Rabu, 02 Desember 2015

Apakah Makanan Segar dapat Menyembuhkan Diabetes? (6)  

Penderita diabetes tipe 1 atau penderita tipe 2 yang sudah tergantung pada insulin tambahan harus lebih sering memeriksa gula darahnya.  Tes gula darah menjadi sangat penting jika penderita sudah harus mengkonsumsi insulin atau ‘obat untuk membuat tubuh memproduksi insulin’ . Penggunaan obat semacam ini dan perubahan pola hidup seperti olah raga yang ketat dapat membuat gula darah menjadi sangat rendah sehingga membuat penderita menjadi gemetar, lapar, berkeringat, gelisah dan bingung, jantung berdebar, pusing, mengantuk, sulit berbicara hingga pingsan. Keadaan ini disebut hipoglikemia. Oleh karena itu, penderita harus terus memantau kadar gula darahnya dan melaporkan perubahan gaya hidup yang ia lakukan kepada dokter yang menanganinya.

 

Kita juga harus sadar bahwa pengobatan diabetes saja tidak akan pernah bisa menyembuhkan penyakit diabetes karena mereka hanya tergerak untuk mengendalikan kadar gula di dalam darah. Bahkan, kebanyakan diet yang disarankan juga hanya berkisar kepada diet yang sekedar menjaga kadar gula darah. Sekalipun diet dan pengobatan semacam itu juga tetap terus dilakukan, usaha untuk menyembuhkan penyakit itu tentu juga sangat penting dilakukan.

 

Salah satu cara membuat tubuh bebas dari diabetes adalah mengubah pola hidup, yaitu dengan olah raga yang tepat dan menghindari hal-hal yang menyebabkan terjadinya diabetes. Pada pembicaraan sebelumnya,  bab 1,2,3,4 dan 5, sudah kita bahas tentang penyebab terjadinya diabetes tipe-1. Pankreas pada penderita diabetes tipe 1 tidak dapat menghasilkan insulin karrena sel-sel yang memproduksi insulin ‘telah dihancurkan oleh antibodi dalam tubuhnya sendiri’ (autoimun). Ketika kemampuan memproduksi insulin itu hilang maka seakan pengaturan pola makan tak akan pernah bisa membuat penderita diabetes bisa sembuh. Tetapi, jika serangan atau perlawanan sendiri atau autoimun pada sel-sel pankreas tidak terjadi lagi, secara bertahap tubuh bisa memperbaiki diri sehingga memiliki kesempatan untuk mengembalikan fungsi sel pankreas penghasil insulinnya  dan akhirnya bisa sembuh dari diabetes.

 

Dalam sebuah penelitian yang dipublikasi pada New England Journal pada tahun 1992 17) disebutkan bahwa  susu sapi berkaitan dengan terjadinya autoimun yang menyebabkan terjadinya diabetes   tipe 1.  Para peneliti mengamati tingkat antibodi yang terbentuk akibat protein susu yang disebut dengan bovine serum albumin (BSA) pada para penderita diabetes tipe 1. Jika antibodi BSA tersebut didapatkan bearti protein susu yang tidak tercernakan telah masuk ke dalam darah. Anak-anak yang mengkonsumsi susu sapi lebih banyak akan cenderung memiliki resiko lebih tinggi menderita diabetes tipe 1 . Semua anak yang menderita diabetes tipe 1 didapatkan memiliki antibodi BSA. Balita yang disapih terlalu cepat dan diberikan susu formula, mereka akan mengalami peningkatan resiko menderita diabetes tipe 1 hingga 13,1 kali lipat. Bahkan di Finlandia, negara yang banyak mengkonsumsi susu sapi, jumlah penderita diabetes tipe 1 menjadi 36 kali lipat dibandingkan dengan negara lain yang mengkonsumsi susu sapi lebih sedikit, misalnya Jepang18).

 

Sayangnya berita ini tidak tersebar luas dengan baik akibat tekanan industri susu. Sekalipun American Academy of Pediatrics pada tahun 1994 menanggapi dengan baik hasil penelitian tersebut yaitu dengan mengingatkan dengan sangat agar balita di bawah 2 tahun tidak diberi susu sapi, pernyataan ini kini menjadi tidak populer lagi dan jumlah penderita diabetes tipe 1 terus meningkat tiap tahun hingga sekarang.

 

Selain susu hewani, Dr. J. Bart Classen, seorang ahli terapi imun, menunjukkan data bahwa sesungguhnya sejumlah vaksin yang diberikan sejak balita berusia 2 bulan menyebabkan 80% kasus diabetes tipe 1 pada anak-anak sehingga mereka tergantung pada pasokan insulin dari luar. Vaksin tersebut adalah vaksin pertussis, mumps, rubella, hepatitis B, haemophilus influenza dst. Penyakit diabetes ini mungkin tidak nampak berkembang hingga lebih dari empat tahun sejak mereka divaksinasi. Tetapi jika vaksinasi itu dilakukan begitu mereka lahir, resiko terjadinya diabetes tipe 2 bisa berkurang19).

 

Pro kontra vaksinasi masih terus dan terus berlanjut. Apapun, perlu dipertimbangkan lebih baik bila kita akan menyetujui anak kita untuk divaksinasi, jangan sampai kita menjadi obyek percobaan para ahli dan hanya melengkapi data eksperimen mereka serta semata berfungsi untuk membuktikan teori-teori mereka. Kekebalan tubuh atau ketahanan tubuh tentu bisa didapatkan dengan banyak cara lain yang lebih aman, misalnya dengan hidup teratur dan hanya makan makanan segar.

 

Dengan menghindari hal-hal yang menyebabkan terjadinya diabetes, kita bisa berharap tubuh memiliki kesempatan untuk memulihkan dirinya sendiri. Diabetes tipe-1 tentu lebih sulit sembuh ketimbang diabetes tipe-2 karena pankreas penderita diabetes tipe-1 telah rusak. Kita sudah tahu bahwa sel-sel penderita diabetes tipe-2 hanya kurang berfungsi dengan maksimal akibat lemak maka dengan menghindari asupan lemak setinggi mungkin, diharapkan lemak itu akan menipis dan akhirnya sel-sel tersebut bisa berfungsi kembali.

 

Tetapi, tidak sesederhana itu yang terjadi pada diabetes tipe-1. Kita tahu bahwa akibat serangan antibodi tubuh sendiri atau autoimun yang terjadi, sel-sel pankreas menjadi rusak. Dengan menghentikan asupan protein hewani yang menyebabkan antibodi itu terus timbul tentu tidak bisa sel-sel pankreas itu pulih kembali begitu saja.

 

Namun, sejumlah pakar makanan segar seperti Dr. Gabriel Cousen, Dr. Colin Champbell, Dr. George Malkmus, Dr. Neal D. Barnad M.D.20,21,22,23,24) dan masih banyak lagi bisa membuat sebagian besar pasien diabetes 1 mereka  sembuh dari penyakitnya. Mereka hanya menyarankan mereka untuk melakukan diet jus atau pola makan segar  dalam pengawasan dokter yang ketat. Sebagian lagi mengobati dengan cara berpuasa total selang-seling. (catatan : teknik puasa sangat tidak disarankan jika dilakukan tanpa pengawasan oleh mereka yang benar-benar ahli).

 

Secara sederhana sesungguhnya mereka, para pakar makanan segar itu, tidak memberikan obat apapun, mereka hanya mengistirahatkan sel-sel pankreas dari serangan antibodi tubuh sendiri, yaitu dengan menghindari seluruh produk hewani, menghindari lemak, menghindari protein dari  biji atau bahkan membiarkan pankreas benar-benar beristirahat sehingga, siapa tahu, secara alami, tubuh masih bisa memperbaiki diri sendiri. Mereka sendiri takjub bagaimana tubuh bisa memperbaiki sendiri tanpa pernah bisa membuat teori ilmiah dengan baik untuk menjelaskan proses kesembuhan itu.

 

Jadi, mengapa tidak mencoba hidup sesederhana mungkin? Selamat tinggal kompor, wajan, microwave, rice cooker !

 

Kalau tidak terkena diabetes, mengapa tidak meyakinkan diri untuk terbebas dari penyakit diabetes hingga ajal menjemput kita?

 

Tinggalkan daging, susu, telur dan ikan, juga madu, gula, agave, aspartam dst, perbanyak makan buah manis segar tanpa lemak, lengkapi dengan sayur berwarna hijau segar, sedikit biji sebagai pelengkap atau bumbu saja, sedikit sekali minyak mentah maupun matang, sedikit sekali tepung (nasi, pasta, mi, roti dst)

dan selalu bersyukur kepada Tuhan

sehingga kita bisa mengatakan selamat tinggal pada diabetes dari diri kita, dari lingkungan kita, dari masyarakat bahkan, suatu saat kelak, dari dunia.

 

Selamat makin segar dan bugar sepanjang masa tanpa obat dan tanpa suplemen!

 

 

——————————————————– selesai ———————————————————

 

1) Wild S, Roglic G, Green A, Sicree R, King H,). “Global prevalence of diabetes: estimates for 2000 and projections for 2030”. Diabetes Care 27 (5): 104753. May 2004.

2) http://www.cdc.gov/media/releases/2011/p0126_diabetes.html, Center of Disease Control and Prevention, Press Release, 26 January 2011.

3) There Is a Cure for Diabetes: The Tree of Life 21-Day+ Program [Paperback]

Gabriel Cousens, The 30-Day Diabetes Miracle: Lifestyle Center o… by Franklin House, Creating Healthy Children by Karen Ranzi, Simply Raw: Reversing Diabetes in 30 Days DVD ~ Woody Harrelson,

4)http://www.suprememastertv.com/ina/bbs/board.php?bo_table=featured_ina&wr_id=355&page=&sca=&sfl=&stx=&sst=&sod=&spt=&page

5) N.D. Barnard et.al. “The Effects of a Low-Fat, Plant-Based Dietary Intervention on Body Weight, Metabolisme, and Insulin Sensitivity”, American Journal  of Medicine 118: 991-7, 2005.

6) K.F. Petersen et.al., “Impaired Mitcodhondrial Activity in the Insulin-Resistant Offspring of Patients with Type-2 Diabetes”, New England Journal of Medicine 350: 664-71, 2004.

7) K. Sadeharju et.al., “Enterovirus Infections as a Risk Factor for Type-1 Diabetes Virus Analyses in a Dietary Intervention Trial”, Clinical and Experimental Immunologi 132: 271-7, 2003.

8) Scott FW., “Cow milk and insulin-dependent diabetes mellitus: is there a relationship?” American Journal Clinic and Nutrition. 51:489-91, 1991.

9) Karjalainen J, Martin JM, Knip M, et al. A bovine albumin peptide as a possible trigger of insulin-dependent diabetes mellitus. Nwq England Journal of Medicine 327:302-7. 1992.

10) lihat bab-bab sebelumnya, bab 1, 2 dan 3

11) Kuzuya T., “Prevelance of Diabetes Mellitus in Japan Compiled from Literature”, Diabetes Research and Clinical Practice 24: S15-21, 1994.

12) Risérus U, Willett WC, Hu FB, “Dietary fats and prevention of type 2 diabetes”, Progress in Lipid Research 48 (1): 44–51, Janauary 2009.

13) Michael F. Seldin et. Al., “Glycogen Synthase and Diet-induced Hyperglycemia”,’Department of  Medicine, Microbiology and Duke University Medical Center, North Carolina’, ‘The Clinical Diabetes and Nutrition Section, National Intitute of Diabetes, Digestive, and Kidney Disease, Phoenix, Arizona’, 1999.

14) David JA Jenkins et.al., “Type-2 Diabetes and The Vegetarian Diet”, American Journal of Clinical Nutrition vol 78 no 3: 6108-6168, Houston, 2003.

15) Gabriel M. Turner-McFrievy et.al., “Decrease in Dietary Glycemic Index Are Related to Weight Loss among Individuals following Therapeutic Diet for Type 2 Diabetes”, The Journal of Nutrition, American Society for Nutrition, Bethesda, 2012.

16) Kate Marsh Ph.D. and Jennie Brand-Miller Ph.D., “Vegetarian Diets and Diabetes”, American Journal of Lifestyle Medicine vol 5 no 2: 135-143, 2011.

17) Jukka Karjalainen et.al., “A Bovine Albumin Peptide as a Possible Trigger of Insulin-Dependent Diabetes Mellitus”, The New England Journal of Medicine vol 327: 302-307, 1992.

18) Nutrition Guide for Life, “Causes of Diabetes”, NutritionGuideForLife.com, 2011.

http://www.nutritionguideforlife.com/causes-of-diabetes.html

19) http://www.simplehealthcures.com/2010/10/22/vaccines-are-one-cause-of-insulin-dependent-children/

20) Robert M. Kradjian, M.D., Breast Surgery Chief Division of General Surgery,“The Milk Letter: A Message to My Patients”, Seton Medical Center, Daly City, USA.

http://www.notmilk.com/kradjian.html

21) ).http://www.gabrielcousens.com/PROGRAMS/REVERSINGDIABETESPROGRAM/tabid/1923/language/en-US/Default.aspx

22) T Colin Campbell Ph.D. and Thomas M. Campbell II M.D., “The China Study”, Benbellabooks, 2005.

23) Dr, George Malkmus, “The Hallejuah Diet”, Destiny Image Publishers Inc., 2006.

24) Dr. Neal D. Barnard M.D., “Dr. Neal Barnard’s Program for Reversing Diabetes”, Rodale, New York, 2007.

 

 


Makanan segar atau makanan kehidupan atau living food adalah makanan yang masih mengandung berbagai enzim kehidupan (berasal dari energi matahari melalui proses fotosintesa) dan yang tidak dipanaskan di atas 45 derajat Celsius. Daging, telur, ikan dan susu mentah tidak termasuk ke dalam golongan makanan kehidupan karena mereka tidak lagi mengandung enzim kehidupan.

From : sumansutra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar