Rabu, 02 Desember 2015

Pengaruh Makanan pada Suasana Hati

Pengaruh Makanan pada Suasana Hati

 

Sementara para praktisi dan para pejuang lingkungan dan masyarakat terus menginformasikan hal-hal yang baik demi kesehatan dan lingkungan, berbagai usaha dengan dukungan keuangan yang begitu besar terus bergulir untuk meningkatkan nilai jual tanpa mempedulikan akibatnya yang terjadi. Mereka ingin kita tetap makan makanan yang mereka jual, mereka ingin kita makin sering membeli obat dan/atau suplemen, sekalipun itu semua akan membuat kita gemuk, kehilangan vitalitas, memperpendek usia serta mengurangi kualitas hidup. Mereka tidak ingin kita mendapatkan informasi yang baik, mulai skeptis, aktif dan memiliki semangat hidup.

Itulah yang dikatakan para ilmuwan dan para aktifis makanan di Yale University Amerika Serikat sebagai ‘toxic food environment’, dan inilah lingkungan yang tiap hari kita temui saat ini.

 

Begitu polutan lingkungan dicerna oleh seorang ibu maka polutan itu dapat merusak materi genetik, atau DNA, di dalam sel sang janin, sehingga dapat menimbulkan beraneka ragam cacat kelahiran. Para ilmuwan mengetahui bahwa kejadian cacat lahir semacam ini terjadi begitu banyak dan juga menjadi penyebab utama kematian bayi di negara maju.

 

Meskipun racun dapat masuk ke dalam tubuh wanita dengan berbagai cara, baik melalui paru-paru, kulit dan mulut, makanan merupakan sumber racun terbesar bagi janin. Pembawa racun kimia utama adalah lemak, terutama yang terdapat pada daging, produk-produk berbahan susu, telur dan ikan. Biasanya, racun itu berawal dari sungai, tanah, hujan dan pertanian yang tercemar. Ketika para hewan makan rumput atau tumbuhan yang terkontaminasi, racun itu akan berkumpul pada sel-sel lemak mereka, dan lemak itulah yang kemudian dikonsumsi oleh manusia, baik berupa produk daging atau susu.

Kejadian yang sama juga terjadi pada ikan yang berenang di danau, sungai dan laut tercemar.  Dalam catatan, 99% ikan di laut mengandung logam berat. Racun dan logam berat yang terdapat di danau dan laut berakumulasi dalam daging ikan. Karena itulah lemak atau daging ikan menjadi sumber utama pencemaran PCBs pada manusia*), sehingga mengakibatkan kelainan kulit, seperti chloracne (jerawat tumbuh berlebihan dan banyak sekali) dan penebalan kulit, kerusakan hati, penyakit Yusho, menstruasi tidak teratur, penurunan kekebalan tubuh, pusing, batuk, dan kulit perih & korengan.

Tidak hanya itu, ternyata suasana hati dan pikiran juga sangat terpengaruh oleh makanan.  Kekejaman dan kekerasan sangat berhubungan dengan kekurangan vitamin dan mineral. Banyak kekerasan yang terjadi akibat keadaan jiwa yang tidak stabil. Penelitian nutrisi modern menunjukkan bahwa reaksi makanan yang bersifat alergi/adiktif dan makanan yang mengandung banyak gula adalah dua sumber utama yang membuat ‘mood’ tidak stabil. Reaksi yang terjadi dapat menciptakan tekanan yang berat dan teradiasi melalui jaringan syaraf.

Depresi yang tidak begitu besar juga bisa terjadi karena makanan yang bersifat alergi atau adiktif. Misalnya, dari berbagai hasil penelitian terlihat bahwa orang yang alergi terhadap gandum dapat memasuki keadaan depresi selama beberapa jam atau bahkan beberapa hari setelah mengkonsumsinya.

Gula, baik yang berada dalam bentuk bahan maupun berada sebagai campuran, merupakan sesuatu yang sangat buruk. Gula akan meningkatkan level gula darah, tetapi kemudian menjadi turun tanpa bisa dihindari. Jika gula darah turun maka orang itu akan menjadi mudah marah, frustasi, naik pitam dan depresi.

Penyebab kekerasan yang lain adalah ketergantungan kita pada makanan cepat saji. Hampir semua makanan cepat saji adalah selalu dimasak dan mengalami proses yang sangat lama sehingga mereka kehilangan enzim kehidupan yang diperlukan oleh tubuh untuk merasakan kepuasan yang sebenarnya. Dengan kata lain, makin banyak makanan cepat saji yang dikonsumsi maka makin sedikit makanan mentahnya. Padahal makanan segar dan mentah memberikan tubuh bahan-bahan yang tidak terdapat pada makanan yang dimasak dan diproses (semua produk hewani merupakan produk makanan yang dibuat dengan proses yang sangat-sangat panjang dan tidak efisien serta mencemari lingkungan).

Berapa lamapun kita memasak dan memproses makanan yang kita makan, kita tetap akan merasa kekurangan dan tidak puas.. Orang-orang yang menderita depresi, cenderung berbuat kekerasan dan tidak seimbang emosinya. Mereka biasanya memiliki pH darah yang asam yang terjadi akibat mengkonsumsi protein hewani, gula dan lemak yang dimasak. Makanan itu sulit dicerna dan menghasilkan residu beracun yang akhirnya terserap ke dalam aliran darah. Sebaliknya, makin basa suasana pada tubuh maka orang itu akan makin terasa nyaman dan sabar.

Jika makin sedikit jumlah makanan matang dan makanan yang diproses serta makin banyak jumlah makanan hidup atau makanan yang segar, mentah dan organik maka makin tinggi kesempatan kita mengurangi kelainan mental dan fisik yang ada dan bahkan bila sudah terlanjur sakit, tidak jarang tubuh kita juga bisa memperbaikinya sendiri kembali tanpa bantuan obat dan suplemen apapun.

*) http://en.wikipedia.org/wiki/Polychlorinated_biphenyl

 

(Makanan mentah yang dimaksud di sini adalah sayur dan buah segar (yang tidak dipanaskan lebih dari 45 0C) serta bijian, kacang-kacang, buah yang segar maupun kering. Daging, telur, ikan dan susu tidak termasuk kelompok makanan mentah sekalipun tidak dipanaskan.
 


Makanan mentah atau makanan kehidupan atau living food adalah makanan yang masih mengandung berbagai enzim kehidupan (berasal dari energi matahari melalui proses fotosintesa) dan yang tidak dipanaskan di atas 45 derajat Celsius. Daging, telur, ikan dan susu mentah tidak termasuk ke dalam golongan makanan kehidupan karena mereka tidak lagi mengandung enzim kehidupan.

From : sumansutra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar