setelah meninggal kesadaran tetap ada ), yang menyatakan bahwa atta tetap hidup terus setelah kita meninggal.

Delapan pandangan
Uddhamaghatanikasanivada ( setelah meninggal kita tak memiliki kesadaran ), yang  menyatakan bahwa setelah kita meninggal atta adalah tanpa kesadaran.

Delapan pandangan
Uddhamaghatanikan'evasanni nasannivada ( setelah meninggal ada kesadaran dan tanpa kesadaran ), yang menyatakan bahwa setelah meninggal atta adalah milik kesadaran dan tanpa kesadaran.

Tujuh pandangan
Ucchedavada ( annihilasi ), yang menyatakan bahwa setelah kita meninggal kita hancur dan lenyap.

Lima pandangan
Ditthadhammanibbanavada ( mencapai pembebasan mutlak dalam kehidupan sekarang ini ), yang menyatakan nibbana dapat dicapai dalam kehidupan sekarang.

Diantara ditthi atau pandangan mengenai masa yang lampau, yaitu beberapa pandangan eternalis, menyatakan bahwa ada orang yang karena semangat, tekad, kesungguhan dan kewaspadaan bermeditasi, ia dapat memusatkan pikirannya, batinnya menjadi tenaga sehingga ia memiliki kemampuan batin ( abhinna ) untuk mengingat banyak kehidupan yang lampau yaitu :

Pada satu hingga puluhan ribu kehidupan yang lampau dibumi ini.

Pada satu hingga empat puluh kali masa bumi terjadi, hancur dan bumi terjadi kembali.

Pada uraian tentang ditthi ditthi ini yang ditekankan adalah tentang keyakinan adanya jiwa yang kekal, yang selalu ada walaupun bumi bumi yang kita diami selalu muncul silih berganti. Dengan demikian, paham ini menekankan pula pandangan bahwa bumi ini telah berkali kali terjadi hancur dan muncul kembali hingga empat puluh kali bumi berevolusi. Namun dalam kaitannya dengan ditthi ditthi itu, sang buddha menyatakan bahwa ia " telah menyadari dan mengetahui hal hal lain yang lebih jauh dari jangkauan pandangan pandangan mereka itu, dengan kekuatan batinnya ia merealisir jalan pembebasan dari pandangan pandangan tersebut".
Pengetahuan sang buddha yang didasarkan pada kekuatan batinnya bukanlah kemampuan yang muncul karena pola pikiran seperti yang dimiliki manusia awam. Beliau telah berhasil mengembangkan pikiran atau batinnya dengan cara bermeditasi ketenangan batin ( samatha bhavana ) dan pandangan terang ( vipassana bhavana ). Dengan samatha beliau berhasil miliki batin yang tenang juga memiliki kekuatan batin ( abhinna ) yaitu :

Iddhividdhi ~ kemampuan batin berkenaan dengan phisik, ia dapat merubah diri menjadi banyak, berwajah lain, berwujud lain, menghilang, berjalan diatas air, melayang diangkasa, menyelam dalam tanah, merubah benda sesuai apa yang disukainya dsb.

Dibbacakkhu ~ kemampuan batin untuk melihat jauh dan dekat tanpa batas.

Dibbasota ~ kemampuan batin untuk mendengar jauh dan dekat tanpa batas. Ia dapat mendengar suara atau percakapan yang dilakukan oleh manusia maupun makhluk makhluk lain yang tak terdengar oleh telinga manusia biasa, pada jarak dekat maupun jauh. Beliaupun dapat berkomunikasi dengan semua makhluk.

Cetopariyanana ~ kemampuan batin untuk membaca pikiran manusia dan makhluk makhluk lain. Ia dapat mengetahui isi pikiran orang atau makhluk lain sebelum hal itu dikatakan.

Pubbenivasanusatti ~ kemampuan batin untuk mengetahui kehidupan kehidupan lampau dari semua makhluk, seperti tentang perbuatannya, penyebab kelahirannya, keluarganya, kawan maupun lawannya, adat kebiasaan, makanan dsb. Yang berkenaan dengan semua kondisi makhluk itu. Berdasarkan pada kondisi kondisi yang lampau itu maka manusia dan makhluk lahir kembali dengan segala kondisi dan potensi yang mereka miliki pada kehidupan sekarang.

Dengan memiliki abhinna ini, beliau mengembangkan pikiran ( batin ) melihat lebih jauh dan dalam mengenai hidup kehidupan ini. Dengan bertumpu pada dasar pemikiran seperti inilah beliau mengembangkan vipassana bhavana ( meditasi pandangan terang ) dan menembus pengetahuan tentang hukum sebab yang saling bergantungan ( paticcasamuppada ). Demikian pula selanjutnya, berdasarkan pada pengetahuan yang semakin halus dan dalam tentang paticcasamuppada ini akhirnya beliau menembus pengertian tentang segala sesuatu adalah tidak kekal ( anicca ), akibat hal ini tidak dapat dipertahankan ( dukkha ) karena memang segala sesuatu itu tidak memiliki jiwa yang kekal ( anatta ).

Proses perkembangan pikiran beliau, dimulai dengan pikiran atau batin manusia dengan segala kapasitas yang ada, berkembang menjadi pikiran atau batin yang disertai kemampuan abhinna dan akhirnya mencapai batin yang suci serta menembus rahasia kehidupan alam semesta ( lokavidu ). Beliau pun dikenal sebagai seorang sabbanmu ( maha tahu ). Kemahatahuan ( sabbamu ) adalah mengetahui segala sesuatu. Berdasarkan kondisi batin yang seperti inilah, sang buddha membabarkan buddha dharma kepada para dewa dan manusia, sehingga beliau dikenal pula sebagai guru para dewa dan manusia ( sattha devamanussa ). Beliau mengajarkan bahwa bumi tempat kehidupan manusia bukan hanya sebuah saja melainkan ada banyak sekali bumi dibanyak tata surya ini yang dihuni manusia seperti apa yang dinyatakan beliau dalam ananda vangga,  anguttara nikaya 1. Namum segala sesuatu adalah tidak kekal ( anicca ), demikianlah, bumi kita pun pada suatu saat akan hancur. Tetapi kehancuran bumi kita ini bukan berarti semua bumi akan hancur bersama sama dengan bumi kita. Ketika bumi kita hancur, bumi bumi lain tetap ada, selanjutnya akan tiba saatnya ( gilirannya ) bagi bumi bumi lain itu satu persatu hancur pula. Namun proses pembentukan bumi bumi baru satu persatu akan muncul pula. Dengan demikian alam semesta kita ini tidak akan kosong dengan bumi bumi dan manusia yang menghuninya. Proses ketidakkekalan berjalan terus sesuai dengan hukum sebab akibat yang universal.

Selanjutnya dalam mempelajari ajaran agama, dalam hal ini mempelajari sutta, kita harus hati hati sebab kita akan menemukan banyaj kata teknis yang sama bunyinya dengan apa yang ada dalam ajaran agama lain. Hal ini bukan berarti bahwa kedua kata itu sama bunyinya itu, yang berbeda berarti kedua kata itu sama. Seperti apa yang terdapat dalam sutta ini, yaitu kata " maha brahma" . dalam ajaran buddha kata " maha brahma" ini berarti makhluk dewa brahma yang terlahir dialam dewa brahma karena karmanya sendiri yaitu ia berhasil memiliki atau mencapai tingkat jhana 1 yang kuat pada kehidupannya yang lampau dan meninggal pada saat ia mencapai jhana 1 itu. Jadi dewa maha brahma ini bukan sama dengan maha brahma sebagai tuhan dalam agama hindu.

Catatan :
Untuk penjelasan yang lebih lengkap dan detail mengenai isi brahmajala sutta, silahkan kunjungi di
Brahmajala sutta
Sumber : brahmajala sutta, oleh : tim penterjemah
Diterbitkan oleh badan penerbit buddhis ayrasuryacandra, 1993

Kamis, 11 Desember 2014

Empat tingkat kesucian

Buddhisme mengenal empat jenis orang suci ( ariya ) yang terdiri dari sotapanna, sakadagami, anagami dan arahat.

Derajat tingkat kesucian ini didasarkan atas belenggu ( samyojana ) yang telah mereka patahkan. Sepuluh belenggu yang menyebabkan para makhluk terus berputar dalam samsara.

Sepuluh belenggu :
1. Sakkayaditthi : pandangan tentang adanya atta, pribadi, jiwa atau aku yang kekal.
2. Vucikiccha : keragu- raguan terhadap sang buddha dan ajarannya.
3. Silabbataparamasa : kepercayaan tahyul bahwa upacara agama saja dapat membebaskan manusia dari penderitaan.
4. Kamaraga : nafsu indriya.
5. Vyapada : benci, keinginan tidak baik.
6. Ruparaga : kemelekatan atau kehausan untuk terlahir dialam bentuk.
7. Aruparaga : kemelekatan atau kehausan untuk terlahir dialam tanpa bentuk.
8. Mana : kesombongan/ ketinggian hati yang halus, perasaan untuk membandingkan diri sendiri dengan orang lain.
9. Uddhaca : batin yang belum seimbang benar.
10. Avijja : kegelapan batin, suatu kondisi batin yang halus sekali karena yang bersangkutan belum mencapai tingkat kebebasan sempurna ( arahat ).

1. Sotapanna

Kebanyakan umat buddhis berusaha melatih sila dasar dan menjadi sempurna hanya dalam diri orang orang yang telah mendekati tingkatan sotapanna atau pemasuk arus pertama.

Seorang sotapanna diyakini telah mematahkan tiga belenggu pertama, yaitu :
~ pandangan tentang adanya atta, pribadi, jiwa atau aku yang kekal.
~ keragu raguan terhadap ajaran sang buddha dan ajarannya.
~ kepercayaan tahyul bahwa upacara atau ritual  bisa membebaskan manusia dari penderitaan.

Tapi ia belum berhasil membebaskan dirinya dari hawa nafsu. Ia telah terbebas dari kelahiran sebagai makhluk neraka, hantu, binatang atau asura. Ia dipastikan menjadi arahat setelah mengalami kelahiran kembali maksimum  tujuh kali lagi, bisa kembali lagi ke alam manusia atau dialam dewa.

Belenggu pertama dihancurkan dengan penembusan mendalam kedalam empat kebenaran mulia dan sebab musabab yang saling bergantungan.
Belenggu kedua dihancurkan karena ia melihat dan terjun kedalam dhamma.
Belenggu ketiga dihancurkan karena kendati moralnya murni, namun ia menyadari bahwa itu saja masih belum memadai untuk mencapai Nibbana.

Ada tiga macam sotapanna :
A. Ekabiji sotapanna adalah sitapanna  yang terlahir akan kembali sekali lagi.
B. Kalamakola sotapanna adalah sotapanna yang akan terlahir kembali dua atau tiga kali lagi.
C. Sattakkhattuparana sotapanna adalah sotapanna yang akan terlahir kembali tujuh kali lagi.

2. Sakadagami

Dengan memperdalam penembusan pandangan terangnya, sesorang bisa mencapai tingkat sakadagami ( yang hanya kembali sekali lagi ). Seorang sakadagami telah mematahkan tiga belenggu sotapanna dan melemahkan belenggu belenggu anagami, yaitu :
~ nafsu indriya.
~ benci, keinginan tidak baik.

3. Anagami

Seorang anagami ( yang tidak terlahir kembali ) telah mematahkan sepenuhnya kelima belenggu. Ia tidak dilahirkan lagi dialam nafsu ( manusia ). Namun, pencapaiannya belumlah memadai untuk menjadikannya seorang arahat, dan bila ia belum sanggup untuk menjadi seorang arahat pada kelahiran berikutnya, maka ia akan terlahir kembali disurga pertama dari "lima kediaman suci" ( alam suddhavasa ), atau surga surga terhalus dan termurni diantara surga surga dialam berwujud. Hanya seorang anagamilah yang terlahir dialam sana. Disurga ini ia akan mengembangkan penembusannya hingga mencapai tingkat kesucian arahat dan mencapai parinibana.

4. Arahat

Seorang arahat telah mematahkan seluruh sepuluh belenggu ini, sehingga dengan demikian mengakhiri dukkha dan semua kelahiran kembali dalam pengalaman nibbana yang penuh kebahagiaan.

Pengetahuan menganalisa batin dan materi

Sebelum mencapai peneragan penuh dibawah bodhi pada hari bulan purnama, selama jaga malam yang pertama, berlatih meditasi anapanasati sampai pada konsentrasi jhana keempat. Ketika mencapai keadaan tersebut, dia cenderung dan mengarahkan pikirannya pada pengetahuan tentang kehidupan lampau ( pubbenivasanusati nana ). Dia merenungkan kehidupannya yang tak terhitung dimasa lampau, dengan kata lain, dia melihat jelas satu kelahiran, dua kelahiran, tiga kelahiran, empat kelahiran, lima kelahiran, sepuluh kelahiran, dua puluh kelahiran, tiga puluh kelahiran, empat puluh kelahiran, lima puluh kelahiran, seratus kelahiran, seribu kelahiran, seratus ribu kelahiran, mencakup banyak kalpa kontraksi dunia dan ekspansi dunia. Sang buddha mengingat kembali secara rinci masa lalunya, yaitu, di sana bernama ini, seperti ini makanannya, seperti itu pengalaman nya tentang kesenangan dan kesakitan, seperti itu rentan hidupnya, kematiannya. Mati disana, dia melihat  lahir kembali ditempat lain. Jadi, sang buddha mengingat kembali kehidupan masa lampaunya yang tak terhitung dalam segala aspek. Dia melihat waktu yang tak terhitung ketika terlahir dan mati. Selama jam jaga pertama pada malam pencerahan penuhnya, dia menembus batin dan materi. Dia mencapai pengetahuan menganalisa batin dan materi ( nama rupa pariccheda nana ).

Pengetahuan tentang mati dan mucul-kembalinya makhluk

Dalam jam jaga kedua malam tersebut, dia cenderung dan mengarahkan pikirannya pada pengetahuan tentang mati dan muncul kembalinya makhluk ( dibacakku nana ). Dengan mata dewa nya, dia melihat makhluk yang tak terhitung jumlahnya mati dan muncul kembali, makhluk inferior dan superior, rupawan dan jelek, bahagia atau tidak bahagia dalam nasib mereka. Dia mengerti bahwa makhluk menuai hasil sesuai dengan perbuatan mereka. Makhluk tak terpuji yang berprilaku buruk dengan tubuh, ucapan dan pikiran; mencerca orang suci, mempunyai pandangan salah, memperoleh buah karma karena pandangan salah, menderita, pada saat hancurnya tubuh setelah mati dan muncul dalam keadaan tersesat, dalam nasib yang tidak menyenangkan, dalam kebiasaan, dineraka.

Tapi makhluk yang terpuji berkelakuan baik dengan tubuh, ucapan dan pikiran; tidak mencerca orang suci, berpandangan benar, tidak menderita pada saat hancurnya tubuh setelah mati. Makhluk makhluk ini muncul dengan nasib yang membahagiakan, di alam surga. Dengan mata dewa- nya, sang buddha melihat makhluk makhluk meninggal dan muncul kembali, makhluk inferior dan superior, rupawan dan jelek, bahagia dan sengsara dalam nasib mereka. Dia mengerti bahwa makhluk menuai hasil sesuai dengan perbuatan mereka. Dia melihat dengan mata dewa- nya pengetahuan bagaimana makhluk lahir dan mati. Kata pali untuk ini adalah cutupapata nana.

Pengetahuan tentang kelahiran dan kematian. Ketika sang buddha memfokuskan pikirannya bagaimana sebenarnya makhluk terlahir dalam keadaan berbahagia atau menyedihkan, dia mencapai pengetahuan memahami sebab dan akibat ( paccaya pariggaha nana ).

Pengetahuan tentang proses pemusnahan kekotoran batin

Selama jam jaga ketiga malam itu, dia mencapai jalan dan buah kebijaksanaan pertama, jalan dan buah kebijaksanaan kedua, jalan dan buah kebijaksanaan ketiga, dan Jalan dan buah kebijaksanaan keempat - satu persatu. Jalan kebijaksanaan memberantas kekotoran batin- nya langkah demi langkah tanpa sisa. Dia akhirnya mencapai pengetahuan tentang proses pemusnahan kekotoran batin ( asavakkhaya nana ). Dia menjadi seorang buddha, seorang arahat.

Ini adalah kata kata sang buddha :

"Bhikkhu, sebelum pencerahanku, saat aku masih bodhisatta, belum sepenuhnya tercerahkan, hal ini terlintas pada- ku : aduh, dunia ini telah jatuh dalam kesulitan, ada kelahiran, pembusukan dan ada kematian ; dan jatuh ke alam lain dan terlahirkan kembali. Tidak satu pun yang tahu jalan keluar dari penderitaan ini, penuaan dan kematian. Kapan pembebasan dari penderitaan, penuaan dari penderitaan, penuaan dan kematian ini ditemukan ?"

Kemudian, bhikkhu, terpikir olehku : " dengan adanya apa, penuaan dan kematian akan ada ? Apa yang mengkondisikan penuaan dan kematian ? Dan kemudian, bhikkhu, melalui perhatian seksama, realisasi muncul padaku  "dengan adanya kelahiran, penuaan dan kematian akan datang. Kelahiran mengkondisikan penuaan dan kematian."

Kemudian terpikir oleh- ku: " apa yang mengkondisikan kelahiran ( jati )?" " melalui perhatian seksama, realisasi muncul padaku " keinginan untuk menjadi ( bhava ) mengkondisikan kelahiran ( jati )."

" apa yang mengkondisikan keinginan untuk menjadi ( bhava )?" " melalui perhatian seksama, realisasi muncul pada- ku: "kemelekatan ( upadana ) mengkondisikan keinginan untuk menjadi ( bhava )."

" apa yang mengkondisikan kemelekatan ( upadana ) muncul pada- ku: " nafsu keinginan ( tanha ) mengondisikan kemelekatan ( upadana )."

" apa yang mengkondisikan nafsu keinginan ( tanha )?" "melalui perhatian seksama, realisasi muncul pada- ku: "perasaan ( vedana ) mengkondisikan nafsu keinginan ( tanha )."

" apa yang mengkondisikan perasaan ( vedana )?". " melalui perhatian seksama, realisasi muncul pada- ku: kontak ( phassa ) mengkondisikan perasaan ( vedana )."

" apa yang mengkodisikan kontak ( phassa )?" " melalui perhatian seksama, realisasi muncul pada- ku: " enam landasan indera ( salayatana ) mengkondisikan kontak ( phassa )."

" apa yang mengkondisikan enam landasan indera ( salayatana )?" " melalui perhatian seksama, realisasi muncul pada- ku: "batin dan materi  ( nama - rupa ) mengkondisikan landasan enam indera ( salayatana )."

" apa yang mengkondisikan batin dan materi ( nama- rupa )?" "melalui perhatian seksama, realisasi muncul pada- ku: " kesadaran ( vinnana ) mengkondisikan batin dan materi ( nama- rupa )."

" apa yang mengkondisikan kesadaran ( vinnana )?"  " melalui perhatian seksama, realisasi muncul pada- ku: "bentuk bentuk berkehendak ( sankhara ) mengkondisikan ( vinnana )."

" apa yang mengkondisikan bentuk bentuk berkehendak ( sankhara )?" " melalui perhatian seksama, realisasi muncul padaku: " avijja mengkondisikan bentuk bentuk berkehendak ( sankhara )."

" asal mula, asal mula"  - maka, bhikkhu, sehubungan dengan hal hal yang belum pernah terdengar sebelumnya, muncul dalam diri- ku visi, pengetahuan, kebijaksanaan, pengetahuan sejati dan cahaya."

Kemudian boddhisatta kita mengarahkan perhatian yang seksama untuk pemadaman.

"Kemudian, bhikkhu, terpikir olehku: "dengan tidak adanya apa, maka penuaan dan kematian tidak ada ? Dengan berakhirnya apa,  penuaan dan kematian berakhir ?"

" melalui perhatian cermat, realisasi yang jelas pada- ku: " ketika tidak ada kelahiran, penuaan dan kematian tidak ada; dengan berakhirnya kelahiran, penuaan dan kematian berakhir."

" dengan berakhirnya keinginan untuk menjadi, kelahiran berakhir."

" dengan berakhirnya kemelekatan, keinginan untuk menjadi berakhir."

" dengan berakhirnya nafsu keinginan, kemelekatan berakhir."

" dengan berakhirnya perasaan, nafsu keinginab berakhir."

" dengan berakhirnya kontak, perasaan berakhir."

" dengan berakhirnya enam landasan indera, kontak berakhir."

" dengan berakhirnya batin dan materi, enam landasan indera berakhir."

" dengan berakhirnya kesadaran, batin dan materi berakhir."

" dengan berakhirnya bentuk bentuk berkehendak, kesadaran berakhir."

" dengab berakhirnya avijja, bentuk bentuk berkehendak berakhir."

" dengan berakhirnya bentuk bentuk berkehendak, kesadaran berakhir.
Begitulah pemadaman dari seluruh penderitaan."

Saat jam jaga malam ketiga tersebut, setelah mempertimbangkan hubungan sebab akibat antara dua belas faktor sebab akibat yang saling bergantungan, bodhisatta kembali mengembangkan konsentrasi anapannasati sampai jhana keempat. Dia kemudian merenungkan ketidakkekalan ( anicca ), penderitaan ( dukkha ), dan tanpa inti ( anatta ) sifat dasar batin dan materi, dengan penyebab dan akibatnya.

Bodhisatta mengembangkan :

Pengetahuan tentang pemahaman ( sammasanna nana )
Pengetahuan tentang timbul dan tenggelamnya ( udayabhaya nana )
Pengetahuan tentang disolusi ( bhanga nana )
Pengetahuan tentang ketakutan ( bhaya nana )
Pengetahuan tentang rasa takut ( bhaya nana )
Pengetahuan tentang ketidaksempurnaan ( adhinava nana )
Pengetahuan tentang kekecewaan / kejenuhan ( nibbida nana )
Pengetahuan tentang keinginan kebebasan ( muncitukamyata nana )
Pengetahuan tentang perenungan ( patisankha nana )
Pengetahuan tentang keseimbangan terhadap bentuk bentuk batin ( sankharupekkha nana )
Pengetahuan tentang kesesuaian ( anuloma nana )
Pengetahuan tentang perubahan ke kesucian ( gothabhu nana ).

Kemudian empat jalan kebijaksanaan  dan empat buah kebijaksanaan ( magga phala nana ) muncul didalam diri nya dengan cepat, satu demi satu. Jalan kebijaksanaan memberantas kekotoran batinnya langkah demi langkah tanpa tersisa. Bodhisatta kemudian menjadi seorang buddha, seorang arahat. Kemudian pengetahuan peninjauan muncul dalam dirinya.

Kita sekarang tahu bahkan bodhisatta kita telah mengembangkan seluruh dari enam belas pengetahuan kebijaksanaan yang merupakan prasyarat penting untuk merealisasi nibbana.