Sejauh ini penderitaan digambarkan dalam hubungan dengan pengalaman-pengalaman yang dialami manusia biasa. Bagi para yogi dan orang bijaksana, meski manusia, dewa atau brahma tampak memiliki kehidupan yang bahagia, mereka tetap subyek dari dukkha, penderitaan.
Dalam dunia manusia, meskipun seseorang merasa dirinya sangat bahagia, sesungguhnya ia terbebani oleh khanda-nya. Dimana khanda-khanda ini harus dirawat dan diberi makan sepanjang hidup. Melakukan hal ini adalah penderitaan.
Penderitaan ini akan lebih kelihatan saat ia jatuh sakit. Manusia lain yang tak ada hubungan dengannya, tak akan mau merawatnya. Mungkin saja ia memperkerjakan seorang perawat untuk menjaga dan memberinya perhatian. Namun agak diragukan jika perawat ini bisa memperhatikannya sepanjang hari dalam jangka waktu yang panjang sekalipun diberi upah yang besar.
Kalau kalian membicarakan kehidupan para dewa, akan sulit menceritakannya secara tepat karena kalian tak pernah melihat mereka. Namun mengingat kehidupan para dewa itu juga menikmati kehidupan indrawi, maka mereka pun memiliki dukkha berkaitan dengan keinginannya menikmati kesenangan tersebut.
Raja para dewa dikenal sebagai sesosok dewa yang memiliki banyak pelayan perempuan. Tapi ada saat-saat ia tak dapat menikmati semua keinginan dan hasratnya sepanjang waktu. Bila keinginan dan hasrat tersebut tak terpenuhi, maka ia pun akan merasa menderita.
Para brahma tidak hidup dalam kenikmatan indra. Meskipun begitu, mereka menghadapi permasalahan dengan keadaan aktifitas kemauan atau sankhara yang membuat mereka sibuk menghabiskan waktu dengan berpikir begini atau begitu. Inilah beban khanda yang mereka bawa.
Seorang yogi atau orang bijaksana melihat keadaan ini sebagai dukkha atau penderitaan. Bayangkan seseorang yang hanya duduk sepanjang hari tanpa melakukan apapun. Ia akan merasa jemu. Apabila ada orang yang hanya duduk dan merenung selama sebulan penuh, ia juga akan menderita. Lantas apa yang akan kalian katakan tentang para brahma yang 'duduk' selama ribuan tahun tanpa melakukan apapun kecuali melakukan perenungan. Perenungan ini bisa berlangsung selama berkalpa-kalpa lamanya. Inilah yang dinamakan sankhara dukkha, penderitaan yang berhubungan dengan aktifitas batin.
Bila para brahma ini meninggal sekali lagi ia akan memasuki alam manusia. Di alam ini sudah menantinya seluruh penderitaan khas manusia. Jika keadaannya tidak memungkinkan, meski brahma bisa terlahir lagi dialam binatang, peta atau ia bisa meluncur turun ke alam neraka, alam kehidupan yang terburuk.
Mengetahui hal ini seorang yogi atau orang bijaksana tidak berhasrat untuk menjadi brahma. Karena brahma pun punya peluang untuk memikul lima khanda yang akan bermuara pada dukkha. Maka para arahat di malam parinibbana-nya melakukan perenungan yang diungkapkan dengan kata-kata demikian :
"Untuk berapa lama lagi saya akan memikul khanda yang membuahkan penderitaan ?..."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar