Kesadaran dimomen terakhir ( cuti citta atau cuti vinnana ) milik kehidupan sebelumnya ; dengan cepat berlanjut setelah padamnya kesadaran itu. Karena telah terkondisikan maka timbul momen pertama dari kesadaran pada kelahiran yang sekarang yang disebut hubungan kembali atau kelahiran kembali dari kesadaran ( patisandivinnana ). Demikian pula momen pikiran terakhir dari kehidupan ini mengkondisikan momen pikiran pertama dari kehidupan selanjutnya. Dengan cara ini kesadaran lahir dan mati memberikan tempat pada kesadaran baru. Maka aliran kesadaran tanpa henti ini akan terus berlanjut sampai kehidupan berhenti. Kehidupan dalam hal ini adalah kesadaran keinginan untuk hidup, keinginan untuk melanjutkan.
Menurut ilmu biologi modern, kehidupan manusia baru dimulai pada saat menakjubkan ketika sel sperma dari ayah bersatu dengan sel telur atau ovum dalam tubuh ibu. Ini merupakan momen kelahiran. Ilmu pengetahuan hanya membicarakan dua faktor fisik yang umum ini saja. Akan tetapi, agama buddha membicarakan pula faktor ketiga yang bersifat rohani.
Menurut mahatanhasamkhaya sutta, sebuah khotbah dari buddha : "dengan bertemunya tiga faktor ini maka pembuahan terjadi. Jika calon ibu dan ayah bersatu, tetapi bukan pada masa subur sicalon ibu, dan makhluk hidup yang akan dilahirkan ( gandhabba ) tidak ada, maka benih kehidupan tidak tertanam.jika kedua calon orang tua bersatu dan pada masa subur sicalon ibu, tetapi gandabbha atau makhluk hidup yang akan dilahirkan tidak ada, maka tidak terjadi pembuahan. Jika calon ibu dan ayah bersatu, dan pada masa subur sicalon ibu, serta makhluk hidup yang akan dilahirkan, gandhabba, juga ada, maka benih kehidupan tertanam disana."
Faktor ketiga, gandhabba, hanyalah istilah untuk kesadaran yang lahir kembali ( patisandivinnana ). Dapat pula disebut kekuatan energi yang dilepaskan dari makhluk yang meninggal. Tetapi kesadaran yang lahir kembali bukanlah diri yang kekal, roh ataupun satuan hidup yang merasakan buah dari perbuatan baik dan jahat. Kesadaran juga disebabkan kondisi. Terpisah dari kondisi, maka tidak akan timbul kesadaran.
Kehendak untuk hidup ini, keinginan untuk hidup ini, terbayang luas dalam pikiran manusia baik yang sadar maupun yang tidak. Kehendak, seperti layaknya bentuk pikiran lainnya, adalah ungkapan energi, dan hal seperti ini tidak pernah dapat hilang atau hancur. Kehendak yang kuat dan tanpa henti ini, keinginan untuk hidup ini, adalah ungkapan energi yang kuat dan tanpa henti dan tidak dapat mati bersamaan dengan kematian seseorang. Kehidupan untuk hidup membuatnya dilahirkan kembali. Keinginan untuk hidup membuatnya hidup kembali. Ia secara rohaniah kemudian mengalami kehidupan lain.
Karena kehendak untuk hidup ( bhavatanha ) merupakan motif utama yang mendasari hampir semua kegiatan manusia, pada saat kematian. Hal ini berkembang begitu hebat sehingga sacara rohaniah mengambil sikap serakah. Seperti yang telah dikatakan sendiri oleh buddha : diambang kematian keinginan utama ini menjadi kemelekatan ( upadana ) yang menarik dirinya pada kehidupan lain. Proses pikiran terakhirlah yang membawa kemelekatan ini. Ini merupakan hukum alam, tak ada yang misterius, misterius hanya bila kita tidak memahaminya. Orang yang sekarat dengan seluruh jasmaninya melekat kuat pada kehidupan, sehingga titik terakhir kematiaanya, mengirim energi karma secepat kilat, menemukan rahim calon ibu siap untuk pembuahan, dan kehidupan baru pun dimulai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar