Sabtu, 26 September 2015

RELIC

JEJAK KAKI BUDDHA (仏足石)

Footprint of Buddha with Dharmacakra and Triratna, 1st century, Gandhāra.

BUDDHA FACE

Kemarahan dan Cara Mengatasinya

Kemarahan 
dan
Cara Mengatasinya

Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammāsambuddhassa
Penghormatan pada yang - Teragung, Layak Mendapatkan Penghormatan dari Semua Makhluk, Tercerahkan Secara Sempurna atas Usaha Sendiri.

Kemarahan dan Cara Mengatasinya
            Kemarahan, walaupun merupakan hal yang tidak disukai dan tidak menyenangkan, sayangnya hampir tidak ada seorang pun yang tidak pernah mengalaminya. Apalagi pada saat ini, di mana aktivitas masyarakat semakin padat, maka interaksi antar sesama anggota masyarakat juga semakin meningkat dan waktu pun terasa seperti semakin singkat. Semua orang ingin cepat-cepat, tetapi sayangnya, kesabarannya semakin menurun, maka sebagai konsekuensinya adalah kemarahan menjadi semakin sering terjadi. Mulai dari kemarahan kecil seperti menggerutu, kemarahan menengah seperti adu argumentasi, dan kemarahan besar seperti pemukulan, penyiksaan, pembunuhan, dan bahkan peperangan, semuanya semakin meningkat. Benar-benar  keadaan yang sangat menyedihkan!

Seseorang dapat marah bukan hanya kepada orang lain tetapi juga kepada diri sendiri;  namun demikian, keduanya sama-sama tidak baik. Kemarahan adalah bagian dari kesadaran yang tidak baik (akusala citta) dengan faktor mental kebencian (dosa cetasika) sebagai pemeran utamanya. Karena kemarahan adalah bagian dari kesadaran yang tidak baik, maka akibatnya juga akan tidak baik atau hal yang mendatangkan penderitaan. Dengan demikian, kemarahan mendatangkan kerugian ganda bagi yang mengalaminya, yaitu perasaan tidak enak (kesal) dan bertambahnya karma buruk baru yang berpotensi untuk memberikan hasil di kemudian hari.[1]   Kemarahan baru bisa dipadamkan sepenuhnya oleh seseorang yang setidaknya telah mencapai tingkat kesucian ketiga (anāgāmī). Hal ini dikarenakan seorang anāgāmī telah terbebas sepenuhnya dari kebencian (dosa) dan objek indera.

Perlu diketahui bahwa sebelum seseorang memarahi orang lain, sebenarnya dia telah terbakar terlebih dahulu oleh kemarahannya sendiri. Sangatlah mudah untuk membuktikan pernyataan tersebut. Cobalah renungkan atau ingat kembali ketika anda sedang marah, apakah anda merasa bahagia atau kesal? Ya, kesal. Saat itu hati anda bergejolak karena terbakar oleh kemarahan. Bagaimana dengan orang yang dimarahi, apakah dia juga akan terbakar oleh api kemarahan? Bisa ya, bisa tidak. Bila dia juga ikut menjadi marah, maka dia juga berarti ikut terbakar; tetapi, bila dia bisa tetap tenang, dia tidak akan ikut terbakar. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Bila anda marah-marah, memaki-maki kepada sebuah cermin, apakah cermin itu akan merasa dimarahi, terbakar, terluka? Tidak. Begitu juga bila seorang yang dimarahi dapat tetap tenang dan bersikap seperti cermin, maka dia tidak akan ikut terbakar. Jadi, bila kemarahan muncul, yang sudah pasti mendapatkan kerugian adalah orang yang terserang kemarahan tersebut. 

            Ini adalah penggalan dan ringkasan Akkosa Sutta – SN 7.2 yang bisa dijadikan rujukan dari bersikap seperti cermin dalam menghadapi orang yang marah.
Brahmana Akkosaka mendatangi Sang Buddha dan langsung mencaci maki Beliau dengan kata-kata kasar. Ketika dia telah selesai mencaci, Sang Buddha bertanya kepadanya:
“Apa pendapatmu, brahmana? Apakah teman dan rekan, keluarga dan saudara, dan juga para tamu datang mengunjungimu?”
‘Terkadang mereka datang berkunjung, Tuan Gotama.’
“Apakah kau mempersembahkan makanan atau cemilan kepada mereka?”
‘Terkadang aku melakukannya, Tuan Gotama.’
“Tetapi, jika mereka tidak menerimanya, maka milik siapakah makanan-makanan tersebut?”
‘Jika mereka tidak menerimanya, Tuan Gotama, maka makanan tersebut tetap milik kami’
“Begitu juga brahmana, kami tidak menerima cacianmu, itu semua milikmu.”

Dari percakapan tersebut terlihat Sang Buddha tidak membalasnya, tetapi Beliau tetap tenang dan bersikap seperti cermin, maka caci maki sang brahmana tetap menjadi miliknya. Kemudian Sang Buddha berkata:

“Dia yang membalas kemarahan dengan kemarahan,
Membuat keadaan menjadi lebih buruk bagi dirinya.
Tidak membalas kemarahan dengan kemarahan,
Dia memenangkan peperangan yang sulit dimenangkan.”

Untuk mengilustrasikan syair di atas agar lebih dapat dipahami dan diingat, silakan baca kisah berikut ini. 

Di masa yang lalu, para bhikkhu, Brahmadatta adalah Raja kerajaan Kāsi yang ber-ibukota di Benares.[2] Dia adalah Raja yang kaya, mempunyai kekuatan yang besar, wilayah yang luas, banyak kendaraan, dan banyak persediaan pangan. Dīghīti adalah Raja kerajaan Kosala, tidak seperti Brahmadatta, dia adalah Raja yang miskin, mempunyai kekuatan yang kecil, wilayah yang sempit, sedikit kendaraan, dan sedikit persediaan pangan. Kemudian, setelah menyiapkan empat kelompok pasukan bersenjata,[3] Raja Brahmadatta pergi melakukan penyerangan ke kerajaan Kosala. Dīghīti, Raja kerajaan Kosala, mendengar bahwa Raja Brahmadatta sedang melakukan perjalanan untuk melakukan penyerangan ke kerajaannya. Dia berpikir, “Saat ini, Brahmadatta, Raja kerajaan Kāsi, adalah Raja yang kaya, mempunyai kekuatan yang besar, wilayah yang luas, banyak kendaraan, dan banyak persediaan pangan. Saya bahkan tidak dapat bertahan untuk menghadapi satu kali serangannya. Bagaimana bila saya pergi meninggalkan kota ini sebelum Brahmadatta dan pasukannya tiba?” Kemudian, para bhikkhu, Dīghīti, Raja kerajaan  Kosala, pergi meninggalkan ibukota kerajaan dengan membawa Permaisurinya. Raja Brahmadatta, setelah tiba di kerajaan Kosala, dia menyerang dan menaklukkan pasukan serta merampas semua milik kerajaan Kosala. Sedangkan, Raja Dīghīti pergi menuju ke kota Benares bersama istrinya dan setelah berselang beberapa waktu mereka pun tiba di sana. Mereka tinggal di rumah seorang pengrajin tembikar dan menyamar dengan berpakaian sebagai pengelana.

Tidak berapa lama setelah mereka tinggal di sana, sang Permaisuri hamil. Dia memiliki keinginan yang kuat (mengidam) untuk melihat empat pasukan bersenjata lengkap dengan perlengkapan perangnya berbaris di lapangan saat matahari terbit dan meminum air bekas mencuci pedang. Kemudian, sang Permaisuri datang kepada Raja dan berkata, “Tuanku, saya hamil, saya mengidamkan melihat empat kelompok pasukan bersenjata lengkap dengan perlengkapan perangnya berbaris di lapangan saat matahari terbit dan meminum air bekas mencuci pedang.” Raja berkata, “Istriku, bagaimana mungkin kita yang berada dalam kesulitan seperti ini untuk mendapatkan hal tersebut.” Kemudian sang Permaisuri mengatakan bahwa ia akan meninggal bila tidak mendapatkan keinginannya.

Saat itu, brahmana kerajaan Kāsi adalah teman Raja Dīghīti. Kemudian, sang Raja pergi menemui temannya tersebut dan mengatakan keinginan istrinya. Sebelum mengabulkan permintaan tersebut, sang brahmana meminta Raja untuk membawa istrinya karena dia ingin melihatnya terlebih dahulu. Saat sang brahmana, dari kejauhan, melihat sang Permaisuri yang sedang jalan menuju ke arahnya, dia bangun dari tempat duduknya dan merapikan jubah atasnya sehingga menutup salah bahunya; dengan kedua tangan tertangkup di depan dadanya (ber-añjali) dia memberikan penghormatan pada sang Permaisuri sambil berkata, “Sesungguhnyalah, seorang Raja Kosala berada dalam kandunganmu,” sebanyak tiga kali. Kemudian dia berkata, “Jangan khawatir Permaisuri, saat matahari terbit kamu akan mendapatkan keinginanmu untuk melihat empat kelompok pasukan bersenjata lengkap dengan perlengkapan perangnya berbaris di lapangan dan meminum air bekas mencuci pedang.”

Sang brahmana kemudian pergi menemui Raja Brahmadatta dan berkata, “Tuanku, pertanda yang nampak menunjukkan bahwa besok pagi saat matahari terbit empat kelompok pasukan bersenjata lengkap dengan perlengkapan perangnya berbaris di lapangan dan pedang-pedang harus dicuci.” Kemudian, Raja Brahmadatta, Raja kerajaan Kāsi, memerintahkan para prajuritnya dengan berkata, “Tuan-tuan yang baik, lakukan apa yang sang brahmana katakan.” Maka, sang Permaisuri pun mendapatkan hal yang diidam-idamkannya. Saat kandungan tersebut telah tiba waktunya, sang Permaisuri pun melahirkan seorang anak laki-laki. Mereka menamakannya Dīghāvu. Dengan berjalannya waktu, Pangeran Dīghāvu pun tumbuh menjadi seorang pemuda dewasa.[4]

Suatu saat, Raja Dīghīti teringat tentang penyerangan Raja Brahmadatta ke kerajaannya. Dia berpikirnya, “Raja Brahmadatta, Raja dari kerajaan Kāsi, telah melakukan hal yang sangat buruk pada kami; dia telah merampas pasukan, kendaraan, wilayah, dan persediaan pangan kami. Jika dia mengetahui tentang kami, dia akan membunuh kami (bertiga) semua. Bagaimana bila aku membuat Pangeran Dīghāvu untuk tinggal di luar kota?” Kemudian, sang Raja mengirim Pangeran   Dīghāvu untuk tinggal di luar kota. Saat tinggal di luar kota, Pangeran Dīghāvu belajar berbagai macam keterampilan dan keahlian dengan cepat. Saat itu, bekas tukang cukur Raja Dīghīti tinggal di istana Raja Brahmadatta. Suatu saat, dia melihat Raja Dīghīti bersama istrinya tinggal di Benares di rumah seorang pengrajin tembikar dan menyamar dengan berpakaian sebagai pengelana. Mengetahui hal tersebut, dia pergi menghadap Raja Brahmadatta dan memberitahukannya dengan berkata, “Tuanku, Raja Dīghīti bersama istrinya tinggal di Benares di rumah seorang pengrajin tembikar dan menyamar dengan berpakaian sebagai pengelana.”

Kemudian, Raja Brahmadatta memerintahkan para menteri dan prajuritnya dengan berkata, “Bila demikian, tuan-tuan yang baik, bawa Raja Dīghīti bersama istrinya.” Mereka menyetujuinya dengan menjawab, “Baik Tuanku.” Raja Brahmadatta juga meminta mereka untuk mengikat Raja Dīghīti dan istrinya dengan tali yang kuat dengan kedua tangan diletakkan dibelakang punggung mereka masing-masing. Setelah menggunduli keduanya, arak mereka dari satu jalan ke jalan lain, dari satu perempatan ke perempatan lain dengan disertai tabuhan genderang;  kemudian bawa mereka ke pintu gerbang selatan kota dan potong menjadi empat bagian, lalu buang potongan-potongan tersebut ke empat penjuru. Orang-orang Raja Brahmadatta berkata, “Baik Tuanku,” dan mereka melakukan semua hal seperti yang diperintahkan oleh Rajanya.

Pada saat yang sama, Pangeran Dīghāvu berpikir, “Telah lama aku tidak bertemu kedua orang tuaku. Bagaimana bila sekarang aku pergi menemuinya?” Lalu, setelah Pangeran Dīghāvu memasuki kota Benares, dia melihat kedua orang tuanya dengan tangan terikat, kepala gundul, sedang diarak keliling kota dengan diiringi oleh tabuhan genderang. Suatu ketika, Raja Dīghīti melihat Pangeran Dīghāvu yang sedang berjalan mendekatinya dan dia pun berkata, “Jangan kamu, sayangku Dīghāvu, melihat terlalu jauh atau terlalu dekat; karena, sayangku Dīghāvu, kemarahan tidak bisa diredakan dengan kemarahan; kemarahan, sayangku Dīghāvu, diredakan dengan tanpa kemarahan.”  

Ketika, Raja Dīghīti mengatakan hal itu, para prajurit dan orang-orang yang ikut mengaraknya berkata, “Raja Dīghīti, Raja dari kerajaan Kosala telah gila, dia berbicara melantur. Siapa itu Dīghāvu sehingga dia mengatakan, “Jangan kamu, sayangku Dīghāvu, ..... diredakan dengan tanpa kemarahan”? Lalu, sang Raja berkata, “Saya tidak gila tuan-tuan yang baik, saya tidak berbicara melantur, selain itu, dia yang terpelajar akan mengerti maksudnya.” Untuk kedua kalinya ..... dan untuk ketiga kalinya Raja berkata, “Jangan kamu, sayangku Dīghāvu, ..... diredakan dengan tanpa kemarahan”? Untuk ketiga kalinya orang-orang tersebut berkata, “Raja Dīghīti, Raja dari kerajaan Kosala telah gila,..... Untuk ketiga kalinya Raja berkata, “Saya tidak gila tuan-tuan yang baik, ..... akan mengerti maksudnya.” Setelah mereka mengarak Raja Dīghīti dan istrinya dari satu jalan ke jalan lain, dari satu perempatan ke perempatan lain dengan disertai tabuhan genderang,  kemudian mereka membawa keduanya ke pintu gerbang selatan kota dan memotong mereka menjadi empat bagian, lalu membuang potongan-potongan tersebut ke empat penjuru. Setelah menempatkan beberapa pasukan penjaga di sana, yang lain pun bubar dan pergi meninggalkan lokasi tersebut.

Pangeran Dīghāvu, setelah memasuki kota, dia membeli minuman keras dan membuat para pasukan penjaga tersebut meminumnya dan mabuk. Setelah melumpuhkan para penjaga tersebut, Pangeran Dīghāvu mengumpulkan kayu bakar dan membuatnya menjadi sebuah tumpukan. Lalu, dia meletakkannya potongan-potongan tubuh kedua orang tuanya di atas tumpukan kayu bakar tersebut; setelah menyalakan apinya, dia berjalan mengelilinginya sebanyak tiga kali dengan kedua tangan tertangkup di depan dadanya.  Saat itu, Raja Brahmadatta sedang berada di serambi lantas atas istananya. Dia melihat sang Pangeran sedang mengelilingi api pembakaran mayat tersebut sebanyak tiga kali dengan kedua tangan tertangkup di depan dadanya. Melihat hal tersebut, dia berpikir, “Tidak diragukan lagi, pria ini pastilah saudara dari Dīghīti, Raja kerajaan Kosala. Aduh!, ini adalah pertanda buruk bagiku, karena tak seorang pun yang dapat memberitahukanku apa arti semua ini.”

Pangeran Dīghāvu kemudian pergi ke hutan, di sana dia menangis. Setelah selesai menangis dan menghapus air matanya yang menetes, dia kembali ke kota Benares. Kemudian, dia pergi ke kandang gajah dekat istana Raja dan berkata kepada pelatih gajah di sana, “Aku ingin belajar keterampilan mengendalikan gajah, guru.” Sang guru berkata, “Bila demikian, pemuda baik, belajarlah.” Suatu hari, Pangeran Dīghāvu bangun sebelum matahari terbit dan bernyanyi dengan suara merdunya sambil memainkan mandolin di kandang gajah. Saat itu, Raja Brahmadatta yang juga telah bangun, mendengarnya bernyanyi dan bertanya kepada para pengawalnya, “Siapa, tuan-tuan yang baik, yang bangun sebelum matahari terbit dan bernyanyi dengan suaranya yang merdu sambil memainkan mandolin di kandang gajah?” Tuanku, dia adalah seorang pemuda, murid dari seorang pelatih gajah. Lalu, Raja berkata, “Bila demikian, tuan-tuan yang baik, bawa pemuda tersebut ke sini.” Para pengawal Raja pun berkata, “Baik, Tuanku”, menyetujui perintah Raja; dan kemudian mereka membawa Pangeran  Dīghāvu menghadap sang Raja. Raja bertanya, ”Apakah kamu, pemuda baik, bangun sebelum matahari terbit ..... sambil memainkan mandolin di kandang gajah. “Ya, Tuanku”, jawabnya. Bila demikian, tolong kamu, pemuda baik, bernyanyi sambil memainkan mandolinmu di depanku. “Baik, Tuanku”, jawabnya menyetujui permintaan Raja. Dengan berharap untuk mendapatkan kesuksesan, dia bernyanyi dan memainkan mandolinnya. Sang Raja yang terpikat oleh keterampilan sang Pangeran memintanya untuk menjadi pendampingnya, dan sang Pangeran pun menyetujuinya. Pangeran Dīghāvu pun memberikan usahanya yang terbaik, dia bangun sebelum Raja bangun dan tidur sesudah Raja tidur. Dia menjadi pendamping yang sungguh-sungguh, selalu berusaha menyenangkan tuannya, dan selalu berbicara dengan penuh kelembutan. Maka, dalam waktu singkat, sang Raja pun menjadikannya sebagai pendamping kepercayaannya. 

Suatu hari, sang Raja berkata kepada Pangeran Dīghāvu, “Baiklah, sekarang, pemuda baik, siapkan kereta kuda, kita akan pergi berburu.” Dia berkata, “Baik Tuanku.” Setelah menyiapkan kereta kuda, dia memberitahu Raja, “Tuanku, kereta kuda telah disiapkan.” Maka, setelah Raja naik ke kereta, Pangeran Dīghāvu pun mengendarainya. Dia mengendarainya sedemikian rupa sehingga pasukan pengawal Raja tidak bisa mengikutinya dan pergi ke arah yang berbeda. Setelah menempuh jarak yang cukup jauh dan merasa lelah, Raja meminta sang Pangeran untuk menghentikan kereta kudanya guna beristirahat. Pangeran Dīghāvu kemudian menghentikan kereta dan duduk bersila di tanah. Sang Raja kemudian membaringkan badannya dan meletakkan kepalanya di pangkuan Pangeran  Dīghāvu; karena kelelahan, sang Raja pun langsung tertidur.   

Kemudian, terpikir oleh Pangeran Dīghāvu, “Raja Brahmadatta ini, Raja kerajaan Kāsi, telah melakukan banyak keburukan kepada kami. Dia telah merampas pasukan kami, kendaraan, wilayah, persediaan pangan, dan juga membunuh kedua orang tuaku. Ini mungkin adalah waktu yang tepat untuk melampiaskan kemarahanku,” dan dia pun menarik pedangnya dari sarungnya. Tetapi, terlintas dipikirannya, “Ayahku berpesan kepadaku saat beliau akan meninggal, ‘Jangan kamu, sayangku Dīghāvu, melihat terlalu jauh atau terlalu dekat; karena, sayangku Dīghāvu, kemarahan tidak bisa diredakan dengan kemarahan; kemarahan, sayangku Dīghāvu, diredakan dengan tanpa kemarahan.’ Adalah hal yang tidak pantas untuk melanggar nasehat ayahku,” dan dia pun memasukkan kembali pedangnya ke sarungnya. Untuk kedua kalinya ..... Untuk ketiga kalinya, terpikir oleh Pangeran  Dīghāvu, “Raja Brahmadatta ini, ..... Adalah hal yang tidak pantas untuk melanggar nasehat ayahku,” dan dia pun memasukkan kembali pedangnya ke sarungnya. Saat itu, Raja Brahmadatta, ketakutan, resah, gelisah, kaget, dan dia pun bangun dengan mendadak. Kemudian, Pangeran Dīghāvu bertanya kepada sang Raja, “Mengapa kamu, Tuanku, ketakutan, resah, gelisah, kaget, dan bangun dengan mendadak?” Dia berkata, “Ketika saya bermimpi di sini, pemuda baik, anak Dīghīti, Raja kerajaan Kosala, menyerangku dengan sebuah pedang.” Itulah sebabnya aku ketakutan, ..... dan bangun dengan mendadak.

Pengeran Dīghāvu, setelah mendengar penjelasan tersebut, menjambak kepala Raja Brahmadatta dengan tangan kirinya; setelah menghunus pedang dengan tangan kanannya, dia berkata kepada sang Raja, “Saya, Tuanku, adalah Pangeran Dīghāvu, anak laki-laki Raja Dīghīti, Raja kerajaan Kosala. Kamu telah melakukan banyak keburukan kepada kami. Kau telah merampas pasukan kami, kendaraan, wilayah, persediaan pangan, dan juga membunuh kedua orang tuaku. Ini mungkin adalah waktu yang tepat untuk melampiaskan kemarahanku.” Kemudian, Raja Brahmadatta menundukkan kepalanya ke kaki Pangeran Dīghāvu dan berkata, “Biarkan aku hidup, sayangku Dīghāvu, biarkan aku hidup, sayangku Dīghāvu.”
“Bagaimana saya dapat memberikan kehidupan kepada seorang Raja? Adalah Raja yang seharusnya memberikan saya kehidupan.”
“Bila demikian, sayangku Dīghāvu, kamu memberikan saya kehidupan dan saya akan memberikanmu kehidupan.”
Kemudian, mereka berdua saling memberikan kehidupan, mereka berjabat tangan dan berjanji untuk tidak akan saling melukai satu sama lainnya. Setelah itu, sang Raja berkata, “Bila demikian, sayangku Dīghāvu, siapkan kereta kuda, kita akan kembali.” “Biak, Tuanku”, kata Pangeran Dīghāvu, dan dia pun langsung menyiapkan kereta kuda. Setelah semuanya siap, dia berkata, “Kereta kuda telah disiapkan, Tuanku.” Kemudian, Raja naik ke kereta dan Pangeran  Dīghāvu mengendarinya. Dia mengendarinya dengan sedemikian rupa sehingga tidak lama berselang mereka pun bertemu kembali dengan pasukan pengawal Raja.

Setelah mereka tiba kembali di Benares, Raja Brahmadatta mengumpulkan para menteri dan penasihatnya; dihadapan mereka dia bertanya, “Seandainya, tuan-tuan yang baik, kalian melihat Pangeran Dīghāvu, anak laki-laki Dīghīti, Raja kerajaan Kosala, Apa yang kalian lakukan terhadapnya?” Beberapa orang berkata, “Kami, Tuanku, akan memotong tangannya; kami, Tuanku, akan memotong kakinya; kami, Tuanku, akan memotong tangan dan kakinya; ..... telinganya; ..... hidungnya; ..... telinga dan hidungnya; ..... kami, Tuanku, akan memenggal kepalanya.” Kemudian, Raja berkata, “Ini, tuan-tuan yang baik, adalah Pangeran Dīghāvu, anak laki-laki Dīghīti, Raja kerajaan Kosala; jangan lakukan apapun padanya; kehidupan telah diberikan kepadaku olehnya dan kehidupan telah saya berikan kepadanya.” 

Raja Brahmadatta kemudian bertanya kepada Pangeran Dīghāvu, “Mengenai hal itu, sayangku Dīghāvu, yang ayahmu katakan pada saat dia akan meninggal: ‘Jangan kamu, sayangku Dīghāvu, melihat terlalu jauh atau terlalu dekat; karena, sayangku Dīghāvu, kemarahan tidak bisa diredakan dengan kemarahan; kemarahan, sayangku Dīghāvu, diredakan dengan tanpa kemarahan’ apa yang dimaksudkan oleh ayahmu?” Dia berkata, “Mengenai hal itu, Tuanku,  yang dikatakan oleh ayahku pada saat beliau akan meninggal ‘jangan melihat terlalu jauh’ maksudnya adalah jangan memendam kemarahan terlalu lama. Yang dikatakan oleh ayahku pada saat beliau akan meninggal ‘jangan melihat terlalu dekat’ maksudnya adalah jangan terlalu cepat memutus sebuah persahabatan. Yang dikatakan oleh ayahku pada saat beliau akan meninggal ‘karena, sayangku Dīghāvu, kemarahan tidak bisa diredakan dengan kemarahan; kemarahan, sayangku Dīghāvu, diredakan dengan tanpa kemarahan’ maksudnya adalah orang tuaku dibunuh oleh seorang raja, tetapi jika saya membunuh raja tersebut, mereka (orang-orang) yang menghendaki keselamatan sang raja akan membunuh saya dan mereka yang menghendaki keselamatan saya akan membunuh orang-orang tersebut; maka, kemarahan tidak bisa diredakan dengan kemarahan. Tetapi sekarang, kehidupan telah diberikan kepadaku olehnya dan kehidupan telah saya berikan kepadanya; maka, kemarahan, diredakan dengan tanpa kemarahan.”

Raja Brahmadatta kemudian berpikir, “Sungguh luar biasa!, sungguh menakjubkan! Betapa pandainya Pangeran Dīghāvu sehingga dia dapat memahami secara lengkap maksud yang dikatakan ayahnya secara singkat.” Lalu, dia mengembalikan pasukan ayahnya, kendaraan, wilayah, dan persediaan pangan, dan dia juga memberikan (menikahkan) putrinya kepadanya.

Para bhikkhu, bila para raja yang menggunakan kekerasan, yang menggunakan pedang dapat memperlihatkan kesabaran dan kelembutan seperti demikian; dalam Dhamma ini, para bhikkhu, biarkan cahaya kebijaksanaan kalian bersinar terang; sehingga kalian, yang telah meninggalkan kehidupan keduniawian dalam Dhamma dan Vinaya yang telah dibabarkan dengan sempurna dapat mempunyai kesabaran dan kelembutan seperti mereka.

Berdasarkan Kosambī-jātaka, no. 428, Sang Buddha menjelaskan bahwa Raja Dīghīti adalah Raja Suddhodana, Sang Permaisuri adalah Ratu Mahāmāyā, dan Pangeran Dīghāvu adalah Beliau sendiri.

Sekarang mari kita lanjutkan pembahasan cara untuk menghindari kemarahan. Agar memudahkan usaha untuk menghindari kemarahan, hal pertama yang perlu diketahui adalah penyebab dari timbulnya kemarahan. Mengapa demikian? Karena, bila seseorang dapat menghindari penyebabnya, maka kemungkinan besar atau bahkan dapat dipastikan kemarahan tidak akan muncul. Selain itu, mencegah munculnya kemarahan relatif lebih mudah daripada mengatasi/meredakan kemarahan yang telah muncul. Kemarahan sama seperti halnya dengan penyakit, penyakit lebih mudah dicegah daripada mengobatinya. Jadi, ingatlah pepatah ini baik-baik, lebih baik mencegah daripada mengobati. Jadi, apa itu penyebab kemarahan? Penyebabnya adalah keinginan/keserakahan (lobha) yang tidak terpenuhi. Semakin tinggi tingkat keserakahan, semakin sulit pula untuk memenuhinya; dan akibatnya, rasa tidak senang (kemarahan) pun muncul semakin sering. Semakin rendah tingkat keserakahan, semakin mudah pula untuk memenuhinya; dan akibatnya, rasa tidak senang (kemarahan) pun akan semakin jarang muncul. 

Agar lebih mudah memahaminya, silakan simak contoh kasus ini. Tuan Takur adalah peminum kopi luak sejati, dia tidak bisa dan tidak mau meminum kopi  jenis lain. Kopi luak bukan hanya mahal harganya, tetapi juga sulit didapat, tidak setiap kedai kopi menjualnya. Tetapi, bila dia tetap harus minum kopi, maka dia akan lebih sering mendapatkan kopi jenis lainnya. Oleh karena itu, dapat dipastikan dia akan sering kecewa dan tidak puas (kesal/marah) karena tidak mendapatkan apa yang diinginkannya (kopi luak). Seandainya dia mau dan bisa merasa puas dengan semua jenis kopi, maka dia tidak akan kesulitan sama sekali untuk memenuhi keinginannya. Dengan demikian, otomatis, dia akan sangat mudah untuk menghindari munculnya kemarahan. Dari contoh ini, dapat ditarik kesimpulan yaitu kemarahan dapat dihindari atau setidaknya dikurangi frekuensinya dengan membasmi atau mengurangi keserakahan, mengembangkan perasaan mudah puas, dan menghindari objek yang tidak disukai.

Apakah ada cara lain untuk mengatasi kemarahan? Ya, ada. Tolong ingat hal ini baik-baik, orang yang terserang kemarahan bukan hanya mendapatkan kerugian ganda seperti yang telah diuraikan di atas; tetapi selain itu, ada tujuh hal yang membuat musuhnya merasa senang dan mencapai tujuannya.  Apa ketujuh hal itu?[5]

“Para bhikkhu, seorang musuh berharap demikian untuk musuhnya, ‘Semoga dia menjadi jelek!’ Mengapa demikian? Seorang musuh tidak menyukai penampilan cantik musuhnya. Saat seseorang terserang dan dikuasai kemarahan, walaupun dia telah mandi dengan bersih, memakai pelembab, rambut dan cambang/bewok tercukur rapi, memakai pakaian putih, dia tetap terlihat jelek. Ini adalah hal pertama yang membuat musuh merasa senang dan mencapai tujuannya yang terjadi pada seorang pria ataupun wanita yang terserang kemarahan.”

‘Semoga dia tidak dapat tidur nyenyak!’ ..... ’Semoga dia tidak beruntung/sukses (gagal)!’ ..... ’Semoga dia tidak kaya (jatuh miskin)!’ ..... ’Semoga dia tidak terkenal (reputasi baiknya hancur)!’ ..... ’Semoga dia tidak punya teman.’ .....

“Para bhikkhu, seorang musuh berharap demikian untuk musuhnya, ‘Semoga dia, saat tubuhnya hancur, setelah meninggal, terlahir di alam menderita, di alam yang tidak baik, di alam rendah, di neraka.’ Mengapa demikian? Seorang musuh tidak menyukai musuhnya terlahir di alam bahagia. Saat seseorang terserang dan dikuasai kemarahan, dia melakukan perbuatan buruk melalui jasmani, ucapan, dan pikiran. Sebagai akibatnya, saat tubuhnya hancur, setelah meninggal, terlahir di alam menderita, di alam yang tidak baik, di alam rendah, di neraka. Ini adalah hal ketujuh yang membuat musuh merasa senang dan mencapai tujuannya yang terjadi pada seorang pria ataupun wanita yang terserang kemarahan.”

“Itulah tujuh hal yang membuat musuh merasa senang dan mencapai tujuannya yang terjadi pada seorang pria ataupun wanita yang terserang kemarahan.”

Apakah anda mau mendapatkan ketujuh hal di atas? Pastinya tidak, bukan! Oleh karena itu, sangatlah penting untuk menghindari kemarahan. Bila tidak, anda pasti akan mendapatkan tujuh hal di atas dan membuat musuh anda merasa senang serta mencapai tujuannya.

Dari penjelasan di atas, salah satu cara mengatasinya adalah menghindari objek yang tidak disukai. Untuk menghindari objek yang bukan makhluk mungkin tidak terlalu jadi masalah; tetapi, bila objek itu adalah seorang atau sekelompok makhluk, terkadang ada situasi di mana sulit sekali untuk menghindarinya (misalnya: berada di sekolah, di kelas, atau di kantor yang sama; atau bahkan anggota keluarga sendiri dan tinggal serumah). Bila harus menghadapi situasi demikian, bagaimanakah cara mencegah kemarahan agar tidak muncul? 

Bila menghadapi keadaan yang demikian, cara termudah mencegahnya adalah jangan memperhatikan atau memikirkan objek tersebut, pikirkanlah hal lain yang lebih bermanfaat. Bila tidak berhasil, maka jangan memperhatikan kualitas buruk dari objek tersebut, tetapi perhatikanlah kualitas baiknya.[6] Misalnya, ucapannya baik tetapi tindakan jasmaninya buruk, maka perhatikanlah kemurnian ucapannya, jangan memperhatikan keburukan tindakan jasmaninya. Bagaimana bila ucapan maupun tindakan jasmaninya buruk? Hal itu bisa saja terjadi; tetapi, mungkin saja terkadang pikirannya baik, misalnya saat dia pergi ke rumah ibadah untuk mendengarkan ceramah Dhamma. Maka, perhatikanlah kualitas pikirannya yang terkadang masih berjalan dengan baik, jangan memperhatikan kualitas dari keburukan tindakan jasmani dan ucapannya.  Bagaimana bila semua kualitas dari perbuatan jasmani, ucapan, dan pikirannya buruk, tidak ada baiknya sama sekali? Bila demikian, dia sudah sepatutnya perlu dikasihani bukan dimarahi, karena tanpa dimarahi pun dia sudah sangat menderita. Perbuatan buruknya sudah pasti akan membuatnya celaka baik di kehidupan ini maupun di kehidupan berikutnya (baca paragraf berikutnya). Bagaimana bila semua kualitasnya baik, tidak ada yang cacat sama sekali? Bila demikian, tidak ada alasan sama sekali untuk memarahinya. Bila seseorang bisa marah kepada orang yang murni seperti demikian, maka dia dapat disebut sebagai orang yang sangat bodoh. Dengan berpikir demikian, seharusnya munculnya kemarahan dapat dicegah.

Apakah ada cara lain? Ya, sudah pasti. Untuk menghindari munculnya kemarahan, seseorang dapat mengembangkan cinta kasih universal (mettā), belas kasihan (karuṇā), keseimbangan mental (upekkhā - tatramajjhattatā), dan merenungkan kepemilikan karma.[7]  

Semua orang ingin bahagia, tetapi kenyataannya adalah hidup ini penuh dengan penderitaan, baik itu disadari atau tidak.[8] Maka, semua orang berusaha untuk mendapatkan kebahagiaan. Namun sangat disayangkan, karena ketidaktahuannya, banyak dari mereka yang melakukannya dengan cara yang salah. Oleh karena itu, sudah sepatutnyalah setiap orang untuk mengembangkan cinta kasih universal kepada semua makhluk, bukannya memperburuk keadaan dengan mengembangkan kemarahan. Tidak sedikit orang yang telah berusaha dengan baik dan benar, namun tetap saja hidupnya sangat menderita, mungkin karena kelaparan, terkena penyakit, mengalami kecelakaan, dan lain-lain. Oleh karena itu, sudah seharusnyalah setiap orang berusaha menolongnya. Bila tidak bisa melakukan bantuan fisik, setidaknya kembangkan dan pancarkan rasa belas kasihan agar mereka dapat segera terbebas dari penderitaan. Bila kemarahan masih sulit diatasi, kembangkanlah keseimbangan mental. Sadarilah bahwa semua yang terjadi adalah konsekuensi yang harus diterima sesuai dengan karma masing-masing. Bila orang lain melakukan perbuatan buruk dan akibatnya membuat anda menderita; terimalah, karena itu memang karma anda. Bila bukan karma anda, pasti anda tidak akan terkena dampaknya. Tetapi, bila anda menjadi marah karena perbuatan buruknya, tanyakanlah pada diri sendiri bila anda benar-benar mengerti bahwa kemarahan itu adalah hal yang tidak baik. Bila anda memang mengerti, lalu mengapa anda meniru perbuatannya, mengapa anda juga ikut marah? Bukankah bila demikian anda sama dengannya atau bahkan lebih bodoh darinya! 

Pikiran yang seimbang dapat diibaratkan bagaikan tanah. Apapun yang dilemparkan kepadanya, yang baik ataupun buruk, bersih ataupun kotor, bagus ataupun jelek, dan sebagainya, tanah tidak menolaknya, tidak merasa direndahkan, tidak merasa dipermalukan, tidak merasa muak karena hal-hal tersebut. Pikiran yang seimbang dapat diibaratkan bagaikan air. ..... Pikiran yang seimbang dapat diibaratkan bagaikan angin (udara). ..... Pikiran yang seimbang dapat diibaratkan bagaikan api. Apapun yang dilemparkan kepadanya, yang baik ataupun buruk, bersih ataupun kotor, bagus ataupun jelek, dan sebagainya, api tidak menolaknya, tidak merasa direndahkan, tidak merasa dipermalukan, tidak merasa muak karena hal-hal tersebut. Oleh karena itu, sangatlah baik untuk mengembangkan keseimbangan mental. [9]

Anda juga dapat merenungkan dengan sungguh-sungguh mengenai kepemilikan karma orang yang membuat anda marah sebagai berikut: dia adalah pemilik karmanya sendiri, pewaris karmanya sendiri, terlahir karena karmanya sendiri, karma adalah kerabat/temannya, dan karma adalah pelindungnya.[10] Tanya pada diri anda, mengapa dia marah pada anda? Bila anda menyadari bahwa hal itu karena kesalahan anda, maka meminta maaflah kepadanya agar kemarahannya cepat reda. Jangan malah ikut terpancing dan menjadi marah juga, karena anda akan lebih tersiksa. Namun demikian, baik itu disebabkan oleh kesalahan anda ataupun bukan, saat dia marah, bukankah hal tersebut akan membuatnya celaka sendiri? Karena dia adalah pemilik karmanya sendiri, pewaris karmanya sendiri. Kemarahan tentu bukanlah perbuatan yang akan membawanya mencapai pencerahan, menjadi brahma, dewa, raja dunia, atau bahkan menjadi seorang manusia; tetapi, malah sebaliknya, kemarahan akan meningkatkan penderitaannya, membawanya jatuh ke alam rendah, ke neraka. Setelah merenungkan hal itu, anda dapat merenungkan hal yang sama yang ditujukan pada diri anda sendiri. Bila anda terserang kemarahan, bukankah anda sendiri yang akan menderita? Kemarahan juga bukanlah perbuatan yang akan membawa anda mencapai pencerahan, menjadi brahma, dewa, raja dunia, atau bahkan menjadi seorang manusia; tetapi, malah sebaliknya, kemarahan akan meningkatkan penderitaan anda, membawa anda jatuh ke alam rendah, ke neraka.

Bagaimana bila setelah melakukan perenungan tersebut, kemarahan belum juga dapat dihindari atau setidaknya diredakan? Anda bisa merenungkan objek yang memicu kemarahan anda hanyalah sebagai kumpulan fenomena (misalnya fenomena mental dan jasmani), sebagai kumpulan kelompok kehidupan (khandha: materi/jasmani, perasaan, pencerapan, bentuk-bentuk pikiran, dan kesadaran), atau dibagi menjadi lebih kecil lagi, yaitu sebagai kumpulan berbagai macam unsur atau elemen. Contoh yang sederhana adalah merenungkan unsur dari kelompok jasmani, misalnya, apakah anda marah dengan rambutnya? atau apakah dengan kukunya? atau apakah dengan giginya? dan yang lainnya. Bisa juga diurai lebih detail lagi, misalnya, apakah pada unsur tanah (air, api, atau angin) di rambutnya (di kukunya, di giginya, dll.)? 

Saat perenungan terhadap elemen dilakukan, anda akan kehilangan konsep tentang seorang makhluk dan akibatnya kemarahan tidak mempunyai tempat untuk berpijak lagi. Maka, kemarahan dapat diharapkan untuk segera berlalu atau setidaknya segera mereda. Contoh, seorang teman memberitahu bahwa roda motor anda dikempeskan oleh teman sekelas anak anda dan anda mengenal anak tersebut. Maka, anda langsung berpikir tentang anak tersebut dan wajah atau keseluruhan rupa anak tersebut pun langsung muncul di benak anda dan kemarahan menjadikannya sebagai tempat berpijak. Walaupun sebenarnya saat itu anak tersebut sudah pulang ke rumahnya; namun demikian, kemungkinan besar anda tetap akan terus marah-marah sambil membayangkan wajah anak tersebut. Seandainya anda adalah seorang pendendam, maka bila suatu ketika anda melihat fotonya, kemungkinan besar kemarahan akan muncul kembali. Seandainya anda melihat foto belakang kepala anak tersebut, tetapi karena yang terlihat hanyalah rambutnya, anda tidak dapat mengenali foto tersebut sebagai foto anak tersebut, maka dapat dipastikan kemarahan anda terhadap anak tersebut tidak akan muncul. Mengapa demikian? Karena saat melihat foto rambut tersebut, konsep tentang seorang makhluk (dalam kasus ini adalah anak tersebut) tidak muncul, sehingga kemarahan tidak punya tempat untuk berpijak. 

Bagaimana bila setelah melakukan perenungan tersebut, kemarahan belum juga dapat dihindari atau setidaknya diredakan? Bila demikian, gunakanlah cara paling ampuh ini, cara yang bukan hanya dapat membasmi kemarahan, tetapi juga dapat membasmi semua jenis penderitaan untuk selama-lamanya, untuk mencapai nibbāna. Apa itu? Meditasi vipassanā. [11] Pada pembukaan Mahāsatipaṭṭhāna Sutta – DN 22 atau Satipaṭṭhāna Sutta – MN 10, Sang Buddha mengatakan bahwa manfaat pengembangan empat landasan perhatian murni (sati) di antaranya adalah dapat membasmi kesedihan (soka), ratap-tangis (paridevāna), dan penderitaan mental (domanassāna), yang mana semua itu sebenarnya adalah manifestasi dari kemarahan/kebencian. Empat landasan perhatian murni tersebut adalah landasan perhatian murni terhadap jasmani (kāya), perasaan (vedana), kesadaran (citta), dan objek-objek dhamma (dhamma). Contoh penerapan sederhana dari meditasi vipassanā saat seseorang terserang kemarahan adalah dengan menyadarinya, sehingga kemarahan tersebut tidak dapat berkembang dan mudah-mudahan cepat reda dan hilang. Dengan demikian, bukan hanya mengurangi jumlah akibat karma buruk dari kemarahan tersebut, tetapi malah menambah akibat karma baik dari menyadarinya. Hal ini dapat terjadi karena untuk menyadari kemarahannya seseorang harus mengerahkan kesadaran yang baik (kusala citta) yang didukung oleh perhatian murni (sati).

Meditasi vipassanā sangatlah ampuh, jangankan bila dapat mengembangkan dengan sempurna keempat landasan perhatian murni tersebut; bahkan, jika dapat mengembangkan salah satunya saja, anda akan tetap mendapatkan semua manfaatnya.[12] Bhante Sāriputta mengatakan kepada Sang Buddha, “Bhante, seseorang yang belum mengembangkan dengan mantap perhatian murni pada jasmani sehubungan dengan jasmaninya mungkin akan memukul (memaki) temannya (bhikkhu lain) dan pergi berkelana tanpa meminta maaf.”[13] Ini secara tidak langsung mengatakan bahwa kemarahan tidak akan muncul pada seseorang yang telah mantap dalam pengembangan perhatian murni pada jasmani. Penulis merasakan sendiri besarnya manfaat praktik meditasi vipassanā ini dalam mengikis kemarahan. Oleh karena itu, penulis sangat mengajurkan praktik meditasi vipassanā ini. Untuk tahap awal, sangatlah baik untuk memulainya dengan pengembangan perhatian murni pada jasmani karena objeknya cukup kasar dan mudah diamati. Misalnya, memperhatikan atau menyadari kembung-kempisnya rongga perut, keluar-masuknya napas, atau apapun aktivitas yang anda lakukan. Perlu diketahui bahwa meditasi bukan hanya dapat dilakukan dengan cara duduk bersila, tetapi dapat dilakukan dalam keadaan apapun dan kapanpun, kecuali saat tidur. Contohnya adalah menyadari sepenuhnya saat berdiri, berjalan, makan, minum, pakai baju, berbicara, dan yang lainnya. Untuk mengetahui instruksi meditasi vipassanā secara garis besar, silakan baca artikel ‘Petunjuk Meditasi Vipassanā.’ 

Wejangan Sang Buddha yang terdapat dalam Khodhana Sutta – AN 64 sangatlah cocok untuk menutup tulisan ini. Renungkan dan ingatlah baik-baik, semoga manfaat yang berlimpah menjadi milik teman-teman semua. 

Orang marah terlihat jelek,
dia juga tidur gelisah,
mendapatkan keuntungan,
dia jadikan kerugian.

Orang marah tersebut,
dikuasai oleh kemarahan,
setelah membunuh dengan jasmani dan ucapan,
kehilangan kekayaannya.

Digilakan oleh kemarahan,
dia mendapatkan reputasi buruk.
Keluarga, teman-teman, dan orang yang dicintainya,
menghindarinya.

Kemarahan adalah sebab kehancuran,
kemarahan membakar pikiran.
Mereka tidak menyadari bahayanya,
yang muncul dari dalam. 

Orang marah tidak tahu hal baik;
Orang marah tidak dapat melihat Dhamma.
Hanya ada kebutaan dan kegelapan,
saat kemarahan menguasai seseorang.

Karena marah melakukan pengrusakan,
baik tanpa kesulitan atau dengan kesulitan,
saat kemarahannya reda,
dia tersiksa bagaikan terbakar api.

Dia tidak terkendali,
bagaikan api terselubung asap.
Ketika kemarahannya meledak,
mengakibatkan orang lain marah juga.

Dia tidak malu dan takut akan keburukan,
ucapannya tidak pantas;
dia yang dikuasai kemarahan,
tak ada satupun tempat berlabuh baginya.

Saya akan sebutkan perbuatan 
yang mendatangkan penderitaan.
Dengarkanlah, karena mereka
jauh dari ajaran yang benar.

Orang marah membunuh ayahnya,
Orang marah membunuh ibunya,
Orang marah membunuh Arahat,
Orang marah membunuh orang awam.

Orang marah membunuh ibunya,
wanita baik yang memberinya kehidupan,
seseorang yang membesarkannya
dan menunjukkan dunia kepadanya.

Mereka, seperti diri sendiri,
diri merekalah yang paling dicintainya;
tetapi orang marah membunuh dirinya dengan berbagai cara,
ketika dihantui berbagai masalah.

Beberapa, bunuh diri dengan pedang;
beberapa, dengan minum racun;
beberapa, gantung diri dengan tambang;
beberapa, loncat ke jurang.

Perbuatan sehubungan dengan pembunuhan makhluk
dan yang menyebabkan terbunuhnya diri sendiri,
saat melakukannya, orang marah tidak menyadari
hal itu terlahir dari kemarahannya.

Inilah jebakan kematian berupa kemarahan
yang bersemayam di relung hati,
seseorang harus memotongnya dengan pengendalian diri,
kebijaksanaan, usaha, dan pandangan benar.

Orang bijaksana harus memotong
kualitas buruk ini,
Berlatih Dhamma-lah sedemikian rupa,
jangan mengalah pada keliaran.

Bebas dari kemarahan,  tanpa masalah,
bebas dari keserakahan, tanpa pendambaan,
jinak, kemarahan telah dimusnahkan,
dia yang tanpa noda mencapai nibbāna.

Rangkuman cara mengatasi kemarahan:
1.        Kurangi keserakahan.
2.        Kembangkan perasaan mudah puas.
3.        Hindari objek yang tidak disukai.
4.        Ingat kerugian ganda dari kemarahan (hati terasa panas & karma buruk baru).
5.        Ingat, kerugian jadi berlipat tiga dengan ditambah oleh tujuh hal yang menyenangkan musuh.
6.        Bila objek tidak bisa dihindari, jangan pikirkan dan perhatikan.
7.        Lihat kualitas baiknya, jangan kualitas buruknya.
8.    Kembangkan mettā, karuṇā, upekkhā (seperti unsur tanah, air, angin, & api), &   kepemilikan   karma.
9.       Renungkan sebagai elemen/unsur. Apakah marah dengan rambutnya, giginya, dll.? Atau apakah marah dengan unsur tanah/air/angin/api pada  rambutnya, giginya, dll.?
10.      Kembangkan meditasi vipassanā.

Inti dari semua cara di atas adalah Pengembangan Kesabaran dan untuk dapat mempunyai kesabaran yang baik seseorang harus bijaksana. Kebijaksanaan terbaik didapat dari bermeditasi dan meditasi terbaik adalah meditasi vipassanā. Jadi, Ber-VIPASSANĀ-lah
Telah banyak cara diuraikan untuk mengatasi kemarahan.
Bila tidak punya banyak waktu, latihlah satu cara saja, yaitu cara ter-AMPUH.
Apa itu? Meditasi Vipassanā.
Jangan sia-siakan hidup yang sungguh mulia dan sangat singkat ini.

Camkanlah baik-baik nasihat Guru Agung kita ini!

“Para bhikkhu, apapun yang seorang guru harus lakukan
– demi kesejahteraan murid-muridnya atas rasa simpati/rasa sayang pada mereka –
telah Saya lakukan untuk kalian.
Di sana ada akar-akar pohon, kuti-kuti (gubuk - tempat) kosong.
Ber-MEDITASI-lah, para bhikkhu, jangan lalai! Jangan sampai menyesal di kemudian hari.
Ini adalah pesan kami pada kalian semua.”  AN -7.74

Kelahiran makhluk di alam bahagia sangatlah sulit

Kelahiran makhluk di alam bahagia sangatlah sulit.

Kita sekarang telah terlahir di alam bahagia, sebagai manusia.
Gunakanlah kesempatan yang sangat sulit didapat ini untuk meraih pencerahan
(menembus Empat Kesunyataan Mulia) di kehidupan ini juga.

Pencerahan hanya bisa didapat melalui kebijaksanaan.
Kebijaksanaan terbaik hanya bisa didapat dari bermeditasi dan
meditasi terbaik adalah meditasi vipassanā.
Maka, Ber-VIPASSANĀ-lah

 

Di bawah ini adalah sutta-sutta yang berisi wejangan Sang Buddha tentang sulitnya seorang makhluk terlahir di alam bahagia.

SN 5 - 12. saccasaṃyuttaṃ - 11. Pañcagatipeyyālavaggo - sutta 102-131

102.Manussacuti-suttaṃ (Meninggal dunia sebagai manusia)

 

Sang Bhagavā manaruh sedikit debu di ujung kuku jari tangan-Nya dan berkata kepada para bhikkhu:

 

“Para bhikkhu, apa pendapat kalian, mana yang lebih banyak: sedikit debu yang Kutaruh di ujung kuku jari tangan-Ku ini atau bumi ini?”

 

“Bhante, bumi ini jauh lebih banyak. Sedikit debu yang Sang Bhagavā taruh di ujung kuku jari tangan hampir tidaklah berarti. Dibandingkan dengan bumi ini, debu yang sedikit tersebut bahkan tidak dapat diperhitungkan, tidak dapat diperbandingkan, bahkan tidak sejumlah sebagian kecil pun.”

 

“Begitu juga, para bhikkhu, hanya sedikit para makhluk yang, ketika meninggal dunia sebagai manusia, terlahir kembali di antara manusia. Tetapi, jauh lebih banyak para makhluk yang, ketika meninggal dunia sebagai manusia, terlahir kembali di neraka. Apakah alasannya? Karena, para bhikkhu, mereka belum melihat Empat Kesunyataan Mulia. Apakah empat hal itu? Kesunyataan Mulia tentang penderitaan, Kesunyataan Mulia tentang asal-mula penderitaan, Kesunyataan Mulia tentang lenyapnya penderitaan, Kesunyataan Mulia tentang jalan menuju lenyapnya penderitaan.”

 

“Oleh karena itu, para bhikkhu, suatu usaha harus dikerahkan untuk memahami: ‘Ini adalah penderitaan.’ … ‘Ini adalah asal-mula penderitaan.’ ... ‘Ini adalah lenyapnya penderitaan.’ Suatu usaha harus dikerahkan untuk memahami: ‘Ini adalah jalan menuju lenyapnya penderitaan.’”

 

 

103.Manussacuti-suttaṃ (Meninggal dunia sebagai manusia)

... “Begitu juga, para bhikkhu, hanya sedikit para makhluk yang, ketika meninggal dunia sebagai manusia, terlahir kembali di antara manusia. Tetapi, jauh lebih banyak para makhluk yang, ketika meninggal dunia sebagai manusia, terlahir kembali di alam binatang. ... ”

104.Manussacuti-suttaṃ (Meninggal dunia sebagai manusia)

... “Begitu juga, para bhikkhu, hanya sedikit para makhluk yang, ketika meninggal dunia sebagai manusia, terlahir kembali di antara manusia. Tetapi, jauh lebih banyak para makhluk yang, ketika meninggal dunia sebagai manusia, terlahir kembali di alam hantu kelaparan. ... ”

105 – 107 Manussacuti-suttaṃ (Meninggal dunia sebagai manusia)

... “Begitu juga, para bhikkhu, hanya sedikit para makhluk yang, ketika meninggal dunia sebagai manusia, terlahir kembali di antara deva. Tetapi, jauh lebih banyak para makhluk yang, ketika meninggal dunia sebagai manusia, terlahir kembali di alam neraka, ... di alam binatang, ... di alam hantu kelaparan. ... ”

108 – 110 Devacuti-suttaṃ (Meninggal dunia sebagai deva)

... “Begitu juga, para bhikkhu, hanya sedikit para makhluk yang, ketika meninggal dunia sebagai deva,[1] terlahir kembali di antara deva.[2] Tetapi, jauh lebih banyak para makhluk yang, ketika meninggal dunia sebagai deva, terlahir kembali di alam neraka, ... di alam binatang, ... di alam hantu kelaparan. ... ”

111 – 113 Devacuti-suttaṃ (Meninggal dunia sebagai deva)

... “Begitu juga, para bhikkhu, hanya sedikit para makhluk yang, ketika meninggal dunia sebagai deva, terlahir kembali di antara manusia. Tetapi, jauh lebih banyak para makhluk yang, ketika meninggal dunia sebagai deva, terlahir kembali di alam neraka, ... di alam binatang, ... di alam hantu kelaparan. ... ”

114 – 116 Nirayacuti-suttaṃ (Meninggal dunia dari alam neraka)

... “Begitu juga, para bhikkhu, hanya sedikit para makhluk yang, ketika meninggal dunia dari alam neraka, terlahir kembali di antara manusia. Tetapi, jauh lebih banyak para makhluk yang, ketika meninggal dunia dari alam neraka, terlahir kembali di alam neraka, ... di alam binatang, ... di alam hantu kelaparan. ... ”

117 – 119 Nirayacuti-suttaṃ (Meninggal dunia dari alam neraka)

... “Begitu juga, para bhikkhu, hanya sedikit para makhluk yang, ketika meninggal dunia dari alam neraka, terlahir kembali di antara deva. Tetapi, jauh lebih banyak para makhluk yang, ketika meninggal dunia dari alam neraka, terlahir kembali di alam neraka, ... di alam binatang, ... di alam hantu kelaparan. ... ”

120 – 122 Tiracchānacuti-suttaṃ (Meninggal dunia dari alam binatang)

... “Begitu juga, para bhikkhu, hanya sedikit para makhluk yang, ketika meninggal dunia dari alam binatang, terlahir kembali di antara manusia. Tetapi, jauh lebih banyak para makhluk yang, ketika meninggal dunia dari alam binatang, terlahir kembali di alam neraka, ... di alam binatang, ... di alam hantu kelaparan. ... ”

123 – 125 Tiracchānacuti-suttaṃ (Meninggal dunia dari alam biatang)

... “Begitu juga, para bhikkhu, hanya sedikit para makhluk yang, ketika meninggal dunia dari alam binatang, terlahir kembali di antara deva. Tetapi, jauh lebih banyak para makhluk yang, ketika meninggal dunia dari alam binatang, terlahir kembali di alam neraka, ... di alam binatang, ... di alam hantu kelaparan. ... ”

126 – 128 Petticuti-suttaṃ (Meninggal dunia dari alam hantu kelaparan)

... “Begitu juga, para bhikkhu, hanya sedikit para makhluk yang, ketika meninggal dunia dari alam hantu kelaparan, terlahir kembali di antara manusia. Tetapi, jauh lebih banyak para makhluk yang, ketika meninggal dunia dari alam hantu kelaparan, terlahir kembali di alam neraka, ... di alam binatang, ... di alam hantu kelaparan. ... ”

129 – 131 Petticuti-suttaṃ (Meninggal dunia dari hantu kelaparan)

... “Begitu juga, para bhikkhu, hanya sedikit para makhluk yang, ketika meninggal dunia dari alam hantu kelaparan, terlahir kembali di antara deva. Tetapi, jauh lebih banyak para makhluk yang, ketika meninggal dunia dari alam hantu kelaparan, terlahir kembali di alam neraka, ... di alam binatang, ... di alam hantu kelaparan. ... ”

 

Pernyataan yang sama dengan sutta-sutta di atas juga dapat di temui di

Aṅguttara Nikāya kelompok 1, bab 16 (ekadhammapāḷi), sub-bab 4 (catutthavaggo), sutta 336-365 (versi DPR & Chattha Sangayana Tipitaka 4.0 – VRI) , 348-377 (versi Bhikkhu Bodhi).

Perbedaan antara sutta-sutta di Saṃyutta Nikāya dan Aṅguttara Nikaya hanyalah bagian paragraf awal dan akhir.

336-338 “Bagaikan, para bhikkhu, hanya sedikit taman-taman, kebun-kebun, pemandangan-pemandangan, dan kolam-kolam lotus yang menyenangkan; jauh lebih banyak bukit-bukit dan tebing-tebing, sungai-sungai yang sulit diseberangi, tempat-tempat yang dipenuhi dengan tuggul-tunggul kayu dan duri, dan gunung-gunung yang sulit dijelajahi, di Jambudīpa ini. Demikian juga, hanya sedikit para makhluk yang, ketika meninggal dunia sebagai manusia, terlahir kembali di antara manusia. Jauh lebih banyak para makhluk yang, ketika meninggal dunia sebagai manusia, terlahir kembali di alam neraka, .... di alam binatang, ...  di alam hantu kelaparan.”

363-365 ... “Begitu juga, para bhikkhu, hanya sedikit para makhluk yang, ketika meninggal dunia dari alam hantu kelaparan, terlahir kembali di antara deva. Tetapi, jauh lebih banyak para makhluk yang, ketika meninggal dunia dari alam hantu kelaparan, terlahir kembali di alam neraka, ... di alam binatang, ... di alam hantu kelaparan.”

 

Untuk membayangkan betapa sulitnya untuk terlahir kembali di alam bahagia dari alam rendah (menderita) mungkin tidaklah terlalu sulit, karena bila kita terjatuh ke alam rendah, jangankan untuk mempraktikkan meditasi, melakukan dana dan melaksanakan sila pun hampir menjadi sesuatu yang mustahil. Oleh karena itu, sangatlah sulit bagi makhluk penghuni alam rendah untuk terlahir kembali menjadi manusia atau dewa. Sang Buddha mengatakan bahwa hal itu bahkan lebih sulit bila dibandingkan dengan kemungkinan seekor penyu buta yang muncul ke permukaan samudera setiap seratus tahun sekali untuk dapat muncul tepat di lubang sebuah pelampung kayu[3] yang terombang-ambing di tengah samudera (Chiggala Sutta, SN 56.47 atau Balapandita Sutta, MN 129).

Namun demikian, untuk membayangkan betapa sulitnya untuk terlahir di alam bahagia dari suatu alam bahagia lainnya (misalnya terlahir sebagai manusia setelah meninggal sebagai seorang manusia atau dewa), mungkin agak sedikit sulit dicerna. Sebagian dari pembaca mungkin berkata, “Kita kan sering berdana dan melakukan kebajikan lainnya! Apakah hal itu belum cukup untuk membuat kita terlahir kembali di alam bahagia?”

Untuk menjawab hal ini, cobalah renungkan keadaan pikiran anda mulai sejak bangun tidur sampai sesaat ketika akan kembali tidur. Mana yang lebih banyak, pikiran yang baik atau yang buruk?  Untuk memudahkannya, silakan baca contoh di bawah ini:

Ketika baru bangun, biasanya seseorang langsung mencari makanan atau minuman, ini adalah kesadaran yang bersekutu dengan keserakahan (lobha). Bila dia mencuci muka atau mandi terlebih dahulu, dapat dipastikan dia akan bercermin untuk memastikan penampilannya sempurna (ini = lobha), tetapi saat dia mendapatkan ada sesuatu yang kurang, rasa tidak suka muncul (ini = dosa). Bila hari libur, maka tidurnya diperpanjang dan bermalas-malasan di ranjang (= moha). Saat mendapatkan makanan atau minumannya tidak sesuai selera, muncul ketidakpuasan (kesal, kecewa, atau bahkan marah = dosa), tetapi bila sesuai dengan selera maka disantapnya dengan penuh nafsu (= lobha). Kemudian dia berpikir tentang kegiatan yang harus dilakukannya hari itu, bila sekiranya akan menyenangkan maka dia gembira (= lobha), bila sebaliknya maka dia kecewa (= dosa), bila biasa-biasa saja tetapi tetap harus melakukannya maka tidak ada semangat dan malas (= moha).  Tidak bisa dipungkiri, bahwa ada juga yang berpikir tentang dana, sila, dan meditasi; tetapi kalau mau jujur, sedikit sekali yang berpikir akan hal tersebut. Sebagian besar hanya berpikir bagaimana menjalankan hari-harinya dengan penuh kesenangan, kegembiraan, dan kebahagiaan; yang ada di pikirannya hanyalah soal uang, makan, musik, film, jalan-jalan, dan berbelanja (= lobha).

Berdasarkan contoh dari kegiatan di atas, terlihat dengan jelas bahwa kesadaran yang tidak baik (akusala citta) sangat mendominasi pikiran seorang manusia. Oleh karena itu, Sang Buddha mengatakan bahwa sangatlah sulit untuk terlahir kembali menjadi manusia atau dewa sekalipun saat ini kita hidup sebagai manusia atau dewa. Bila seseorang tidak menyadari hal ini maka dia akan terus berputar-putar di lingkaran kelahiran dan kematian yang dipenuhi oleh penderitaan.

Saat ini kita semua terlahir sebagai manusia, hidup dengan baik dan layak, dapat mendengarkan Dhamma Mulia, dan bahkan sebagian dari kita dapat berkesempatan untuk mempraktikkannya. Janganlah sia-sia kan kesempatan yang sungguh sangat sulit dicapai ini. Berjuanglah dengan penuh semangat, capailah Damma Mulia (Magga, Phala, & Nibbāna) di kehidupan ini juga.

Semoga semua makhluk hidup berbahagia, damai, dan bebas dari penderitaan. Semoga semua makhluk secepatnya mencapai Nibbāna. Sādhu! Sādhu! Sādhu!

Dutiya Aggi Sutta - AN 7.47 (Tentang Api)

Dutiya Aggi Sutta - AN 7.47
(Tentang Api - II)

"Saat itu brahmana Uggatasarīra[1] telah menyiapkan upacara kurban yang megah/besar. Lima ratus lembu jantan (banteng) telah dibawa ke tempat upacara (pos) kurban untuk dikurbankan. Lima ratus ekor lembu jantan muda … Lima ratus lembu betina muda … Lima ratus kambing … Lima ratus domba telah dibawa ke tempat upacara (pos) kurban untuk dikurbankan.

Kemudian brahmana Uggatasarīra pergi mengunjungi Sang Bhagavā, setelah bertegur sapa dengan ramah dan duduk di satu sisi, dia berkata kepada Sang Bhagavā, “Tuan Gotama, saya mendengar bahwa menyalakan api kurban dan mendirikan tempat upacara kurban adalah hal yang mendatangkan banyak manfaat dan jasa yang berlimpah.”

“Saya juga, brahmana, telah mendengar hal itu, bahwa menyalakan api kurban dan mendirikan tempat upacara kurban adalah hal yang mendatangkan banyak manfaat dan jasa yang berlimpah.”

Untuk kedua kalinya … Untuk ketiga kalinya berkata kepada Sang Bhagavā, “Tuan Gotama, saya mendengar bahwa menyalakan api kurban dan mendirikan tempat upacara kurban adalah hal yang mendatangkan banyak manfaat dan jasa yang berlimpah.”

“Saya juga, brahmana, telah mendengar hal itu, bahwa menyalakan api kurban dan mendirikan tempat upacara kurban adalah hal yang mendatangkan banyak manfaat dan jasa yang berlimpah.”
“Bila demikian, Tuan Gotama dan saya mempunyai pendapat yang sama.”

Ketika hal ini dikatakan, bhante Ānanda berkata kepada brahmana Uggatasarīra, “Brahmana, para Tathāgata jangan ditanya dengan cara seperti ini, “Saya telah mendengar, Tuan Gotama, bahwa menyalakan api kurban dan mendirikan tempat upacara kurban adalah hal yang mendatangkan banyak manfaat dan jasa yang berlimpah.” Para Tathāgata seharusnya ditanya dengan cara seperti ini, “Bhante, saya ingin menyalakan api kurban dan mendirikan tempat upacara kurban. Tolong Sang Bhagavā nasihati saya sehingga hal itu akan membawa kesejahteraan dan kebahagiaan bagi saya untuk jangka waktu yang lama.”

“Kemudian brahmana Uggatasarīra berkata kepada Sang Bhagavā, “Tuan Gotama, saya ingin menyalakan api kurban dan mendirikan tempat upacara kurban. Tolong Sang Bhagavā nasihati saya sehingga hal itu akan membawa kesejahteraan dan kebahagiaan bagi saya untuk jangka waktu yang lama.”

“Brahmana, seseorang yang menyalakan api kurban dan mendirikan tempat upacara kurban, bahkan sebelum dia melakukan upacara kurban, dia memunculkan tiga pisau yang merupakan hal buruk dan menyebabkan penderitaan sebagai akibatnya. Apa tiga pisau tersebut? Pisau jasmani, pisau ucapan, dan pisau pikiran.”

“Brahmana, seseorang yang menyalakan api kurban dan mendirikan tempat upacara kurban, bahkan sebelum dia melakukan upacara kurban, dia memunculkan pikiran seperti ini, ‘Bunuh sejumlah lembu jantan (banteng) untuk kurban! Bunuh sejumlah lembu jantan muda untuk kurban! Bunuh sejumlah lembu betina muda untuk kurban! Bunuh sejumlah kambing untuk kurban! Bunuh sejumlah domba untuk kurban!’ Dia berpikir, ‘Saya melakukan perbuatan berjasa (puñña),’ padahal dia melakukan perbuatan tidak berjasa. Dia berpikir, ‘Saya melakukan perbuatan baik (kusala),’ padahal dia melakukan perbuatan buruk. Dia berpikir, ‘Saya berusaha untuk menempuh jalan ke alam bahagia,’ padahal dia berusaha menempuh jalan ke alam menderita. Seseorang yang menyalakan api kurban dan mendirikan tempat upacara kurban, bahkan sebelum dia melakukan kurban, dia memunculkan pisau pertama ini, pisau pikiran, yang merupakan hal buruk dan menyebabkan penderitaan sebagai akibatnya.”

“Sekali lagi, Brahmana, seseorang yang menyalakan api kurban dan mendirikan tempat upacara kurban, bahkan sebelum dia melakukan upacara kurban, dia mengucapkan kata-kata seperti ini, ‘Bunuh sejumlah lembu jantan (banteng) untuk kurban! Bunuh sejumlah lembu jantan muda untuk kurban! Bunuh sejumlah lembu betina muda untuk kurban! Bunuh sejumlah kambing untuk kurban! Bunuh sejumlah domba untuk kurban!’ Dia berpikir, ‘Saya melakukan perbuatan berjasa,’ padahal dia melakukan perbuatan tidak berjasa. Dia berpikir, ‘Saya melakukan perbuatan baik,’ padahal dia melakukan perbuatan buruk. Dia berpikir, ‘Saya berusaha untuk menempuh jalan ke alam bahagia,’ padahal dia berusaha menempuh jalan ke alam menderita. Seseorang yang menyalakan api kurban dan mendirikan tempat upacara kurban, bahkan sebelum dia melakukan kurban, dia memunculkan pisau kedua ini, pisau ucapan, yang merupakan hal buruk dan menyebabkan penderitaan sebagai akibatnya.”

“Sekali lagi, Brahmana, seseorang yang menyalakan api kurban dan mendirikan tempat upacara kurban, bahkan sebelum dia melakukan upacara kurban, dia melakukan persiapan untuk membunuh sejumlah lembu jantan (banteng) untuk kurban! ... sejumlah lembu jantan muda untuk kurban! ... sejumlah lembu betina muda untuk kurban! ... sejumlah kambing untuk kurban! ... sejumlah domba untuk kurban!’ Dia berpikir, ‘Saya melakukan perbuatan berjasa,’ padahal dia melakukan perbuatan tidak berjasa. Dia berpikir, ‘Saya melakukan perbuatan baik,’ padahal dia melakukan perbuatan buruk. Dia berpikir, ‘Saya berusaha untuk menempuh jalan ke alam bahagia,’ padahal dia berusaha menempuh jalan ke alam menderita. Seseorang yang menyalakan api kurban dan mendirikan tempat upacara kurban, bahkan sebelum dia melakukan kurban, dia memunculkan pisau ketiga ini, pisau jasmani, yang merupakan hal buruk dan menyebabkan penderitaan sebagai akibatnya.”

 “Brahmana, seseorang yang menyalakan api kurban dan mendirikan tempat upacara kurban, bahkan sebelum dia melakukan upacara kurban, dia memunculkan tiga pisau ini yang merupakan hal buruk dan menyebabkan penderitaan sebagai akibatnya. Apa tiga pisau tersebut? Pisau jasmani, pisau ucapan, dan pisau pikiran.”

“Brahmana, tiga api ini harus ditinggalkan, dihindari, dan jangan di kembangkan. Apa tiga api tersebut? Api nafsu, api kebencian, dan api kebodohan.”

“Dan kenapa, brahmana, api nafsu harus ditinggalkan, dihindari, dan jangan di kembangkan? Seseorang yang ditaklukkan oleh nafsu, yang pikirannya dikuasai oleh nafsu, akan melakukan perbuatan buruk melalui jasmani, ucapan, dan pikiran. Sebagai akibatnya, saat tubuhnya hancur, setelah meninggal, dia terlahir di alam menderita, di alam yang tidak baik, di alam rendah, di neraka. Oleh karena itu, api nafsu ini harus ditinggalkan, dihindari, dan jangan di kembangkan.”

“Dan kenapa, brahmana, api kebencian harus ditinggalkan, dihindari, dan jangan di kembangkan? Seseorang yang ditaklukkan oleh nafsu, yang pikirannya dikuasai oleh nafsu, akan melakukan perbuatan buruk melalui jasmani, ucapan, dan pikiran. Sebagai akibatnya, saat tubuhnya hancur, setelah meninggal, dia terlahir di alam menderita, di alam yang tidak baik, di alam rendah, di neraka. Oleh karena itu, api kebencian ini harus ditinggalkan, dihindari, dan jangan di kembangkan.”

“Dan kenapa, brahmana, api kebodohan harus ditinggalkan, dihindari, dan jangan di kembangkan? Seseorang yang ditaklukkan oleh nafsu, yang pikirannya dikuasai oleh nafsu, akan melakukan perbuatan buruk melalui jasmani, ucapan, dan pikiran. Sebagai akibatnya, saat tubuhnya hancur, setelah meninggal, dia terlahir di alam menderita, di alam yang tidak baik, di alam rendah, di neraka. Oleh karena itu, api kebodohan ini harus ditinggalkan, dihindari, dan jangan di kembangkan.”

“Brahmana, itulah tiga api yang harus ditinggalkan, dihindari, dan jangan di kembangkan.”

“Brahmana, tiga api ini harus dihormati, dipuja, dan dijaga dengan sungguh-sungguh dan penuh suka cita. Apa tiga api tersebut? Api yang layak dimuliakan, api perumah tangga, dan api yang layak menerima persembahan.”

“Dan apakah, brahmana, api yang layak dimuliakan? Dalam ajaran ini, brahmana, ibu dan ayah adalah api yang layak menerima pujaan. Apa alasannya? Karena dari merekalah seseorang berasal. Oleh karena itu, api yang layak dimuliakan ini harus dihormati, dipuja, dan dijaga dengan sungguh-sungguh dan penuh suka cita.”

  “Dan apakah, brahmana, [yang dimaksud dengan] api perumah tangga? Dalam ajaran ini, brahmana, anak, istri, budak, pelayan, dan para pekerja adalah api perumah tangga. Oleh karena itu, api perumah tangga ini harus dihormati, dipuja, dan dijaga dengan sungguh-sungguh dan penuh suka cita.”

“Dan apakah, brahmana, api yang layak menerima persembahan? Dalam ajaran ini, brahmana, para petapa dan brahmana yang menghindari zat-zat yang memabukkan dan kelengahan; yang mantap dalam kesabaran dan kelembutan; yang melatih, menaklukkan, dan menenangkan dirinya untuk pencapaian nibbāna adalah api yang layak menerima persembahan. Oleh karena itu, api yang layak menerima persembahan ini harus dihormati, dipuja, dan dijaga dengan sungguh-sungguh dan penuh suka cita.”

“Brahmana, itulah tiga api yang harus dihormati, dipuja, dan dijaga dengan sungguh-sungguh dan penuh suka cita.”

“Tetapi, brahmana, api dari kayu bakar, di saat tertentu harus dinyalakan, di saat tertentu harus dijaga dengan netral, di saat tertentu harus dipadamkan, dan di saat tertentu harus disingkirkan.”

Setelah hal ini dikatakan, Brahmana Uggatasarīra berkata kepada Sang Bhagavā, “Luar biasa, Tuan Gotama! Luar biasa, Tuan Gotama! Sudilah Tuan Gotama mengingat saya sebagai upāsaka yang mulai hari ini mengambil perlindungan untuk selamanya (seumur hidup). Tuan Gotama, saya [akan] bebaskan lima ratus ekor lembu jantan dan membiarkan mereka hidup. Saya [akan] bebaskan lima ratus ekor lembu jantan muda dan membiarkan mereka hidup. Saya [akan] bebaskan lima ratus ekor lembu betina muda dan membiarkan mereka hidup. Saya [akan] bebaskan lima ratus ekor kambing dan membiarkan mereka hidup. Saya [akan] bebaskan lima ratus ekor domba dan membiarkan mereka hidup. Biarkan mereka makan rumput hijau, minum air yang sejuk, dan menikmati udara yang sejuk.”

Kamis, 10 September 2015

BUKU TJIAMSI KWAN IM

BUKU TJIAMSI KWAN IM

BUKU TJIAMSI PERUNTUNGAN

KWAN IM HOED TJOUW
LENGKAP DENGAN PENJELASANNYA

NO.1 KAK CU

Makna Lambang

Ciamsi ini menggambarkan Pouw Kong mengusir lima malaikat Geledek.Dijaman Dinasti song hiduplah seorang hakim bijaksana bernama Pauw Bun Cim ,dengan wibawa dan kejujuranya ia berhasil menghalau lima malaikat geledek yang diperalat untuk melakukan tindakan kejahatan.Perkara gelap yang sudah lama terjadi ini merupakan fitna jahat Thio Se – tin,sukur perkara ini akhirnya dapat di bikin terang.

Bunyi Sair :

Sang surya menyingsing angin mega pecah ambyar.
sinar panas memancar terang seluruh alam dunia lebar.
masa depan selanjutnya akan membusi jalan raya mayar.
Segala sesuatu teguh selamat,semua gangguan membuyar.

Selayang Pandang:

Rintangan gelap tergeser pergi oleh dorongan bintang kejayaan.Berlakulah murah hati ,gemar beramal akan menambah kelancaran usaha.disaat hidup senang sebaiknya jangan melalaikan pengalaman getir yang sudah lampau.

Pedoman Jawaban :

01.PERDAGANGAN SEAMAT LANCAR.
02. MENCARI HARTA SANGAT BERHASIL.
03. DALAM RUMAH BUATLAH SEDEKAHAN.
04. PERMULAAN TAHUN BERUNTUNG.
05. PERJODOHAN AKUR REMPUK.
06. ORANG BERPERGIAN SEGERA NAMPAK.
07. BERITA SURAT LANTAS SAMPAI.
08. KEHILANGAN BARANG PARANYA SELATAN.
09. PEREMBUKAN TINGGAL ADEM.
10. PERSELISIHAN TIDAK BAHAYA.
11. BUAT SISAKIT TIDAK BAHAYA.
12. KEHAMILAN MELAHIRKAN PUTERA LAKI2.

NO. 2 TET THIU

Makna lambang

Ciamsi ini menggambarkan Sih Jin Kwie berkeluh kesah sambil berlutut memanjatkandoa di bawah sinar bulan purnamasang dewi rembulan.tatkala dinasta tong,tersebutlah seorang pemuda bernama sih jin kwie terkenal sebagai pemuda berhati bersih dan mulia,berjasa besar. namun Thio Soe Kwie sebagai Sianbong yang mengepalai pasukan besar secara diam – diam merahasiakan jasa -jasanya itu malah merebut pahala yang semestinya menjadi bagianya .syukurlah kasus ini belakangan di bongkar oleh Jenderal Oetti Kiong,Setelah Sih jin kwie berhasil menaklukan Ko le Tiauw Sian kok ,Kaisar Lie Sie Bin Memberikan anugerah dan pangkat raja muda Ping Liauw Ong.

Bunyi Sair:
Mega buyar bulan memancarkan sinar gemilang.
Tak perlu berprasangka meributi nasib mendatang.
Sejak dahulu persoalan jodoh seolah-olah sudah tergalang.
Segala sesuatu runtut selamat,usaha berjalan antang.

Selayang Pandang:
Kalau malam sudah semakin larut,dan fajar pun ganti menyingsing. Buah pengalaman yang sudah silam perlu di ingat dan dijadikan contoh untuk menambah kebersihan batin. Asam di gunung garam di laut,menunjukkan daya guna Rumah Tangga Baru bagi dunia.
Pedoman Jawaban:
01.PERDAGANGAN TEGUH ANTANG.
02.MENCARI HARTA AKAN BERHASIL.
03.RUMAH TANGGA JAYA MAKMUR.
04.DIRI PRIBADI SEDANG RAHARJA.
05.PERJODOHAN MENGEMBIRAKAN SAMA-SAMA.
06.ORANG BEROERGIAN SEGERA SAMPAI.
07.BERITA SURAT SELEKAS NAMPAK.
08.BARANG HILANG TIDAK BERJAUHAN.
09.HARAPAN REMBUK TERLAKSANA.
10.PERSELISIHAN HARUS TAHAN SABAR.
11.ORANG SAKIT ADA KESAMARAN.
12.KEHAMILAN MELAHIRKANANK LAKI-LAKI.

NO. 3 PIA IEN

Makna Lambang
Ciamsi ini melukiskan waktu Lauw Pie,Koan Kong dan Thio Hwie sedang angkat saudara di kebun buah persik. Bertemunya jodoh antara hati ke hati melebihi kekalnya saudara sekandung.Hal tersebut seolah-olah sudah terjalin dalam kehidupan masa lampau. Memenuhi janji dan menetapi kewajiban adalah marga menanjak pambek tinggi,derajat luhur.
Bunyi Sair:
Dari dalam jalannya harta nampaklah kenyataan perlahan-lahan,Pada umumnya kalau bunga sudah gogrok berpentilahbiji-bijian;berlega hati menyaksikan Kwie-hoe berkembang di pertengahan bulan 8,Si jejaka mungkin melihat berubahnya sifat kesejahteraan.
Selayang Pandang:
Sepanjang kehidupan ini memang banyak diuji dengan goda dan aral,paling utama bisa sabar dan tawakal. Selamanya “sebab” sering menelurkan “akibat”,sebaiknya berlaku hati-hati dalam ketenangan. Peganglah teguh contoh kebenaran seperti Lauw Koan dan Thio yang angkat saudara menjadi buah pujian.
Pedoman Jawaban:
01.PERDAGANGAN BEROLEH LABA LEBIHAN.
02.MENCARI HARTA MELULU PEMIKIRAN.
03.DALAM RUMAH MENEMUI KEGIRANGAN. 04.PERMULAAN TAHUN JAYA RAHAYU.
05.PERJODOHAN BERAKHIR SELAMAT.
06.ORANG BERPERGIAN LAMBAT SAMPAI.
07.BERITA SURAT MENUNGGU WAKTU.
08.BARANG HILANG KE TIMURSELATAN
09.PEREMBUKAN DAN HARAPAN TERCAPAI.
10.PERSELISIAN HARUS DIDAMAIKAN.
11.ORANG SAKIT MINTALAH BERKAH.
12.KEHAMILAN MELAHIRKAN ANAK PEREMPUAN.

NO. 4 TING BAUW
Makna Lambang
Ciamsi ini melukisakan waktu Ce Thian Tay Sing Sun Go Kong melewati bukit api-Hwe Yam San. Dunia merupakan medan pergulatan dan pertempuran,penuh marabahaya,banyak aral dan goda. Untuk mengatasi semua itu dan melainkan dengan senjata sabar dan keuletan,tidak takut susah dan payah,akhirnya pasti akan mencapai kemenangan yang diidam-idamkan.
Bunyi Sair:
Jasa-jasa kemajuan untuk masa depan belum saatnya tiba,
Seiring dengan jangka nasib banyak tantangan mencoba,
Dikhawatirkan kedua rumah akan kehilangan tak terduga,
Sebaiknya sabar antul,jangan ribut sesal meraba-raba.
Selayang Pandang:
Kehidupan manusia ibarat wayang kulit yang dijajar di atas bantalan debok, hanya menjadi tontonan dan dimainkan sekehendak sang Dalang. Siapakah dalang yang tidak kelihatan itu? Ingat dan tenang. Hwe Yam San, bukit api yang begitu dahsyat toh dapat dipadamkan hanya dengan Kipas Daun Pisang,sepele bukan.
Pedoman Jawaban:
JAGALAH PERDAGANGAN BERHATI-HATI.
MENCARI HARTA SUKAR SERAT.
DALAM RUMAH JAGA KEHILANGAN.
SIAP WASPADA PADA PERMULAAN TAHUN.
HAL PERJODOHAN KURANG RUNTUT.
ORANG BERPERGIAN BELUM BERANGKAT.
BERITA SURAT BELUM SAMPAI.
BARANG HILANG SUKAR DICARINYA.
PEREMBUKAN TIDAK BISA TERJADI.
PERSELISIHAN JADI SENGKETA.
ORANG SAKIT TERKENA GODA.
KEHAMILAN PERLU MENJAGA BENCANA.

NO. 5 Bouw Sin
Makna Lambang
Ciamsi ini menceritakan Houw Wan menolong nona Hong Kiau dan ibunya dari bencana. Karena lamarannya ditolak,Ma Thiok yang jahat menculik nona Hong Kiau,ibu dan anak ini jadi sengsara. Tanpa menghiraukan bahaya yang dihadapi Houw Wan menolong mereka meloloskan diri dan mengantar mereka ke kota Han-Yang yang aman.

Bunyi Sair:
Berlatihlah adem tenang dengan pikiran lega merdeka.
Dengan sendirinya suasana tentram jauh malapetaka,
Harta kekayaan ada kalanya tiada tersangka,
Segar selamat lebih senang daripada memiliki pusaka

Selayang pandang:
Semua makhluk yang tercipta dipermukaan bumi seperti sudah membawa bakat hidup berikut dayaguna masing-masing. Kekuasaan kodrat tak dapat diubah kemauan melalui kepandaian manusia, melainkan bisa diperbaiki dengan membuat kebajikan menurut jalannya ilmu sejati. Demikian dunia miskin manusia sempurna.

Pedoman jawaban:
PERDAGANGAN BEROLEH LABA BESAR
MENCARI HARTA AKAN BERHASIL
RUMAH TANGGA SELAMAT KEWARASAN
PERMULAAN TAHUN BAHAGIA
PERJODOHAN AKAN JADI BAIK
ORANG BERPERGIAN LEKAS SAMPAI
BERITA SURAT TELAH BERDEKATAN
BARANG HILANG DI DALAM RUMAH
PEREMBUKAN MENEMUI KEGAGALAN
PERSELISIHAN TIDAK MEMBAHAYAKAN
ORANG SAKIT HARUS MEMBAYAR KAULA
KEHAMILAN MELAHIRKAN PUTERALAKI-LAKI

NO. 6 KIE CIE
Makna Lambang
Ciamsi ini melukiskan jembatan Lok Yang-Kio Mengejawatahkan Dewi sujud sering menggetarkan kekuatan tenaga gaib yang sukar diraba. Misalnya pembangunan jembatan Lok Yang-Kio,lantaran membawa manfaat besar bagi kepentingan umum telah mendapat bantuan pengaruh mujijad yang sangat mengherankan Dunia maha luas penuh berisi keganjilan.

Bunyi Sair:
Mau menyeberangi sungai panjang airnya lagi berbadai,
Perahu tambangan terikat teguh tidak terlanggar bilahi,
Tinggallah tenang di rumah menyebar luas kebajikan dan budi,
Menanti tibanya saat ibarat ikan mendapatkan air kembali.

Selayang Pandang:
Sejak dahulu dianjurkan menggalang jembatan, membetulkan jalanan adalah besar berkah manfaatnya. Karena bagi siapa memayarkan orang lain,tidaklah beda memayarkan diri sendiri. Diumpamakan menanam semangka mengunduh semangka, menyebar kacang panen kacang.

Pedoman Jawaban:
DALAM BERDAGANG HARUS HATI-HATI.
MENCARI HARTA AKAN BERHASIL
RUMAH TANGGA JAGA KERIBUTAN,
PERMULAAN TAHUN ADA GODA KECIL
SOAL PERJODOHAN AKUR RUNTUT.
ORANG BERPERGIAN BELUM SAMPAI
BERITA SURAT TERLAMBAT.
BARANG HILANG LARINYA JAUH
HAL PEREMBUKAN BANYAK KOSONG.
PERSELISIHAN BERBUNTUT BAHAYA.
ORANG SAKIT JAGA KESAMARAN.
KEHAMILAN MELAHIRKAN PUTERA LAKI-LAKI

NO. 7 KHEE NGOUW
Makna lambing
Ciamsi ini dinamakan pertemuan Sam Goan Hwe. Setelah membinasakan perusuh Khay Souw Bun, Jenderal Sie Jin Kui mendapat karunia, diangkat sebagai Raja Muda Ping Liauw Ong yang berkedudukan dan memerintah di wilayah San Sai. Besarlah rasa beruntung untuk menikmati kemuliaan hidup kumpul bersama kedua istrinya yang sudah berpisah selama dua belas tahun. Namun disamping senang hatinya pun kecewa karena salah membunuh putranya Sie Ting San yang tanpa disengaja.

Bunyi Sair:
Sepanjang hidup mengenyam kemulian berwibawa tinggi,
Gedung indah memangku jabatan mentereng namanya wangi,
Selamanya pulung kesinggahan berupa buah keluhuran budi,
Suami istri runtut selamat setibanya tua ibarat mimi.

Selayang Pandang:
Meskipun sudah berkedudukan tinggi toh Sie Jin Kui masih tidak luput tersandung halangan 3 tahun di pembuian. Di sini digambarkan secara jelas dan nyata bahwa kehidupan dunia fana tak ada sifat kekal. Selagi matahari dan bulan diangkasa toh ada kalanya terbentur gerhana. Sebaliknya jangan mengeluh antara duka dan duka yang senantiasa berdampingan, kalau ada siang tentu ada malam selekasnya gelap lewat segera benderang kembali datang.

Pedoman Jawaban:
PERDAGANGAN MENDAPAT LABA.
MENCARI HARTA ADA HASILNYA.
RUMAH TANGGA PERLU DIJAGA.
PERMULAAN TAHUN BAHAGIA.
PERJODOHAN AKUR RUNTUT.
ORANG BERPERGIAN SUDAH BERANGKAT.
BERITA SURAT HAMPIR SAMPAI.
BARANG HILANG KE BARAT SELATAN.
PEREMBUKAN AKHIRNYA TERJADI.
PERSELISIHAN ADA PENYESALAN.
ORANG SAKIT MINTALAH BERKAH.
KEHAMILAN MELAHIRKAN PUTERA LAKI-LAKI

NO. 8 SIN BIE

Makna Lambang
Ciamsi ini menggambarkan Kang Tiong Lip dengan baginda Ing Lok Kun ketika dinasti Bing. Bertemunya menteri pandai dengan Raja bijaksana telah menyetuskan buah pekerjaan yang mengagumkan, tidaklah beda saudagar pintar dibantu oleh kawan aktip dasar cerdik hingga membabar peranan besar.

Bunyi Sair:
Pulung wibawa dapat kedudukan mengangkat diri berharga,
Kaya dan mulianya masa depan sungguhlah tidak terhingga,
Saat jaya ibarat hujan dilangit bersih tanpa bermega,
Sinar gemilang bulan purnama menerangi ketiga alam surga.

Selayang Pandang:
Tentang bertemunya kumpul antar raja dan menterinya, majikan dan pegawainya, seperti juga halnya suami dan istri yang sering terjadi diluar dugaan. Itulah duduk letaknya perkataan “jodoh”, kalau daya gelap dan daya terang tidak kelihatan menciptakan isi dunia, begitu pula bertemunya jodoh akan membakar terciptanya sesuatu yang baru.

Pedoman Jawaban:
USAHA DAGANG AKAN BERHASIL.
MENCARI HARTA BISA KESAMPAIAN.
DALAM RUMAH ADA DURJANA.
PERMULAAN TAHUN JAYA BAHAGIA.
HAL PERJODOHAN AMAT BERUNTUNG.
ORANG BERPERGIAN TANGGAL PERTENGAHAN.
BERITA SURAT BULAN TUA.
BARANG HILANG SEGERA TERDAPAT.
SOAL PEREMBUKAN AKAN TERJADI.
PERSELISIHAN BATAL JUGAR.
ORANG SAKIT TIDAK MENYAMARKAN.
KEHAMILAN AKAN LAHIR WANITA.

NO. 9 JIEM SIN
Makna lambang
Ciamsi ini menggambarkan Saat So Cin Pulang Desa setelah memangku Jabatan Tinggi. So Cin adalah seorang gunawan diakhir jaman Jun Jiu permulaan dinasti Cin. Karena dihina oleh keluarganya,tekad mendorongnya giat belajar sampai paha sendiri ditusuki jarum manakala mengantuk. Saking besarnya tirakat di dalam ramai,kemudian dia menjabat Patih dari 6 kerajaan hingga namanya megah jadi buah bibir orang banyak sampai sekarang ini.

Bunyi Sair:
Jikalau kau ingin menanya tenteng rahasia dilubuk hati.
Bagi siapa menimbun kebajikan selalu berlebihan rejeki,
Kekayaan kekal,keturunan jaya,suasana gembira silih berganti,
Tidak dahulu tidak sekarang rumah tangga teguh abadi.

Selayang Pandang:
Sarjana kuno kebanyakan dilahirkan dari gubug atap yang bocor reyot. Misalnya Auw-yang Siu belajar menulis di atas pasir,karena tidak mampu beli kertas. Thia Ing kalau malam membaca dibawah sinar kunang-kunang dalam setoples. Barang siapa betah makan pahit didalamnya pahit, barulah bisa menjadi manusia di atas manusia.

Pedoman Jawaban:
PERDAGANGAN MAJU LANCAR
MENCARI HARTA ADA HASILNYA
RUMAH TANGGA MENEMUI KEGIRANGAN
PERMULAAN TAHUN JANGAN RAKUS
PERJODOHAN AKUR RUNTUT
ORANG BERPERGIAN SEGERA SAMPAI
BERITA SURAT TANGGAL PERTENGAHAN
BARANG HILANG LARINYA BARAT UTARA
PEREMBUKAN MENJENGKELKAN HATI
PERSELISIHAN AKAN BERLARUT-LARUT
ORANG SAKIT MINTALAH BERKAH
KEHAMILAN MOHONLAH SAWAB

NO. 10 KUI IU
Makna Lambang
Ciamsi ini menggambarkan bidadari yang turun dikotaraja mengantarkan seekor anak kelinci. Raja ini memang amat berwibawa dan disegani,namun hidupnya penuh sesal dan kecewa karena tidak dikaruniai putera mahkota sebagai pewaris kerajaan yang didirikannya. Berulang kali sembayang memohon kepada Tuhan Yang Maha Kuasa,turunlah bidadari yang memberinya seekor kelinci. Maka sadarlah Baginda Raja bahwa dirinya takkan pemperoleh keturunan.

Bunyi Sair:
Timbulnya keinginan baik dan buruk ibarat bayangan yang mengikuti bentuk. Itulah gambar biji yang kelak akan membabarkan pentilnya buah dan timbulnya sebab dan akibat. Sedekah sembayang untuk mohon berkah,hasilnya seperti raja lalim diberi anak kelinci.

Pedoman Jawaban”
PERDAGANGAN LANCAR SEMANGAT
MENCARI HARTA ADA HASILNYA
RUMAH TANGGA AKAN BERGIRANG
PERMULAAN TAHUN BAHAGIA
PERJODOHAN AKUR RUNTUT
ORANG BERPERGIAN HAMPIR SAMPAI
BERITA SURAT SEGERA DATANG
BARANG HILANG TIADA JAUH
PEREMBUKAN ADA HARAPAN JADI
PERSELISIHAN HARUS SABAR HATI
ORANG SAKIT TAK USAH KHAWATIR
KEHAMILAN MELAHIRKAN PUTERA LAKI-LAKI

NO. 11 KAK BAUW
Makna Lambang
Ciamsi ini melambangkan lima Siluman Tikus sedang bikin onar di kota Tang-Kia. Mendekati akhiar dinasti Lam-Song (Song Selatan). Rajanya lemah bagi durjana. Rakyatnya juga banyak yang jahat dan serakah. Sebagai peringatan Weleh,Thian menurunkan lima siluman tikus untuk membuat huru hara dan menimbulkan keributan,yang akibatnya menjadi mala petaka besar. Peristiwa menjadi pengugah bijak.

Bunyi Sair:
Kemurkaan alam merupakan hujan angin tiada sewajarnya,
Sejak dahulu bencana alam selalu membuat Negara teramat rusak,
Rumah tangga baru apes,tidaklah kurang aral godanya,
Saudara pisah,keluarga cedera selaku siksa deritanya.

Selayang Pandang:
Senang,susah,bahagia atau celaka tiada berpintu marga,melainkan orang itu sendirilah yang mengundangnya. Maka camkanlah selalu ujat-ujar kuno;dari pada menumpuk serta benda,lebih bermanfaat menimbun dana bajik,kelak setelah meninggal pertandaan batu tiada banyak diucik-ucik. Disinilah letaknya,orang tua,guru dan agama mengajarkan orang agar selalu menjadi baik.

Pedoman Jawaban:
PERDAGANGAN SURUT RUNTUH
MENCARI HARTA SUKAR DAPAT
RUMAH TANGGA SERING SEDEKAH
PERMULAAN TAHUN ADA GODA JAHIL
PERJODOHAN KURANG BERMANFAAT
ORANG BEPERGIAN BELUM DATANG
BERITA SURAT TIDAK NAMPAK
BARANG HILANG SUKAR DICARI
PEREMBUKAN MELULUH KOSONG BELAKA
PERSELISIHAN BERBUNTUT BAHAYA
ORANG SAKIT TIADA MENGAPA
KEHAMILAN MELAHIRKAN ANAK LAKI-LAKI

NO. 12 IET HAI
Makna Lambang
Ciamsi ini menggambarkan waktu kaisar Lie Sie Bin terjeblos dalam Lumpur di tepi laut. Kisah ini terjadi saat kaisar Lie Sie Bin kepergok dengan Khay Souw Bun musuh bebuyutannya yang hendak membunuhnya,saking ketakutan baginda Lie Sie Bin mengaburkan kudanya kearah laut yang akhirnya terjeblos dalam endut.Peristiwa yang hamper merenggut jiwanya ini justru menjadi membuka jalan bagi pertemuannya dengan Sih Jin Kwie pahlawan cagak Negara yang pernah muncul dalam impiannya,ternyata ksatria yang selama ini diidamkan telah menolong jiwanya.
Bunyi Sair:
Bergolak gelombang sungai Tiang –kang mulai tenang,Sejak sekarang menanjak segera terhindar dari aral rintanga;Manusia baik biar menemukan susah selalu ada orang yang menolongnya,Palang goda habis dilalui menginjak jalanan datar lapang.

Selayang Pandang;

Tertimpa bahaya namun lolos dari kematian,ini menandakan orang itu rejekinya besar .yaitu rejeki yang berupa pribudi bajik dalam kehidupan yang sudah lewat.kalau saja dalam kehidupan sekarang selalu berbuat kebaikan, besar kemungkinanya akan membawa kekayaan yang kekal turun temurun.

Pedoman Jawaban;

PERDAGANGAN BERHASIL BAIK
MENCARI HARTA ADA HARAPAN
RUMAH TANGGA JAWA RAHAYU
BADAN PRIBADI BAHAGIA
PERJODOHAN CUKUP MENYENANGKAN
ORANG BERPERGIAN HAMPIR DEKAT
BERITA SURAT KABAR GIRANG
BARANG HILANG JANGAN DIRIBUTI
PEREMBUKAN AKAN TERLAKSANA
PERSELISIHAN TIDAK BERBAHAYA
ORANG SAKIT SEGERA SEMBUH
KEHAMILAN AKAN MELAHIRAN ANAK PEREMPUAN

NO. 13 PIA CU

Makna lambang

Ciamsi ini menggambarkan lukisan malaikat Lui Pok Thai-Swe.
Lukisan ini hendak memberikan bayangan samara-samar bahwa
Kemusnahan suatu kota akan bergantinya penduduk dengan manusia baru,
Memang semua ini seperti sudah ditakdirkan oleh kekuasaan agung yang tidak kelihatan .hal ini di ibaratkan mencegah para pengungsi yang lewat di kota itu.

Bunyi sair;

Kalau nasip memasuki garis apes Lo Pok yang sial dangkal,
Sia sialah orang yang mau coba lolos menggunakan kepintaran akal;
Membuat sedekah,memohon berkah bukanlah berarti tawakal,
Melepas darat naik perahu terperosok Lumpur endut merangkal.

Selayang Pandang:
Serba tergelar telah membawa batas waktu kerusakan masing-masing dengan lambang dimana kulit atau lapis dalam yang tiada nampak jelas. Selekasnya takdir kesirnaan tiba akan tak dapat ditolak punah lagi,meliputi segenap jenis berjiwa sampaipun tetumbuhan,demikian juga mengenai keruntuhan Negara,kota dan rumah tangga.

Pedoman Jawaban:
PERDAGANGAN GERIGITI POKOK.
MENCARI HARTA HANYA SIA-SIA.
RUMAH TANGGA LAGI SURAM.
PERMULAAN TAHUN ADA BENCANA.
PERJODOHAN TIDAK BAHAGIA.
ORANG BEPERGIAN TERHALANG.
BERITA SURAT BELUM DATANG.
BARANG HILANG SUKAR DICARINYA.
PEREMBUKAN MEMBAWA REJEKI.
PERSELISIHAN MINTALAH BERKAH.
ORANG SAKIT ADA PERTOLONGAN.
KEHAMILAN ADA TITIK-TITIK SAMAR.

NO. 14 T I N G THIO

Makna Lambang
Ciamsi ini melambangkan Tik Jing Memukul Negeri se Liauw Karena terseret Tik Jing membawa pasukannya menggempur negeri Tan Tan,tapi kesalahan ini justru membawa berkah baginya ia menikah dengan Pat Po Kiongcung,putri cantik yang memiliki kesaktian dan kaya dengan berbagai macam jejimat. Gara-gara kesalahan itu pulalah,atas bantuan istrinya dengan jejimatnya yang sakti itu ia berhasil melumpuhkan kerajaan yang semula akan diserbunya.
Bunyi Sair:
Kaya atau mulia tergaris oleh takdir Yang Maha Kuasa,
Cacad palang hidup ialah ketinggian nampak pamer jasa;
Berbagai goda dan fitnah berupa aral goda setelah kedarluasa,
Mega pecah sang bulan mencorong sinar jernih luar biasa.
Selayang Pandang:
Pengalaman paling berharga yaitu berupa derita kesengsaraan hidup,adalah tataran mengangkat diri menanjak taraf tinggi,derajat luhur. Berbagai macam fitnah keji oleh menteri durjana telah menolong Tik Jing beroleh jabatan penting dikota perbatasan. Jelaslah kini bahwa gelar Raja Muda Ping Se Ong itu dibayar dengan pengorbanan jiwa raga hidup didalamnya mati.
Pedoman Jawaban:
PERDAGANGAN TETAP LANCAR.
MENCARI HARTA DAPAT SEDIKIT.
RUMAH TANGGA HARUS BERHATI-HATI.
PERMULAAN TAHUN BAHAGIA.
PERJODOHAN AKUR RUNTUT.
ORANG BERPERGIAN HAMPIR DATANG.
BERITA SURAT BULAN TUA.
BARANG HILANG DIDALAM RUMAH.
PEREMBUKAN ADEM BIASA.
PERSELISIAN ADA PENYELESAIAN.
ORANG SAKIT BUATLAH SEDEKAH.
KEHAMILAN MELAHIRKAN ANAK PEREMPUAN.

NO. 15 B O U W I E N

Makna Lambang
Ciamsi ini menggambarkan waktu baginda Cing Tik Kun mempersunting wanita pelacur Pek Bouw Tan. Dalam perjalanan muhibahnya ke Kanglam dengan menyaru sebagai rakyat jelata,Raja yang gemar pelesir ini bertemu dengan bunga raya Pek Bouw-tan dirumah pelacuran. Baginda Cing Tik Kun berjanji kelak akan memungutnya dan dijadikan selir. Namun janji tinggallah janji,sebaiknya Pek Bouw Tan menunggu dan menunggu,yang ditunggu-tunggu tidak kunjung datang,saking kesalnya dan merana akhirnya Pek Bouw Tan meninggal dalam keadaan mereras.
Bunyi Sair:
Bunyi dapat Raja Kembang Bouw Tan tangkai pertama,
Sebaiknya lekas memetik jangan betrayal sampai lama;
Sudah umumnya dunia getaran hati salinglah menggema,
Ibarat tumbuh-tumbuhan dimusim semi menemukan waktu utama.
Selayang Pandang:
Meremehkan persoalan melanggar janji,sudah sanggup lupa menepati termasuk satu antara larangan hidup yang terpenting. Menanam kebencian menandas,membuat kesirikan gerantas,sering menelurkan akibat saling bayar balas dalam perwujudan laki-bini untuk melenyapkan dendam sengit yang lama terkandung.
Pedoman Jawaban:
PERDAGANGAN MAJU LANCAR.
MENCARI HARTA BERHASIL.
RUMAH TANGGA MAKMUR.
PERMULAAN TAHUN KEGIRANGAN.
PERJODOHAN MENGGEMBIRAKAN.
ORANG BEPERGIAN HAMPIR DATANG.
BERITA SURAT MULAI LAMBAT.
BARANG HILANG DAPAT DICARI.
PEREMBUKAN TERLAKSANA.
PERSELISIHAN SEGERA BUYAR.
SISAKIT JAGALAH KESAMARAN.
KEHAMILAN MELAHIRKAN ANAK LAKI-LAKI.

NO. 16 K I E B A U W

Makna Lambang
Ciamsi ini menggambarkan waktu Sih Ting San terluka oleh timpukan pisau terbang,batas waktu apes seperti sudah tergaris secara jelas,sebagaimana tertera dalam catatan delapan huruf kelahirannya. Lalu,betapa orang boleh bangga kuat dan pamer guna. Toh waktu turun gunung Sih Ting San dibekali sepuluh macam pusaka oleh gurunya,dewa Ong Go.
Bunyi Sair:
Anjing dan harimau bergulat didepan pintu rumahnya,
Pertanda ini memberi firasat badan dan rumah lagi tergoda hantu;
Ibarat benda berharga pamornya guram jatuhnya nilai mutunya,
Tidaklah perlu rebut sedekah binggung bertanya pada batu.
Selayang Pandang:
Baik benda maupun bumi dan rumah tangga ada kalanya mesti mengalami serangan dan bencana yang tidak terduga-duga. Segala goda dan percobaan dunia sukar dihindari hanya mesti mandah dijalani sehingga berlalu sendiri. Berlarutnya malam nan gelap silih berganti dengan datangnya fajar menyingsing.
Pedoman Jawaban:
PERDAGANGAN SUKAR MANDAK.
MENCARI HARTA TIDAK BERFAEDAH.
RUMAH TANGGA DALAM KEBINGUNGAN.
PERMULAAN TAHUN ADA BENCANA.
PERJODOHAN AKUR SELAMAT.
ORANG BEPERGIAN HAMPIR DATANG.
BERITA SURAT AKAN SAMPAI.
BARANG HILANG SUKAR DICARINYA.
PEREMBUKAN JADI BERBALIKAN.
PERSELISIAN JAGA SENGKETA.
SISAKIT KENA GODAAN.
KEHAMILAN AKAN MELAHIRKAN ANAK PEREMUAN.

NO. 17 K H E E S I N

Makna Lambang
Ciamsi ini menggambarkan waktu Yo Bun-Kong terkurung di dalam kota Liu-ciu. Tatkala menyerbu negeri Se He, Yo Bun-Kong dijebak oleh siluman Ranjungan yang sakti,sedemikian rapatnya kepungan musuh hingga ia mengalami sengsara raga dan siksa batin. Ji Ceng yang pandai merubah dirinya menjadi anjing berhasil meloloskan diri dan pulang ke kota raja minta bala bantuan. Berkat bantuan dua belas janda dari gedung Bu Ling-hu yang sakti,siluman-siluman itu berhasil diberantas dan musuhpun menyerah.
Bunyi Sair:
Bila ingin bertanya dimana sebenarnya letak jalan dewata,
Cobalah pandang gedung tinggi melalui heningnya cipta;
Kalau saja hati adem dan lega,selebar dada lapang merata,
Siapa tahu nanti datang tuan penolong membawa berita.
Selyang Pandang:
Datangnya bahaya memang susah diduga dan disangka,baik letak tempat maupun saat masih muda dan tua. Jika segala sesuatu sudah dapat diketahui sebelumnya,kehidupan didunia ini akan berkurang artinya,rasa senang,sifat gembira dalam kedudukannya yang benar.
Pedoman Jawaban:
PERDAGANGAN BERJALAN BIASA.
MENCARI HARTA AKAN BERHASIL.
DALAM RUMAH MEMBUAT SEDEKAH.
PERMULAAN TAHUN HARUS BERHATI-HATI.
PERJODOHAN AKUR RUNTUT.
ORANG BEPERGIAN BELUM SAMPAI.
BERITA SURAT BULAN MENDATANG.
BARANG HILANG LARINYA JAUH.
HAL PEREMBUKAN KANS KECIL.
PERSELISIHAN BAIK BERSABAR.
SISAKIT JAGALAH KESAMARAN.
KEHAMILAN MELAHIRKAN PUTRA LAKI-LAKI.

NO. 18 S I N C I E

Makna Lambang
Ciamsi ini melukisakan saat Khongcu Bertanya Jawab Dengan Anak Kecil(Hang Thok). Sehubungan dengan ajaranya yang kurang meluas di dlam negeri.Nabi Khongcu ingan menyebar luaskan ajaranya ke negeri asing .di tengah jalan terbentur oleh pertanyaan bocah cilik itu ,hingga minatnyamenjadi kendor ,akhirnya ia batalkan niatnya itu.

Bunyi sair:

Kembang mekar sekarang sudah berpentil yang akan menjadi buah,kaya mulia,megah singgih sehingga tibanya di hari tua ;itu pertanda sang budiman dan si dogol saling kumpul gembira ,puaslah terima pandum hidup jangan mengumbar angkara.
Selayang pandang:
Saking kaya pengetahuan (pintar), meski umur baru dua belas ,Kam Lo sudah memangku jabatan tinggi di negeri Cin selaku patih.Kepandaian yang luar biasa di milikiya seolah – olah bakat pembawaan ,karena pelajaran apapun yang pernah di lihatnya tidak akan hilang musnah.sebaiknya manusia hidup berendah hati.sebab yang pintar ada yang pintar ,di luar langit masih ada langit pula.
Pedoman Jawaban:
PERDAGANGAN TETAP AJAK.
MENCARI HARTA MELULU KENANG2AN.
RUMAH TANGGA BAHAGIA.
PERMULAAN TAHUN SELAMAT.
PERJODOHAN AKUR RUNTUT.
ORANG BEPERGIAN HAMPIR DATANG.
BERITA SURAT PERTENGAHAN BULAN.
BARANG HILANG SEGERA KELIHATAN.
PEREMBUKAN BERAKHIR CEKCOK.
PERSELISIHAN BISA PENYESALAN.
SISAKIT CARILAH OBAT BAIK.
KEHAMILAN AKAN MELAHIRKAN WANITA.

NO. 19 J I E N N G O U W

Makna Lambang
Ciamsi ini mengisahkan waktu Sie Jin-kui terkepung di Gunung Pik Houw-san. Selekas nasib telah tiba tidak kurang marga lelantaran,semua ini tidak lepas dari petikan
Buah akibat dari pembalasan .Sie Ting – San keliru memanah macan putih sebagai roh ayahnya .Padahal ia bermaksud menghindarkan mar bahaya .seiriban dahulu ia pun terpanah secara tidak sengaja.

Bunyi Sair:

Buah pekerjaan dan derajat kemegahan seperti sudah di tentukan ,memang bakat jiwa luhur tidaklah perlu wasangka gerutu ; jika ingan bertanya tentang cepat atau lambatnya waktu,Tunggulah timbulnya angin timur yang nanti akan membantu.

Selayang Pandang:

Lahir mati,miskin kaya ,hina mulia serta panjang umur atau usia pendek ,seolah –olah sudah terjalin dalam peruntungan masing – masing ,hal ini meliputi manusia .hewan maupun jenis tumbuh – tumbuhan dan barang buatan .karena subur jaya dan rusak surut itu termasuk dalam perlintasan lelakon dunia fana.

Pedoman Jawaban :

PERDAGANGAN KURANG LANCAR.
MENCARI HARTA DAPAT SEDIKIT.
RUMAH TANGGA SELALU BERJAGA JAGA.
PERMULAAN TAHUN ADALAH HALANGAN.
PERJODOHAN TIDAK TERJADI.
ORANG BEPERGIAN SEGERA DATANG.
BERITA SURAT LEKAS NAMPAK.
BARANG HILANG DIDEPAN MATA.
PEREMBUKAN TIDAK TERLAKSANA.
PERSELISIHAN MEMBAWA RINTANGAN.
BUAT SISAKIT ADA KESAMARAN.
KEHAMILAN MELAHIRKAN ANAK MULIA.

NO. 20 K U I B I E
Makna Lambang
Ciamsi ini menggambarkan tatkala Baginda Thio Te (Pok Ti Cin-Kun) menerima kedua pahlawannya,yaitu kura-kura dan ular menjadi pengikutnya. Menurut ujar-ujar kuno,syarat utama bagi bangsa hewan yang menjadi manusia harus berdekatan pada manusia dengan menyumbangkan tenaganya selaku labuh bakti, misalnya anjing dan kucing.
Bunyi Sair:
Ular berniat merubah dirinya menjadi naga raksasa,
Hanya dikhawatirkan cengkraman nasib belum tiba saatnya;
Sakit sudah lama sebaiknya melegakan hati seberapa bisa,
Tak perlu banyak bicara,lebih utama menyumbangkan tenaga dan jasa.
Selayang Pandang:
Menaluri buku,binatang seperti rase dan lain-lain hebat lantaran bertapa berate bisa merubah diri menjadi manusia,namun belum berbadan manusia sejati. Demikian pula peredaran nasib tak dapat diubah dengan paksa,melainkan harus ditumbal dengan jasa kebajikan berdasarkan urutan purba sangka.
Pedoman Jawaban:
PERDAGANGAN HARUS SETITI HATI-HATI.
MENCARI HARTA TIDAK BERHASIL.
RUMAH TANGGA PERLU BERSEDEKAH.
PERMULAAN TAHUN JAGA KETULUSAN.
PERJODOHAN BELUM DIPERKENANKAN.
ORANG BEPERGIAN BELUM BERANGKAT.
BERITA SURAT BELUMLAH DATANG.
KEHILANGAN BARANG LARI KE UTARA.
PEREMBUKAN MENCAPAI HATI.
PERSELISIHAN AMBIL KEANTAPAN.
SI SAKIT ADA TERKENA GODA.
KEHAMILAN PERLU JAGA BENCANA.

NO. 21 K AK S I N

Makna Lambang
Ciamsi ini menggabarkan waktu nona Goat-ing bertemu dengan sang kekasih di Siang-Kong-si. Waktu ikut orang tuanya bersembahyang di klenteng secara diluar dugaan nona Goat-ing kepergok dengan jejaka yang selama ini menjadi idaman hatinya. Tapi lantaran lamaran yang tunggu-tunggu tidak kunjung datang sampai nona ini jatuh sakit dan akhirnya meninggal karena memendam rindu,ia mati dengan memeras.

Bunyi Sair:
Dikhawatirkan didepan jalan masih banyak goda dan rintangan.
Sebaiknya tidak tergesa-gesa harus berebut untuk bertindak duluan,
Jagalah alun sungai Tiangkang,jangan terkena halangan,
Nasib berdamping bintang Thai Pik selaku perlindungan.

Selayang Pandang:
Mengendalikan diri dan berlaku waspada itu memang susah,sementara bisa menoleh kebelakang akan mengenai nasib,justru lebih sukar dilakukan. Paling betul tahu puas diri sambil memperbaiki cara mengemong watak guna kebahagiaan mendatang.

Pedoman Pandang:
PERDAGANGAN TENANG BIASA.
MENCARI HARTA BELUM TERLAKSANA.
DALAM RUMAH PERLU BERSABAR.
PERMULAAN TAHUN SELAMAT.
PERJODOHAN AKUR RUNTUT.
ORANG BEPERGIAN SELEKASNYA DATANG.
BERITA SURAT SUDAH BERDEKATAN.
BARANG HILANG LEKAS DICARI.
PEREMBUKAN BISA TERCAPAI.
PERSELISIAN TIDAK BAHAYA.
UNTUK SISAKIT MINTALAH BERKAH.
KEHAMILAN MELAHIRKAN ANAK LAKI-LAKI

NO. 22 I E T I U

Makna Lambang
Ciamsi ini menceritakan waktu pujangga Han Bun –kong melewati buit Cin – nia yang berbahaya.Tatkala itu sedang menjalani hukuman buang ke kota Tiauw – ciu yang terpencil di daerah tandus. Han Ie adalah perdana mentri pemberani yang angkat bicara, namun mengalami berbagai macam kesengsaraan yang justru mengangkat pamornya hingga popular.

Bunyi Sair:
Batu Giok kebesaran mulai memperlihatkan cahaya terang,
Segala sesuatu menilik permulaan langit, bumi dan orang;
Mega tebal pecah barulah sinar-bulan memancar benderang,
Aral-apes setelah lewat berganti perlintasan jaya girang.

Selayang Pandang:
Jurang dalam tanjakan dan perengan rumpil membahayakan betapa sukarnya perjalanan hidup di dunia ini. Demikian, gambaran tersebut, tidaklah berbeda dengan bayangan membaur tentang ruwet dan gawatnya nasib manusia yang mesti dirasakan dalam kehidupan sekarang ini.

Pedoman Jawaban:
PERDANGAN MAJU LANCAR
MENCARI HARTA AKAN KESAMPAIAN
RUMAH TANGGA JAYA GEMBIRA
PERMULAAN TAHUN SUKA RIA
PERJODOHAN AKUR RUNTUT
ORANG BEPERGIAN GASIK2 PULANG
BERITA SURAT SELEKASNYA SAMPAI
KEHILANGAN BARANG TIDAK BERJAUHAN
PEREMBUKAN CUKUP MENYENANGKAN
PERSELISIHAN ADA PENYESALAN
SI SAKIT SEGERA SEMBUH
KEHAMILAN LAHIR PUTERA LAKI-LAKI

NO. 23 PIA SUT

Makna Lambang

Ciamsi ini melukiskan saat Yo Kong dengan Cui-giok menunggang kuda berendang. Hal ini nenunjukan nasib baik tentang perjodohan yang kekal dalam kehidupan didunia,sebagai suami istri yang runtut. Memang sudah sejak dahulu kala perjodohan ksatria dengan wanita cantik selalu menghias lembaran sejarah yang menjadi contoh bagi generasi mendatang.

Bunyi Sair:

Jikalau kau ingin bertanya hal ikhwal selaku kenang-kenangan,
Lihatlah nasib si kuda rejeki membayang-bayang di depan jalan;
Selekasnya mendapat tuan penolong akan menemukan senang kejayaan,
Kedua belah pihak akur berembuk bersama memainkan peranan.

Selayang Pandang:

Siapa yang bermaksud sebagai tuan penolong? Yaitu mereka yang dahulu hutang kebajikan atau pernah menerima pertolongan. Perasaan lembut sering kali bertalian dengan ikatah dharma mulia atau tindakan mulia yang dilakukan tanpa sengaja,yang tidak mengharapkan buahnya. Sesuai dengan ujar peribahasa,tiada maksud menanam pohon cemara,tidak tahunya tumbuh subur menjadi pengayom dan peneduh.

Pedoman Jawaban:

PERDAGANGAN SELAMAT LANCAR.
MENCARI HARTA SANGAT BERHASIL.
RUMAH TANGGA BUATLAH SEDEKAH.
PERMULAAN TAHUN BERUNTUNG.
PERJODOHAN AKUR REMPUK.
ORANG BEPERGIAN SEGERA SAMPAI.
BERITA SURAT LANTAS SAMPAI.
KAHILANGAN BARANG PARANNYA SELATAN.
PEREMBUKAN TINGGAL ADEM.
PERSELISIAN TAK BAHAYA.
BUATLAH SISAKIT TIDAK MENGAPA.
KEHAMILAN MELAHIRKAN PUTERA LAKI-LAKI.

NO. 24 T I N G H A Y

Makna Lambang:

Ciamsi ini menggambarkan waktu Cin Keng menolong Lie Yan keluar dari kepungan yang ketat. Dalam perjalanan pulang kekota Thay-goan. Lie Yan kepergok dengan pahlawan musuh yang membawa pasukan. Dalamkeadan kritis itu Cin Siok – Podatang menolongnya ,padahal ia sedang menunaikan suatu tugas yang buru-buru harus diselesaikan. Nama Cin Keng yang kedengaran sayup-sayup terukir dilubuk hati.

Bunyi Sair:
Matahari bersinar cerah menerangi empat penjuru lautan,
Masa depan akan menikmati keberuntungan dalam keselamatan;
Mega gelap tersapu bersih lenyaplah segenap hambatan,
Kesananya segala arah –goda tidak akan berdekatan.

Selayang Pandang:

Berkumpulnya raja dengan menteri, suami dengan istri seolah-olah sudah ditentukan dalam lingkungan waktu tertentu oleh letak dasarnya yang semula dari sebab musabab. Jikalau sang waktu bekum tiba, biarpun dicari ubek-ubekan juga takkan bisa ketemu. Itulah duduk artinya kata-kata ‘Kalau Jodoh Masa Kemana’.

Pedoman Jawaban:

PERDAGANGAN BERJALAN BAIK.
MENCARI HARTA DAPAT BERHASIL.
RUMAH TANGGA ADA KEGIRANGAN.
PERMULAAN TAHUN BAHAGIA.
PERJODOHAN AKUR RUNTUT.
ORANG BEPERGIAN TELAH BERANGKAT.
BERITA SURAT SUDAH DEKAT.
BARANG HILANG DIPINGGIR AIR.
PEREMBUKAN ADA HARAPAN JADI.
PERSELISIHAN BUYAR BATAL.
SISAKIT AKAN SEGERA SEMBUH.
KEHAMILAN MELAHIRKAN WANITA.

NO. 25 B O U W C U

Makna Lambang
Ciamsi ini menggambarkan tatkala nona Hong Kiauw sembahyang minta ciamsi di klenteng dengan Ma Tiok. Waktu itu sudah mendekati akhir dinasti Tong,noan Houw Hong Kiauw ingin tahu nasib dirinya lewat ciamis yang dimintanya dikelenteng.Tidak terduga justru dikelenteng itu ia bertemu dengan musuh yang mengodanya,terpaksa ia melarikan diri sampai hidup terlunta-lunta,yang menjadikan marga dapat berjumpa dengan Putri Mahkota Lie Tan.

Bunyi Sair:
Semuanya sudah dibawah wasesa nasib janganlah bercapai hati,
Mencari kelenteng bertanya pepunden akan tidak berarti,
Tunggu hari Ayam dan Anjing (batas naas) selewat nanti,
Kalau meremehkan soal takdir tentu selalu binggung dan meributkan.

Selayang Pandang:
Jangan terlalu merepoti nasib dalam mengajar kekeyaan apalagi sampai memeras hati dan mengulir pikiran,harta benda didunia ini yang diluar peruntungan diri tak bisa diminta dengan menangis dihadapan Sinbing dan Buddha. Jika bintang lagi gelap sering menarik maksud baik berbalik akan menjadi malapetaka.

Pedoman Jawaban:
PERDAGANGAN BERJALAN BIASA
MENCARI HARTA HANYA SIA-SIA
RUMAH TANGGA BANYAK CEKCOK
PERMULAAN TAHUN DAPAT GALANGAN
PERJODOHAN BISA TERJADI
ORANG BEPERGIAN TERHAMBAT
BERITA SURAT BELUM ADA
BARANG HILANG SUKAR DICARINYA
PEREMBUKAN SEPERTI PENGIMPI
PERSELISIHAN HARUS MENGALAH
BUAT SISAKIT MINTAHLAH BERKAH
KEHAMILAN JATUH MELOMPONG

NO.26 K I E T H I O

Makna Lambang
Ciamsi ini melukiskan gambar Tik Jien Kiat Mengantar Kembali Papan Tanda Kebesaran.Takkala Ratu cik Thian bertahta setelah merampas kerajaan Tong dan mengangkat diri sendiri menjadi kaisar. Tik Jien Kiat adalah menteri yang jujur dan polos,dengan berani ia mempertahankan ketatanan Negara yang lama dengan mempertaruhkan papan tanda kepangkatannya. Saking kagum Ratu Bu Houw mengabulkan tuntutannya.

Bunyi Sair:
Malaikat rejeki dilangit biru mencurahkan kemurahan,
Kesananya beroleh kesempatan akan mewujudkan kenang-kenangan;
Bunga mekar berpentil jadi buah tidak rontok kelayu-layuan,
Sumber nafkah terus mengalir dipintu dalam kegembiraan.

Selayang Pandang:
Suddah ada umumnya kalau rejeki datang hati terbuka tajam,bila musim semi tiba segala macam bunga akan mekar meratak. Memang bergantinya masa makmur seolah-olah ada”kekuatan aneh”selaku petunjuk kedepan yang akan menuju kejalan kejayaan.
Pedoman Jawaban:
PERDAGANGAN MAJU LANCAR
MENCARI HARTA DAPAT BERHASIL
RUMAH TANGGA MENEMUI KEGIRANGAN
PERMULAAN TAHUN BAHAGIA
PERJODOHAN BERALAMAT BEGJA
ORANG BEPERGIAN HAMPIR DATANG
BERITA SURAT BULAN PERTENGAHAN
BARANG HILANG DI DALAM RUMAH
PEREMBUKAN BOLEH DI KERJAKAN
PERSELISIHAN ADA BAHAYANYA
BUAT SI SAKIT ADA KESAMARAN
KEHAMILAN AKAN LAHIR WANITA

No. 27 KHEE IEN

Makna Lambang
Ciamsi ini melukiskan gambar tiga kali mengundang Khong Bing. Dengan penuh kesabaran dan rendah hati,berturut-turut tiga kali Lauw Pi berkunjung ke Liong Tiang,desa kecil yang sunyi. Disitulah sang raja yang bijaksana bertemu dengan menteri yang arif gunawan,ibarat ikan memperoleh air,mereka bersama-sama coba membangun sisa kerajaan Han yang telah surut.

Bunyi Sair:
Nama masyhur hidup beruntung terletak pada jalan tengah,
Tidak perlu minta-minta dan berkaul asal hati adem bungah;
Tiap pagi dan sore lihat matahari silam jangan lengah,
Kau nanti sadar duduknya rasa senang,tidak mengangah-angah.

Selayang Pandang:
Perlintasan dunia penuh sengsara,banyak prihatin karena miskin kekurangan,seolah-olah dalam asmara berlatih memperoleh pengalaman berharga dihari kelak. Dan pengalaman mahal inilah wajib disumbangkan guna kepentingan majunya masyarakat beberayan,tanpa mengandung pamrih sebisanya.

Pedoman Jawaban;
PERDAGANGAN AKAN MAJU
MENCARI HARTA TIBA SEDANG
RUMAH TANGGA HARUS DIJAGA
PERMULAAN TAHUN BERTULUS HATI
PERJODOHAN AKUR RUNTUT
ORANG BEPERGIAN SELEKAS PULANG
BERITA SURAT TIDAK LAMA LAGI
BARANG HILANG DIDALAM RUMAH
PEREMBUKAN MAJU MUNDUR
PERSELISIAN PERLU DIDAMAIKAN
KEADAAN SAKIT BERLARUT-LARUT
KEHAMILAN LAHIR PUTERA LAKI-LAKI

NO. 28 S I N B A U W

Makna Lambang
Ciamsi ini melukiskan Tan Sam-hong yang ketinggalan payung diwilayah Ik Jun. dalam perjalanan mengejar payung dagangannya yang telah dikirimkan lebih dulu. Tan sam-hong terhalang oleh turunnya hujan lebat,terpaksa ia berteduh disebuah gardu diluar kota ik Jun sampai sehari semalam lamanya. Tetapi ketelambatannya itu justru mendatangkan keuntungan besar karena melonjaknya harga payung. Dalam perjalanan pulang sengaja ia meninggalkan sejumlah payung digardu dimana ia berteduh sebagai tanda peringatan.

Bunyi Sair:
Cita-cita yang diidamkan tercapai seharusnya berhati ria dan lega,
Kenapa masih merasa sangsi dan saling curiga;
Tidaklah perlu senantiasa hitung2 untuk bersiap-siaga,
Selekasnya bulan bersinar terang jangan terlalu bangga.

Selayang Pandang:
Beredarnya peruntungan yang terbuntal memang sukar disangka. Bukan tidak jarang terjadinya kelambatan dijalan malah membuka lantaran kesempatan menemukan keuntungan diluar dugaan. Dalam keadaan senang menyebar kemayaran untuk kebaikan sesamanya.

Pedoman Jawaban:
PERDAGANGAN MENGANTAPI SEMUA
MENCARI HARTA CUKUP MENYENANGKAN
RUMAH TANGGA SENANG BAHAGIA
PERMULAAN TAHUN SELAMAT
PERJODOHAN AKUR REMPUK
ORANG BEPERGIAN PULANG TANGGAL MUDA
BERITA SURAT BELUM SAMPAI
BARANG HILANG SEGERA KEMBALI
PEREMBUKAN TIDAK BERHASIL
PERSELISIHAN BERLARUT2
SISAKIT MOHON BERKAH SEMBAHYANG
KEHAMILAN JAGALAH BENCANA

NO. 29 J I E M S I N

Makna Lambang
Ciamsi ini menggambarkan waktu baginda Thio Kong In terkurung dikota Ho Tong. Tatkala meluruk kewilayah musuh,Baginda Thio Kong-in terkepung ketat dibilangan Ho Tong,hingga kelaparan dan menderita untuk beberapa waktu lamanya. Berkat pertolongan seorang pahlawan bernama Ko Hwai-tik sekeluarga,baginda berhasil diselamatkan dari kurungan musuh dan berbalik memporak porandakan barisan musuh dan akhirnya menaklukannya.

Bunyi Sair:
Keempat arah penjuru lagi terbentur aral halangan,
Besarkanlah hati dan terus maju kedepandalam kewaspadaan;
Sebaiknya kau harus tetap mantap jangan masgul dan susah,
Rumah tangga aman tenteram tanpa kekurangan

Selayang pandang;
`
Meskipun di junjung muliasebagai raja toh tak luput dari palangapesnya dunia .Namin demikian ,jiwa luhur dari seorang menusia.selagi bahagia selalu akan mendapat pertolongan secara tidak terduga .itulah pangkal letaknya buah kebajikan.

Pedoman jawaban;
PERDAGANGAN BERJALAN LANCAR
MENCARI HARTA DAPAT BERHASIL
RUMAH TANGGA SELAMAT KEWARASAN
PERMULAAN TAHUN BAHAGIA
PERJODOHAN AKUR RUNTUT
ORANG BEPERGIAN LEKAS DATANG
BERITA SURAT SEGERA SAMPAI
BARANG HILANG LAMBAT KETEMUNYA
PEREMBUKAN BISA TERLAKSANA
PERSELISIAN ADA PENYELESAIAN
BUAT SISAKIT ADA KESAMARAN
KEHAMILAN LAHIR PUTERA LAKI2

NO. 30 K U I C I E

Makna Lambang
Ciamsi ini melambangkan waktu siular putih yang bernama Kouw Han Bun pergi sembahyang dilautan selatan. Karena memang sudah ditakdirkan jodoh,akhirnya nona Pik Tin-nio menikah dengan seorang jejaka yang cakap tampan berhati mulia,sekedar untuk membirat palang hidup,dengan tulus sujud mereka mohon berkah ke Lam-hai. Kemudian beroleh seorang putera yang lulus ujian berpangkat Cong-goan.

Bunyi Sair:
Teguh hati bekerja tenang jangan banyak pikiran,
Masa depan aman tentram tidak tertimpa halangan;
Didalam hidup ini sebenarnya tiada soal kesamaan.
Kelak dapat pertolongan dewa dan menemukan kemayaran.

Selayang Pandang:
Utamanya,manusia hidup meski terlanggar susah payah jangan lantas mundur,karena gentar atau takut kalau selekasnya Malaikat bahagia dapat menawungi tentu segala sesuatu menjadi teduh tenang. Itulah yang dikatakan gunung buntu air habis dikira tersesat jalan,tidak tahunya cemara rimbun bunga mompior menemukan desa surga.

Pedoman Jawaban:
PERDAGANGAN JALAN BIASA
MENCARI HARTA TIADA HASIL
RUMAH TANGGA TINGGAL ANTANG
PERMULAAN TAHUN ADA KEGIRANGAN
PERJODOHAN AKUR ERMPUK
ORANG BEPERGIAN SEGERA DATANG
BERITA SURAT TAK LAMA LAGI
BARANG HILANG CEPAT KETEMU
PEREMBUKAN SERAT LAMBAT
PERSELISIHAN MEMBAWA REPOT
BUAT SI SAKIT BERKAH
KEHAMILAN AKAN LAHIR WANITA

No. 31 KAK NGOUW

Makna lambang

Ciamsi ini bersimbolkan waktu Tong Sam – Cong pergi ke Thian mengambil kitab Budha .Untuk menyebar luaskan ajaran Budha di tanah ketimuran, padri Sam – Cong di tugaskan menempuh perjalanan ke Hindu . sembilan belas tahun kemudian baru ia kembali ke Tiongkok dengan membawa kemegahan berupa bahan-bahan pengisian hikayat.

Bunyi Sair:
Angin bertiup gelombang antang saat berlabuhnya perahu.
Justru bulan purnama menerangi selebarnya langit biru;
Segala sesuatu tak perlu khawatir kudu ingin mau tahu,
Rejeki melimpah dalam rumah damai saling bahu-membahu.

Selayang Pandang:
Ciamsi ini sangat baik bila memperoleh pada awal musim rontok(jiu)atau permulaan musim(Tang). Kalau si peminta memperolehnya waktu terang bulan juga baik,sebaliknya bila kebetulan bulan lagi gelap akan kurang berhasil.

Pedoman Jawaban:
PERDAGANGAN MAJU LANCAR
MENCARI HARTA BERHASIL
RUMAH TANGGA AJAK BIASA
PERMULAAN TAHUN BAHAGIA
PERJODOHAN BISA TERJADI
ORANG BEPERGIAN PERTENGAHAN BULAN
BERITA SURAT SEGERA SAMPAI
BARANG HILANG LARINYA TIMUR SELATAN
PEREMBUKAN AKAN TERLAKSANA
PERSELISIHAN MUNGKIN KEJADIAN
BUAT SI SAKIT TIDAK HALANGAN
KEHAMILAN LAHIR PUTERA LAKI

NO. 32 I E T B I E

Makna Lambang
Ciamsi ini membayangkan waktu Khong Bing melihat Bintang Nasib. Dalam pertempuran yang sengit didaerah Ngow Tiang Goan. Khong Bing menghadapi aral apas yang menyedihkan. Malamnya ia melihat bintang dilangit untuk mengetahui nasib dirinya.

Bunyi Sair:
Bunga mekar berpentikan buah sebagian mongering jatuh,
Disayangkan tahun ini kau selagi menemui saat-saat meruntuh;
Ibarat matahari sore mendekati silam sukarlah disentuh,
Tenangkan hari supaya adem ayem sekedar berhenti meneduh.

Selayang Pandang:
Apasnya tubuh dan runtuhnya perdagangan seolah-olah sudah terbatas dalam lingkungan tertentu. Yang paling benar, jangan terus menerjang dan memaksa karena akan menambah besar kerugian. Sebaiknya bersikap sabar dan waspada sambil menunggu pergeseran waktu yang mendatang.

Pedoman Jawaban:

PERDAGANGAN KURANG LAKU.
MENCARI HARTA TIDAK FAEDAH.
RUMAH TANGGA JAGA KERUSAKAN.
BADAN PRIBADI HALANGAN BESAR.
PERJODOHAN BUBAR DIPERKENANKAN.
ORANG BEPERGIAN BELUM BERANGKAT.
BERITA SURAT TIADA DATANG.
BARANG HILANG SUKAR DICARINYA.
PEREMBUKAN MENCAPAI BELAKA.
PERSELISIHAN LEKAS DIDAMAIKAN.
SISAKIT MENANGGUNG KESAMARAN.
KEHAMILAN JAGALAH BENCANA.

NO. 33 P I A S I N

Makna Lambang
Ciamsi ini melambangkan Kiang Thai Kong waktu bekerja dengan beramal, seiring dengan pemintaan cerai istrinya karena merasa penghasilan suaminya kurang. Sungguh mengagumkan bahwa ia masih bisa memberikan kias untuk menutup bintangnya Bu Kit yang akan mengelabuhinya. Ternyata Raja Muda Bun Ong pandai meramal juga. Hal mana telah menarik perhatian untuk mengangkat derajat dirinya.

Bunyi Sair:
Matahari tertutup kabut menumpuk belum hindaran, Aral-goda dalam rumah baiknhya tidak melanggar kepribadian; Berjaga-jagalah dengan waspada serta pula berbuat kemurahan, Tunggu hari berkumpulnya naga dan ular titik saat kemakmuran.

Selayang Pandang:
Peruntungan yang malang sering menimbulkan percekcokan dalam rumah tangga. Barang siapa dapat lolos dan selamat dari bahaya yang menimpanya, pertanda bahwa dirinya akan mampu bekerja besar. Pergeseran nasibnya harus menunggu setelah ular bertemu dengan naga; yaitu perumpamaan kumpul-gaulnya antara yang hina dan yang mulia.

Pedoman Jawaban:

PERDAGANGAN AJAK BIASA.
MENCARI HARTA HANYA SECUKUP.
RUMAH TANGGA MINTALAH BERKAH.
PERMULAAN TAHUN BERTULUS HATI.
PERJODOHAN RAHAYU SELAMAT.
ORANG BEPERGIAN TERLAMBAT.
BERITA SURAT SELEKASNYA SAMPAI.
BARANG HILANG LARINYA BARAT SELATAN.
PEREMBUKAN MENEMUI HALANGAN.
PERSELISIHAN BERBAHAYA.
BUAT SISAKIT BERSEMBAHYANGLAH.
KEHAMILAN MINTA BERKAH.

NO. 34 T I N G U I

Makna Lambang
Ciamsi ini melambangkan Kiang Cu – ge memanding ikan. Tatkala itu dinasti Siang sudah dekat kehancurannya. Kiang Cu – ge menuntut hidup tenang dan tentram, memancing ikan ditepi sungai We – sui, padahal ujung kailnya tidak runcing atau bengkok. Orang – orang menertawakan si tua dogol yang dianggap kurang tawakal ini, namun sambil tersenyum ia menjawab,bahwa segala sesuatu yang ingin diperolehnya dengan jalan lempang dan besar.

Bunyi Sair:
Hendak menyeberangi sungai Tiang-kang,airnya berlimpah,
Cita-cita besar belum tercapai karena aral goda menimpah;
Ibarat benang ruwet,carilah bundalannya dengan sabar,
Apa mau dikata,ikan yang kehilangan air mengalami susah-papa.

Selayang Pandang:
Bunga indah lambat mekarnya,dandanan besar mahal harganya. Memang semua itu seolah-olah bergantung dari bakat pembawaan dan menurut beredarnya waktu. Demikian pula letak duduknya takdir.

Pedoman Jawaban:
PERDAGANGAN JALAN BIASA
MENCARI HARTA BAIK PERLAHAN
DALAM RUMAH BANYAK SETORI
PERMULAAN TAHUN BANYAK KEANEHAN
PERJODOHAN DAMAI AKUR
ORANG BEPERGIAN BELUM SAMPAI
BERITA SURAT TIADA KABARNYA.
BARANG HILANG TIDAK KELIHATAN.
PEREMBUKAN BELUM RUNTUT.
PERSELISIHAN JANGAN SUSAH HATI
BUAT SISAKIT TIDAK MENGAPA.
KEHAMILAN AKAN LAHIR WANITA.

NO. 35 B O U W S U T

Makna Lambang
Ciamsi ini menggambarkan tatkala Tie Pat-kai sedang meluku dihutan Bunga Tempayang. Rimba Tempayang adalah hutan lebat yang sulit dan gawat untuk dilalui,dalam perjalanan menuju ke See Thian gunung ini harus dilewati. Seolah-olah hendak melambangkan betapa sulit dan rumitnya kehidupan didalam ini,namun karena Tie Pat-kaidapat bertiwikrama (mengubah dirinya sebesar gunung anakan),hingga segala kesukaran dapat disingkirkan dan lewat dengan selamat.

Bunyi Sair:
Sabar tenanglah melihat bunga Kui-hoa dipertengahan bulan,
Setelah berhasil lewat jangan lalu sombong ugal-ugalan;
Rubahlah wajah dan sikap untuk masa depan yang lagi berjalan,
Betah susah,tahan capai mengambil tindak secara gelap.

Selayang Pandang:
Salah satu diantara cacadnya hidup ini adalah mendapatkan baru melupakan yang lama. Begitu juga dalam hal perdagangan. Jikalau ingin hidup selamat dan kekal,orang harus bertindak dengan tetap.

Pedoman Jawaban:
PERDAGANGAN BANYAK CAPAI
MENCARI HARTA SUKAR DAPAT
RUMAH TANGGA ADA PENGGODA
PERMULAAN TAHUN BERTULUS HATI
PERJODOHAN TIDAK DIPERKENALKAN
ORANG BEPERGIAN TERHAMBAT
BERITA SURAT BERUM ADA
BARANG HILANG TAK ADA HARAPAN
PEREMBUKAN MENGESALKAN BELAKA
PERSELISIHAN MEMBAWA BUNTU
SISAKIT MENANGGUNG KESAMARAN
KEHAMILAN LAHIR PUTERA LAKI-LAKI

NO. 36 K I E H A Y

Makna Lambang
Ciamsi ini menggambarkan Sie Jin Kui menolong Raja. Kaisar Lie Si Bin terjebak siasat musuh,hingga terkepung ketat dikota Pik Houw-Shia saat menyerbu ke Korea. Berkat pertolongan Sie Jin Kui yang mebobol kepungan Baginda terhindar dari bahaya beroleh kemenangan besar.

Bunyi Sair:
Rejeki ibarat lautan timur,usia bagaikan bukit selatan,
Kenapa kau mesti mengeluh mengandung rasa syak keributan;
Pulung rejeki besar selamanya menemui senang berderetan,
Biarpun bahaya datang menyerang berbalik jadi keselamatan.

Selayang Pandang:
Darimana datangnya rejeki,dari menyebar dharma menimbun budi;darimana beroleh usia tinggi,dari berbuat baik dan murah hati. Sejak dahulu barang siapa menumpuk perbuatan baik sering lolos oleh sandungan bencana,dapat pertolongan didalam bahaya.

Pedoman Jawaban:
PERDAGANGAN BERJALAN ANTANG
MENCARI HARTA HANYA CUKUP
RUMAH TANGGA SELAMAT
PERMULAAN TAHUN BAHAGIA
PERJODOHAN AKUR RUNTUT
ORANG BEPERGIAN TANGGAL SETENGAH
BERITA SURAT TERLAMBAT
BARANG HILANG DIDALAM RUMAH
PEREMBUKAN LAMBAN JADINYA
PERSELISIAN PERLU BERSABAR
SISAKIT ADA YANG MENGGODA
KEHAMILAN AKAN LAHIR WANITA

NO. 37 K H E E C U

Makna Lambang
Ciamsi ini menceritakan Raja Cing Tik-kun Memilih Bunganya Pik Bouw-tan. Karena jatuh hati,dalam penyamarannya waktu pesiar dikota Kang Lam,baginda Cik Tik-kun berjanji akan mengangkat dirinya dari sarang pelacuran.Tapi dasar nasip ,lantaran lupa sehingga membawa kematian masgul.

Bunyi Sair :

Beruntun pergokan jay aria hingga dirinya ternama ,selagi kau beruntung sumbangkanlah jasa guna; Kesananya menghadapi jalan datar jauh godaan hama, Jagalah keselamatan kekal tak segan melimpah dana.

Selayang Pandang ;

Utamanya kita manusia kalau sedang menemui jalan sorga – makmur ,
yang penting sebisanya mengembangkan kebajikan bagi sesame dalam kekurangan . Temaha harta boleh – boleh saja asalkan jangan melampaui
batas sehingga jatuh kikir dan sekakar. Menepati janji boleh dipercaya
adalah fondamen hidup.

Pedoman jawaban ;

PERDAGANGAN TETAP BIASA.
MENCARI HARTA LANCAR.
RUMAH TANGGA TAMBAH MAJU.
PERMULAAN TAHUN ADA PENOLONG.
PERJODOHAN MEMBAWA BERUNTUNG.
ORANG BEPERGIAN LEKAS DATANG.
BERITA SURAT SEGERA KEMBALI.
BARANG HILANG DIDEPAN MATA.
PEREMBUKAN ADA HASILNYA.
PERSELISIHAN MINTA DAMAI.
SISAKIT JAGALAH PERUBAHAN.
KEHAMILAN LAHIR PUTRA LAKI-LAKI.

NO. 38 S I N T H I O

Makna Lambang
Ciamsi ini membawakan simbol baginda Lie Si Bin Mimpi
Berjumpa dengan menteri bijaksana. Baginda bertanya impian
Dirinya yang di goda Naga Biru yang jahat, untunglah datang
Seorang pahlawan berpakaian putih, yang menolongnya. Ji Baouw
Kong penasehatnya menjawab,impian itu berlambang tentang adanya peperangan besar yang akan datang.

Bunyi Sair:
Buah kerja setahun berlalu cepat ibarat burung terbang,
Sebaiknya aku berhati lapang tak perlu cemburu bimbang;
Tuan penolong biar pun jauh sudah bayang2 mengembang,
Berita surat pertengahan bulan mulai bawakan lambang.

Selayang Pandang:
Memang segala sesuatu didunia ini seperti bergantung bergilirnya peredaran waktu,tidak bisa diminta juga tidak bisa dipaksa. Sebagai contoh baginda Lie Sin Bin sangat ingin bertemu dengan menteri dalam impiannya,tetapi selalu dihalang-halangi oleh Tio Su Kui.

Pedoman Jawaban:
PERDAGANGAN BERJALAN BIASA
MENCARI HARTA BANYAK KOSONG
RUMAH TANGGA TAMBAH MAJU.
PERMULAAN TAHUN BANYAK CAPAI
PERJODOHAN JALANNYA LAMBAT.
ORANG BEPERGIAN TIADA TETAP
BERITA SURAT TAK LAMA LAGI
BARANG HILANG LARINYA JAUH
PEREMBUKAN TIDAK BERHASIL
PERSELISIHAN MEMBOLAK BALIK
BUAT SISAKIT MINTALAH BERKAH
KEHAMILAN AKAN MELAHIRKAN WANITA

NO. 39 J I E M I E N

Makna Lambang
Ciamsi ini melukiskan nona Soat Bwe Memutuskan Persoalan Dengan Hitungan Rahasia. Karena dikarunia bakat dan pengertian luhur, sejak kecil nona Soat Bwe sudah dapat melihat candra muka orang untuk meramal pintar, bodoh, kaya, miskin, bahagia, atau celaka yang kejituannya sangat mengagumkan.

Bunyi Sair :
Bersumpah dihadapan Buddha akan tidak cidera hati, Cobalah menantikan masa depan datangnya warta – warti; Sekalipun barang asal mulanya memang buatan besi, Daya begya bergara – gara mengubah jadilah emas murni.

Selayang Pandang :
Pada umumnya manusia setelah terbentur aral – apas sampai menemui susah yang menggoda hati ,disitu sering timbul kesadaran akan merobah dirinya jadi seorang bajik,suka berbuat baik. Kalau ada etiket tersebut dilaksanakan dengan sungguh-sungguh,bukan tidak jarang mulai berbalik mayar secara tidak terasa.

Pedoman Jawaban:
PERDAGANGAN BERJALAN BIASA
MENCARI HARTA BANYAK SUSAH
RUMAH TANGGA MENEMUI RAHAYU
PERMULAAN TAHUN SABAR BERJAGA
PERJODOHAN BOLEH DIRANGKAP
ORANG BEPERGIAN LAMBAT DATANG
BERITA SURAT BELUM SAMPAI
BARANG HILANG KE TIMUR UTARA
PEREMBUKAN TINGGAL ADEM
PERSELISIAN DAPAT UNTUNG
SISAKIT TERUS MINUM OBAT
KEHAMILAN MELAHIRKAN PUTERA LAKI-LAKI

NO. 40 K U I B A U W

Makna Lambang
Ciamsi ini menggambarkan Yo Kong terserang sakit diruang Pertengahan Barat. Disaat duduk berbincang-bincang diruang pertengahan,mendadak datangnya berita yang mengejutkan sehingga Yo Kong jatuh mendadak.Peristiwa ini sangat menghebohkan.

Bunyi Sair:

Didalam sakit sering terkena cacat dan buruknya hati ,padahal semua itu terhitung masih belum mendekati;Perkara yang sudah lewat tidak perlu di ingati,Jadilah manusia baru, maju ke depan ,itulah tumbal sakti.

Selayang pandang:

Perbuatan dengki berbuat jahil marupakan hukuman batin yang menjadikan siksaan hidup.telur busuk tadi bila sewaktu – waktu pecah pasti membawa kenistaan yang memalukan .obat penyembuhan tidak lain kecuali banyak berbuat dharma sebanyak mungkin.

Pedoman jawaban :

PERDAGANGAN SUSAH MAJUNYA.
MENCARI HARTA TIDAK BERHASIL.
RUMAH TANGGA PERLU DI JAGA.
PERMULAAN TAHUN MENEMUI DUGA.
PERJODOHAN TIDAK AKUR.
ORANG BERPERGIAN BELUM BERANGKAT.
BERITA SURAT TERLAMBAT.
BARANG HILANG SUKAR DI CARINYA .
PEREMBUKAN TIDAK TERCAPAI.
PERSELISIHAN JADI SANDUNGAN.
SISAKIT MOHONLAH DOA .
KEHAMILAN ADA HALANGAN.

NO. 41 K A K S I N

Makna lambang

Ciamsi ini menyimbulkan waktu Jui Bun – tik meminang / melamar nona Hong – kiau .gara – gara di goda dan di perdayai Ma Tiok yang berusaha mempersunting dirinya sebagai istri,nona Hong – kiau melarikan diri sampi hidup terlunta – lunta di kota yang – ciu ,tetapi tidak di kira kesengsaraan yang di alami itu justru membuka jalan keberuntungan baginya yang akhirnya bertemu dengan putra mahkota Lie Tan yang melamarnya lalu menjadi permaisuri,inilah liku – likunya nasip.

Bunyi sair:

Baiklah kau tinggal antap jangan bingung memikir ,Thian mencurahkan berkah melimpah tak usah kawtir ; Selekasnya bintang terang rintangan goda menyingkir ,Akhirnya mutiara indah bercahaya dalam bentuk butir.

Selayang pandang:

Minimpanya halangan dan bahaya mendadak sering membawa keberuntungan yang tidak di sangka – sangka.misalnya Lauw Wan tersesat masuk pegunungan lebat,di saat ia menderita dan kelaparan ,tiba – tiba ia berjumpa dengan seorang bidadari yang menyuguhkan nasi wijen hitam lalu mengajaknya kawin,selama setengah tahun ia hidup berumah tangga .setelah kembali di rumah ,ternyata sang waktu telah berselang ke tujuh turunan .

Pedoman jawaban

PERDAGANGAN TETAP BIASA.
MENCARI HATRA TUNGGU WAKTU.
RUMAH TANGGA TAMBAH KEGIRANGAN.
PERMULAAN TAHUN SUBUR KUAT.
PERJODOHAN AMAT BAIK.
ORANG BERPERGIAN LEKAS DATANG.
BERITA SURAT SEGERA SAMPAI.
BARANG HILANG DI DALAM RUMAH.
PEREMBUKAN JANGAN TERBURU – BURU.
PERSELISIHAN BELUM BERES.
BUAT SI SAKIT ADA KESAMARAN .
KEHAMILAN LAHIR PUTERA LAKI – LAKI.

NO. 42 I E T C I E

Makna Lambang

Cimsi ini menggambarkan naga dan harimau membikin susah ini gunung.Harimau adalah raja hutan yang kejam ,Naga adalah raja air yang buas, kedua duanya seperti memberi bayangan kepada orang yang sedang kepergok aral – rintang dan godaan dalam hidupnya .

Bunyi Sair:

Ada macan terus menguntit di dalam bukit lebat,kau tak perlu berpaling melihat bayangan berkelebat;Segala hal cinta dan benci antara pergaulan dan sahabat , Bagi kita kemudian hari tidak akan saling melibat.

Selayang Pandang:

Kehidupan manusia yang utama adalah terhadapsahabat harus menepati janji dan harus menepati kewajiban dengan selembar hati yang tulus .biarkanlah yang berlaku curang terhadap kita ,tapi jangan kita mengingkari janji kepadanya .Demikianlah, nama kita akan tetap harum sampai kelak kalau sudah mati.

Pedoman Jawaban:

PERDAGANGAN SUKAR TERJADI.
MENCARI HARTA LAMUNAN KOSONG.
RUMAH TANGGA JAGA BAHAYA.
PERMULAAN TAHUN BERJAGA BENCANA.
PERJODOHAN TIDAK DIPERKENANKAN.
ORANH BERPERGIAN LEKAS DATANG.
BERITA SURAT PERTENGAHAN BULAN.
BARANG HILANG SUKAR DICARINYA.
PEREMBUKAN TIADA SESUNGGUHNYA.
PERSELISIHAN TIDAK BERBAHAYA.
BUAT SISAKIT MOHONLAH BERKAH.
KEHAMILAN AKAN LAHIR WANITA.

No. 43 P I A N G O U W

Makna Lambang
Ciamisi ini mengisahkan kaisar Lie Si Bin bersiar ke akhirat.Tersentuh oleh rasa iba melihat kesengsaraan roh-roh penasaran yang menjalani hokuman secara menyedihkan di akhirat,sekembali kedua baginda Lie Si Bin segera mengadakan sembayang besar dengan puja mantra yang dilakukan para padri besar yang ternama. Tak lupa beliau pun menyuruh
Lauw Coan mengantar buah semangka untuk Raja Akhirat Giamlo – ong yang rela mati untuk menyusul mendiang isterinya doisan. Selanjutnya
Menjadi naluri secara umum, kalau ada orang mati dibawakan juga buah
Semangka sebagai upeti.

Bunyi Sair

Tidak perlu ribut tentang sedekah dan bersambat meminta – minta,
Gunakan habis akal- daya tidak lebih hanya jatuh nista; sadarilah
Bahwa dunia fana dan alam gelap berlainan permata, Biarpun hukumnya
Sama tetapi terapnya tidak adil rata.

Selayang pandang

Dipandang secara pintas jalan menggelap dan tindakan curang memang
Menguntungkan lahir tapi merugikan batin. Perbuatan seprti itu sering menjadi palang rintang dalam hidup, kurang aman tenteram.

Pedoman Jawaban

PERDAGANGAN SEPI BIASA .
MENCARI HARTA MUDAH HILANG KEMBALI.
DALAM RUMAH ADA KECEDERAAN.
PERMULAAN TAHUN KENA GODA KECIL.
PERJODOHAN TIDAK AKUR.
ORANG BERPERGIAN TIADA TETAP.
BERITA SURAT TIADA SAMPAI.
BARANG HILANG SUKAR DI CARINYA .
PEREMBUKAN MENEMUI HAMBATAN.
PERSELISIHAN BERTUMPANG TINDIH.
SISAKIT MENGANDUNG KESAMARAN.
KEHAMILAN KENA HALANGAN.

NO. 44 T I N G B I E

Makna Lambang

Ciamsi ini menggambarkan tatkala raja Bun Ong mengundang Kiang Thay – Kong .Dalam perjalanan pulang Thay Kong minta agar kereta yang di dudukinya ini di tarik sendiri oleh baginda untuk mengukur jangka waktu berkuasanya dinasti Cin.Tatkala mendekati kota raja dan hamper memasuki kota raja Bun Ong sudah kepayahan lalu berhenti sejenak .Thay Kong menghela napas lalu berkata : “ Memang sudah takdir ,Kerajaan Ciu tidak akan bisa terus memerintah hingga akhir jaman”.

Bunyi Sair ;

Nasib Thay Kong usia delapan puluh baru mulai kaya,
Ibarat bulan gemilang sinarnya memancar angkasa raya ;
Selekasnya peruntungan tiba akan mengalami masa raya,
Rumah gubug payon atap berubah tampak indah bergaya.

Selayang Pandang ;

Unggulnya bumi tanah, murubnya rumah tangga dan mumbulnya
Peruntungan manusia, semua seperti sudah dalam lingkungan
Garis tertentu masing – masing. Seiring dengan patokan takdir,
Semua ini tidak dapat dirubah dengan paksa, maka ahli nujum dapat
Meramal melalui perekanan pada sebelumnya.

Pedoman Jawaban :

PERDAGANGAN SANGAT MENYENANGKAN
MENCARI HARTA MUDAH LANCAR
RUMAH TANGGA BAHAGIA RAHAYU
PERMULAAN TAHUN MENEMUI BAHAGIA
PERJODOHAN TERJADI BERUNTUNG
ORANG BEPERGIAN BELUM PULANG
BERITA SURAT PERTENGAHAN BULAN
BARANG HILANG DIDALAM RUMAH
PEREMBUKAN TINGGAL ADEM
PERSELISIAN BISA MENGUNTUNGKAN
BUAT SISAKIT TIDAK BERBAHAYA.
KEHAMILAN ANAK LAHIR WANITA

NO 45 B O U W S I N

Makna Lambang

Ciamsi ini melukiskan pertemuan di benteng Kuno setelah melewati ke lima kota pertahanan musuh .ketika mengawal kedua kakak iparnya untuk menyusul Lauw Pi,Koan Kong yang jujur lagi setia tida perduli aral rintang menghadang , lima pahlawan musuh penjaga lima kota penting di wilayah kota musuh dijagalnya semua .

Bunyi Sair:

Pohon mongering di sayangkan belum tersiram hujan semeni,Tinggal sabar sambil giat kerja untuk terus menjalani;Ibarat malam hari gelap sudah mendekati waktunya dini,kelak kau toh kembali senang selakun kedudukan si penghuni.

Selayang Pandang;

Hilangnya jelas di pojok timur,tetapi mendadak ketemu di ujung barat,ini termasuk kejadian yang wajar di dunia .Pada umumnya memang lebih dulu harus susah baru kemudian bersilaih – ganti mayar karena pahit selalu bergandengan dengan manis .bukan kah setelah malam larut lalu fajar menyingsing.?

Pedoman Jawaban:

PERDAGANGAN BERJALAN LANCAR.
MENCARI HARTA DAPAT SEDIKIT.
RUMAH TANGGA RAHAYU SENANG.
PERMULAAN TAHUN ADA PENOLONG.
PERJODOHAN AKUR RUNTUT.
ORANG BARPERGIAN LEKAS PULANG.
BERITA SURAT SELEKASNYA SAMPAI.
BARANG HILANG DI TEPI BUKIT .
PEREMBUKAN ADA HARAPAN JADI.
PERSELISIHAN ADA PENYELESAIAN.
BUAT SISAKIT MOHONLAH BERKAH.
KEHAMILAN LAHIRLAH PUTERA LAKI – LAKI.

NO. 46 K I E I U

Makna Lambang

Ciamsi ini menggambarkan Gouw Khi membunuh istrinya untuk mengejar jasa dan pahlawan.Pada jaman Cian – kok ,jaman peperangan yang keruh.untuk mengejar dan merebut kedudukan sebagai pahlawan,Gouw Khi tega membunuh istrinya sendiri .tetapi perbutan kejam dan keji ini akhinya membawa kerusuhan yang menyedihakan.

Bunyi Sair:

Hal susah menggoda hati tidak perlu amat di pikiri,Perubahan jelek masa mendatang nanti dapat di sadari;Cobalah lihat kesananya kalau bisa jadi akur lestari,Dengan sendirinya godaan hinder senanglah di sanubari.

Selayang Pandang:

Segalanya kemuliaan dan kekayaan dunia yang di tanam dan di bangun dari dasar temaha dan kekejaman ,sering kali tidak membawa berkah dan keberuntungan yang kekal .Karena itu siapa telah membuatnya harus memakainya .

Pedoman Jawaban:

PERDAGANGAN ANAK BIASA.
MENCARI HARTA SUKAR BERHASIL
RUMAH TANGGA SEPERTI BIASA
PERMULAAN TAHUN BAHAGIA BESAR
PERJODOHAN AKUR REMPUK
ORANG BERPERGIAN HAMPIR DATANG
BERITA SURAT SUDAH BERDEKATAN
BARANG HILANG SEGERA KETEMU
PEREMBUKAN ADA HARAPAN JADI
PERSELISIHAN JANGAN DI SUSAHKAN
BUAT SISAKIT ADA HALANGAN
KEHAMILAN AKAN LAHIR WANITA

NO. 47 K H E E S U T

Makna Lambang
Ciamsi ini melukiskan Tangisnya Bing Kiong – li Merobohkan Tembok Besar ( Ban Li tiang Shia ). Sebagai pengantin baru Bing Kiong – li ditinggalkan suaminya yang dipaksa kerja membangun tembok besar di perbatasan, dengan mengalami berbagai siksa derita Bing Kiong – li pergi menyusulnya. Tetapi betapa kecewa dan hancur hatinya setelah sampai ditempat tujuan ternyata suaminya sudah meninggal. Cucuran air mata dan tangisnya yang begitu menyedihkan membuat tembok besar dimana suaminya bekerja ambruk.

Bunyi Sair :
Sebatang sungai terlapis pula oleh sebuah gunung,
Siapa tahu kepergiannya kembali masih tersandung;
Biarpun cara berkaul dan minta – minta terus direnung,
Tapi apa daya perselisihan tetap mengalang – ngundung.

Selayang Pandang :
Baru saja gelombang yang satu berderai disusul gelombang besar bergolak pula. Begitu pada umumnya kalau rumah tangga atau badan lagi apas, aral goda selalu menimpa. Dianjurkan supaya tetap bersabar sambil berbuat bajik dan berdharma supaya tidak terus merana. Kesujudan sering kali mewujudkan keganjilan yang sukar diterima secara nalar, misalnya kedua putra baginda Giauw saking getun ditinggal mati Raja Sun, air matanya yang tumpah malah menumbuhkan pohon bambu yang subur lebat. Aneh tapi nyata.

Pedoman Jawaban :

PERDAGANGAN MELULU BANYAK CAPAI.
MENCARI HARTA TIDAK BERHASIL.
RUMAH TANGGA JAGA BAHAYA.
PERMULAAN TAHUN ADA HALANGAN
PERJODOHAN TIDAK DIPERKENANKAN.
ORANG BEPERGIAN KENA HAMBATAN.
BERITA SURAT TIADA BAYANGAN.
BARANG HILANG SUKAR DICARI.
PEREMBUKAN TIDAK TERLAKSANA.
PERSELISIHAN KELEWAT BANYAK.
SISAKIT KENA RINTANGAN.
KEHAMILAN ADA TITIK BENCANA.

NO. 48 S I N H A I

Makna Lambang
Ciamsi ini melambangkan Kinjeng (Capung) terbang masuk jaring laba-laba. Saatnya manusia mati atau saatnya ketimpa celaka seolah – olah ditarik oleh kekuatan ajaib yang berada diluar kemauan yang berangkutan. Hal ini termasuk lengkara, namun toh sukar disangkal tentang kebenarannya.

Bunyi Sair :
Antara dunia dan akhirat seperti halnya berselisih poram,
Misalnya mega menutup cahaya bulan hingga menjadi gelap guram:
Mengenangnya kejadian lampau jangan membuat muram,
Menantikanlah gilirannya hujan semeni datang menyiram.

Selayang Pandang :
Yang utama bagi manusia yang hidup ini berjalan lurus, tidak berbuat atau melakukan sesuatu yang merugikan orang lain untuk mencari keuntungan sendiri. Perbuatan buruk bagaikan bayangan yang selalu menguntir bentuk yang semula. Tuntutlah hidup secara wajar dan sederhana.

Pedoman Jawaban :

PERDAGANGAN KURANG BAIK.
MENCARI HARTA TIADA HARAPAN.
RUMAH TANGGA JAGALAH PENJAHAT.
PERMULAAN TAHUN HARUS BER-HATI2.
PERJODOHAN SABAR PERLAHAN.
ORANG BEPERGIAN TIADA TETAP.
BERITA SURAT TIADA SAMPAI.
BARANG HILANG SUKAR DICARINYA.
PEREMBUKAN TAK BISA TERCAPAI.
PERSELISIHAN TIDAK HALANGAN.
BUAT SISAKIT MOHONLAH BERKAH.
KEHAMILAN LAHIR WANITA.

NO. 49 J I E M C U

Makna Lambang
Ciamsi ini manyimbolkan waktu Souw Sio – cia Bertanya Jawab Dengan Buddha. Pertanyaan yang dimaksud antara lain : Bagaimana meloloskan jirata? Siapa yang mengikat kau. Bagaimana artinya Bumi Bersih? Siapa yang mengotori kamu. Dimana letaknya Nirvana? Siapa yang memberi mati dan hidup kepadamu. Kawanan pendeta cebol dan jahat itulah yang menggali Neraka sendiri. Renungkanlah bicara soal hidup ini.

Bunyi Sair :
Banyak usul bicara manis jangan selalu diturut,
Naga terkurung mega dan angina belumlah menyurut;
Dalam kegelapan nanti nampak cahayanya jemerut,
Sabar tenanglah tak usah ingin Tanya berlarut-larut.

Selayang Pandang :
Dunia merupakan medan pengembaraan yang maha luas, penuh lelakon ganjil, banyak goda dan ujian. Berdekatlah senantiasa pada kawan jujur akan memulihkan kembali pekerjaan lama yang jatuh dan mundur.

Pedoman Jawaban :

PERDAGANGAN BERJALAN BIASA.
MENCARI HARTA LANCAR.
RUMAH TANGGA SELAMAT.
PERMULAAN TAHUN TETAP BIASA.
PERJODOHAN AKUR RUNTUT.
ORANG BEPERGIAN BELUM BERANGKAT.
BERITA SURAT BELUM SAMPAI.
BARANG HILANG KETEMUNYA LAMBAT.
PEREMBUKAN LAMBAT JADINYA.
PERSELISIHAN TIADA HALANGAN.
SISAKIT MASIH BER- LARUT2.
KEHAMILAN LAHIR PUTRA LAKI2

NO. 50 K U I T H I O

Makna Lambang
Ciamsi ini melambangkan Karena Mabuk Kwe Hua Menyiakan kesempatan baik. Kegemaran orang didunia ini berupa watak kedua, sering membuat kapiran karena merupakan cacad hidup. Bukan tidak jarang bila dalam perjalanan hidupnya ini bintang lagi gelap, pikiran menjadi keruh menambah rasa masgul dan gegetun.

Bunyi Sair :
Haruslah mengerti bohongnya alasan mengulur mundur,
Kepergok tahun gelap memang banyak goda membentur;
Kabut menutup intan permata masih belum meluntur,
Sia – sialah nafsu serakah hanya melulu tambah terpakur.

Selayang Pandang :
Sebetulnya tulen tapi orang menganggap palsu. Ini pertanda kalau nasibnya lagi sial dan rejeki lagi buntu. Tapi tak perlu menggerutu. Toh dahulu kala Pik Ho pernah menangisi batu intan temuannya yang amat berharga sambil dipeluknya dengan kencang.

Pedoman Jawaban :

PERDAGANGAN TIDAK LANCAR.
MENCARI HARTA TIDAK BERHASIL
RUMAH TANGGA PERLU DIJAGA
PERMULAAN TAHUN ADA GODA KECIL
PERJODOHAN TIDAK AKUR
ORANG BEPERGIAN BELUM SAMPAI
BERITA SURAT LAMBAT LAMA
BARANG HILANG SUKAR DICARINYA
PEREMBUKAN TIDAK TERLAKSANA
PERSELISIHAN BERBALAK-BALAK
BUAT SISAKIT MOHONLAH BERKAH
KEHAMILAN AKAN LAHIR WANITA.

NO. 51 K A K I E N

Makna Lambang
Ciamsi ini menyimbolkan waktu Sie bersaudara Memenangkan Lomba Bola Siu – Kiu. Dalam perjalanan kekota Hanyang, secara tidak terduga-duga Sie Akuw dan Sie Kui telah mendapatkan bola Siu – kiu yang sedang melayang terbawa angin dan kebetulan jatuh ditubuh mereka masing-masing. Maka kedua kakak beradik ini lalu dipungut mantu oleh pejabat tinggi yang paling berkuasa dikota tersebut. Hal ini tepat dan sesuai kata peribahasa ; asam digunung garam di laut, kalau memang jodoh masa kemana.

Bunyi Sair :
Sekarang ini memang keadaan sedang membetuli waktu,
Tunggu dan lihat mekarnya Ratu Kembang musim kesatu;
Jika bisa menemukan cahaya semi yang datang tertentu,
Ibarat hujan menyuci lenyaplah semua lepotan debulatu.

Selayang Pandang :
Ciamsi ini lebih memperlihatkan kenyataan hasilnya jika diperoleh pada bulan ke 1, 2, 3, ( musim semi – Jun ), 10, 11 dan 12 (musim dingin – Tang ), sebaliknya kurang berhasil bila kebetulan diperoleh pada bulan ke 4,5,6 ( musim panas – He ), atau bulan 7, 8 dan 9 ( musim rontok – Jiu ). Lebih penting lagi si peminta harus berlaku adil dan jujur, terutama harus bisa Teposeliro.

Pedoman Jawaban :

PERDAGANGAN MAJU PESAT
MENCARI HARTA BAIK MUSIM SEMI.
RUMAH TANGGA RAHAYU
PERMULAAN TAHUN BAHAGIA
PERJODOHAN AMAT BAIK
ORANG BERPERGIAN DIDEPAN MATA
BERITA SURAT SEGERA SAMPAI
BARANG HILANG LARINYA KE TIMUR
PEREMBUKAN DIANTARA MUSIM SEMI
PERSELISIHAN AKAN PUTUS
SISAKIT MENANGGUNG KESAMARAN
KEHAMILAN LAHIR PUTERA LAKI-LAKI

No. 52 IET BAUW

Makna Lambang

Ciamsi ini melukiskan Si Jin Kui pulang ke kampung halaman
Setelah menang perang menyerbu korea. Jenderal Si Jin Kui dikaruniai
Pangkat raja muda dan di beri cuti pulang ke desa kelahiranya.
Betapa senang dan beruntung hidupnya setelah berkumpul dengan
Isteri serta keluarganya Sambil menikmati kemuliaan dunia.

Bunyi sair :

Tanaman padi menumbuh subur semua berbiji mentas,
Bertanda masa jaya sambil memangku jabatan pantas;
Pulang dirumah berlega hati duduk senang sepintas ,
Manisnya rumah tangga kekal sungguh tiada terbatas.

Selayang Pandang

Tanah pegunungan berhawa sejuk, suasana tenteram merupakan
Tujuh surga yang aman damai. Disaat keadaan sudah cukup berlebihan
Serharusnya tidak rakus lagi mengumbar nafsu keserakahan, kalau
Tidak bisa-bisa terjegluk kenistaan.

Pedoman Jawaban :

PERDAGANGAN SERLAMAT LANCAR
MENCARI HARTA SELALU TERKABUL
RUMAH TANGGA JAYA BAHAGIA
PERMULAAN TAHUN BEGJA RAHAYU
PERJODOHAN AKUR RUNTUT
ORANG BERPERGIAN HAMPIR DATANG
BERITA SURAT LEKAS SAMPAI
BARANG HILANG SEGERA TERDAPAT
PEREMBUKAN ADA HARAPAN JADI
PERSELISIHAN TIDAK BAHAYA
BUAT SISAKIT MOHGONLAH BERKAH
KEHAMILAN AKAN LAHIR WANITA

No. 53 PIA SIN

Makna lambang

Cimsi ini melukiskan saat Kiang Cu Ge memancing ikan.selagi
Dalam masa sengsara Kiang Thai – kong sering memncing ikan
Di tepi sungai Phoa – Ge. Ia pernah menemukan sebuah batu
Giok yang kemudian diukir dengan kata-kata : “ Kerajaan Ciu
Menerima wahyu, Lu Bong labuh membantu “. Disinilah letak
Kunci perkataan Thai – Kong, umur delapan puluh masih
Terhitung pertengahan tua.

Bunyi sair :

Kiang Thai – Kong berusia delapan puluh baru mulai gembira
Ria, setelah menjadi kakek baru Raja muda Bun Ong mrnyeraya;
Buat saat ini hal yang paling penting janganlah ribut berdaya, Baiklah
Kau bersabar menunggu tibanya saat giliran.

Selayang Pandang :

Waktu belum tiba, nasib masih dalam kegelapan, biarpun berikhtiar dengan seribu satu akal tetap madal. Selekasnya musim semi sudah bersilih tiba,kembang – kembang akan mekar membiak.Disaat senang tidak terlupakan waktu susah,selagi sengsara mengenang gembira ,inilah resep panjang usia.

Pedoman Jawaban:

PERDAGANGAN JALANAN BIASA.
MENCARI HARTA SABAR PERLAHAN
RUMAH TANGGA SELAMAT.
PERMULAN TAHUN TAHAN TERJAGA.
PERJODOHAN AKUR RUNTUT.
ORANG BERPERGIAN TERLAMBAT.
BERITA SURAT LAMBAT LAMA.
BARANG HILANG AKHIRNYA KETEMU.
PEREMBUKAN LAMBAT JADINYA.
PERSELISIHAN HARUS DIDAMAIKAN.
BUAT SISAKIT BERSEMBAHYANGLAH.
KEHAMILAN LAHIR PUTERA LAKI – LAKI

No. 54 T I N G CI E

Ciamsi ini melambangkan Cu Siu – jiang meletakkan pangkat dan jabatan pergi mencari ibunya . Seorang anak berbakti bernama Cu Siu – Jiang pergi ke kota raja mengikuti ujian negara , setelah lulus mendapat kedudukan menjadi residen .Waktu ia pulang ke desa kelahiranya ,ternyata sang ibu yang amat di cintainya telah mengungsi entah kemana karena kampong halamanya tertimpa huru – hara. Cu Siu – jiang rela meletakkan pangkat dan jabatanya lalu mencari ibunya sampai ketemu. Baginda menganugerahi papan pujian sebagai tanda rasa kagumnya.

Bunyi Sair:

Sepuluh penjuru ajaran Budha titik dasarnya kesucian,
Ketahuilah bencana dan halangan itu tidak bersamaan;
Matahari cerah menerangi langit dengan cahaya emasnya,
Bahkan masih ada tuan penolong datang di rumah pertengahan.

Selayang Pandang:

Berbuat bajik menyebar dharma adalah perbuatan mulia untuk mempengaruhi dan kekalnya rumah tangga. Lebih utama bila bisa berlaku bakti,hal ini akan menjadi pokok dan sumber kerahayuan hidup, Lupa akal akan kesasar.

Pedoman Jawaban :

PERDAGANGAN MAJU LANCAR.
MENCARI HARTA HANYA SEKEDAR.
RUMAH TANGGA HARUS DI JAGA
PERMULAAN TAHUN TINGGAL BIASA
PERJODOHAN JAYA SELAMAT
ORANG BERPERGIAN HAMPIR DATANG
BERITA SURAT SEGERA NAMPAK
BARANG HILANG DALAM RUMAH
PEREMBUKAN DAPAT TERLAKSANA
PERSELISIHAN MEMBAWA MULIA
BUAT SISAKIT BERSEMBAHYANGLAH
KEHAMILAN LAHIR WANITA

NO. 55 B O U W N G O U W

Makna Lambang
Ciamsi ini melambangkan saat Lie Cun Hauw Mengurung Ong Gan – ciang dibukit Ngo – liong – hwe. Pada saat mendekati keruntuhan tahtanya, Ong Gan – ciang yang kesohor gagah berani kepergok dengan lawan berat dan kuat, dalam pertempuran sengit itu, ia terkepung diatas gunung hingga mengalami kekalahan besar.

Bunyi Sair :
Sekarang ini baik tidak berbuat karena waktunya,
Harimau terjeblos peluang kena kawanan anjing menistanya;
Serba tergelar didunia fana memang sukar diantapinya,
Ribuan gunung laksana sungai itulah perumpamaan gawatnya.

Selayang Pandang :
Kaya mulia tidak bangga, keangkuhan itu termasuk susah, jaya raya namun tidak congkak justru lebih langka. Sementara miskin dan sengsara namun tidak sesambatan atau mengeluh adalah lebih sukar pula. Demikianlah maka orang tidak mudah menempuh jalan Tiong-Long (tetap ajak).

Pedoman Jawaban:
PERDAGANGAN MEMBUANG UANG
MENCARI HARTA BERBALIK RUGI.
RUMAH TANGGA ADA BENCANA
PERMULAAN TAHUN JAGA BAHAYA
PERJODOHAN TIDAK AKUR
ORANG BEPERGIAN BELUM DATANG
BERITA SURAT TERLAMBAT
BARANG HILANG SUKAR DICARINYA
PEREMBUKAN MELULU IMPIAN KOSONG
PERSELISIHAN MEMBAWA BAHAYA
BUAT SI SAKIT TIDAK MENGAPA
KEHAMILAN ADA HALANGAN

NO. 56 K I E B I E

Makna Lambang

Ciamsi ini menggambarkan Co Jo berjumpa dengan Ma Thiauw. Dalam pertempuran melawan Ma Thiauw yang gagah perkasa, Co Jo menghadapi bahaya yang menakutkan, bayangan ngeri tak pernah terlupakan sepanjang perjalanan hidupnya. Akan tetapi, akhirnya Co Jo yang cukup tabah berbalik memperoleh kemenangan.

Bunyi Sair :

Bukit tinggi yang berbahaya hanpirlah habis dilewati,
Tinggal puncak terakhir lebih samar jangan ditakuti,
Jika bunga Kiu Hoa mekar pada bulan kedelapan nanti,
Ular panjang mungkin berubah menjadi naga yang sakti

Selayang Pandang

Sejak dahula kala, kegagalan sering kali justru menjadi biang keberhasilan, sudah lumrah kalau selalu dapat membawa berkah yang mulia. Yang utama orang hidup jangan segan bercapai lelah, ibarat membangun gunung hanya kurang tenaga dan satu engkrak tanah.

Pedoman Jawaban :
Perdagangan maju lancer
Mencari harta dalam susah
Rumah tangga bahagia
Permulaan tahun tetap biasa
PERJODOHAN AKUR RUNTUT
ORANG BEPERGIAN HAMPIR SAMPAI
BERITA SURAT KABAR SELAMAT
BARANG HILANG TIADA JAUH
PEREMBUKAN AKAN TERLAKSANA
PERSELISIHAN DAPAT UNTUNG
BUAT SI SAKIT SEMBUH
KEHAMILAH AKAN LAHIR WANITA

NO. 57 K H E E S I N

Makna Lambang

Ciamsi ini melukiskan saat Lau Hian Tik (Lauw Pi) menuju ke Tiong Go. Semula Ciu Ji memasang jebakan hendak menawan Lauw Pi dengan menjodohkan adik Sun Kian dengan Lauw Pi. Di luar dugaan ibusuri Go Kok Thai (ibu Sun Kian) amat setuju dan senang luar biasa, malah melindungi Lauw Pi yang menantunya itu. Siapa jujur senantiasa menemui mujur.

Bunyi Sair :

Perjalanan hampir sampai jangan takut bayangan ngeri,
Bernyanyi sambil minum senang membesarkan hati sendiri,
Sanak keluarga saling bahu membahu pertanda mendekati,
Tergabungnya suami istri itu ditakdirkan pasti.

Selayang Pandang :

Benda bukan bagian peruntungan, kerja diluar tenaga kemampuan, tidak jarang membawa akibat buruk yang menyesalkan. Lebih beruntung menjadi orang baik, senantiasa terlindung oleh Thian di dalam keselamatan.

Pedoman Jawabab:
PERDAGANGAN UNTUNG
MENCARI HARTA
RUMAH TANGGA BERTAMBAH MAJU
PERMULAAN TAHUN ADA KEGIRANGAN
PERJODOHAN AKUR RUNTUT
ORANG BEPERGIAN HAMPIR DATANG
BERITA SURAT SUDAH DEKAT
BARANG HILANG LARINYA KE BARAT
PEREMBUKAN COCOK HITUNGANNYA
PERSELISIHAN MENGUNTUNGKAN
BUAT SI SAKIT MOHONLAH BERKAH
KEHAMILAN AKAN LAHIR PUTERA LAKI LAKI

NO. 58 SIN IU

Makna Lambang

Ciamsi ini menggambarkan Han Ki terpilih menjadi Cong Goan. Dib tengah perjalanan ke kota raja mengikuti ujian Negara. Han Ki menemukan sesosok mayat yang terlantar di pinggir jalan, dengan menggunakan selimut merah tua yang dibekalnya dari rumah, ia membungkus dan mengubur mayat itu. Kemudian secara beruntun tiga kali naskah ujiannya dilempar ke keranjang sampah, namun secara berturut-turut tiga kali nakskahnya disodorkan pula oleh bayangan seorang laki-laki ynag berkerudung selimut merah. Akhirnya Han Ki lulus ujian dan diangkat menjadi Cong Goan

Bunyi Sair :

Tak perlu mesti menanya perihal petilasan nabi.
Lebih seyogia buatlah hati lega adem dan semedhi
Lihat itu pohon Kui Hoa dalam bulan di angkasa tinggi
Selekasnya aral goda lewat tentu akan senang kembali

Selayang Pandang

Hati welas asih dan ingata yang baik sering memutar balik serangan yang berbahaya menjadi menemukan rejeki. Selamannya hokum alam berjalan di atas garis besar, maka Langit dan Bumi tetap awet dan langgeng

Pedoman Jawaban :
PERDANGANAN MENDAPAT UNTUNG
MENCARI HARTA LELUASA
RUMAH TANGGA BAHAGIA
PERMULAAN TAHUN JAYA RIA
PERJODOHAN AKUR RUNTUT
ORANG BEPERGIAN BULAN TENGAH
BERITA SURAT BULAN TENGAH
BARANG HILANG CEPAT TERDAPAT
PEREMBUKAN TERLAKSANA
PERSELISIHAN ADA PENYELESAIAN
SI SAKIT TIDAK HALANGAN
KEAMILAH AKAN LAHIR WANITA

NO. 59 JIEM SUT

Maksa Lambang

Ciamsi ini menggambarkan seorang gadis berhati putih bersih pandangannya awas seperti Sin Bing. Pada umumnya air bersih dapat buat mengiklo wajah yang sejati. Demikian ibarat batin yang suci nulus dapat melihat tembus hal hal gelap yang tertutup “cahaya terang” dunia ini.

Bunyi Sair :

Pelita kelap kelip diwaktu malam hari yang sunyi
Segala sesuatu beres lurus cita-cita lestari
Jikalau tanaman buah kebaikan lagi tumbuh bersemi
Asapnya dupa wangi bisa menyentuh Sin Bing yang suci

Selayang Pandang :

Kalau mendongak tidak malu terhadap Thian, bila menunduk tidak malu terhadap orang tua, bukan tidak jarang bila tertimpa bahaya seperti dilindungi oleh tenaga aneh yang tidak kelihatan. Selamanya Sin Bing bersemayam dengan angker dan tentram, maka perbawanya meliputi seluruh penjuru

Pedoman Jawaban :

PERDAGANGAN AJAK BIASA
MENCARI HARTA SUKAR DAPAT
RUMAH TANGGA ANTANG
PERMULAAN TAHUN KURANG BERHASIL
PERJODOHAN TIBA TENGAH TENGAH
ORANG BEPERGIAN TERLAMBAT
BERITA SURAT BELUM SAMPAI
BARANG HILANG LAMA KETEMUNYA
PEREMBUKAN SUKAR TERJADI
PERSELISIHAN TAHAN SABAR
BUAT SI SAKIT MOHONLAH BERKAH
KEHAMILAN AKAN LAHIR WANITA

NO. 60 K U I H A Y

Makna Lambang

Ciamsi ini menggambarkan Sie Kong bikin onar di perayaan Teng dan Kembang. Untuk membela keadilan dan membantu rakyat yang lemah. Sie Kong yang jujur tapi berangasan telah membuat kerusuhan di kota raja, akibatnya sungguh amat tragis, karena seantero keluarga Sie sebanyak tiga ratusan jiwa lebih dihukum mati. Ini merupakan pembalasan Yo Hoan

Bunyi Sair :

Bulan terbit sinarnya bergemilang memberi kegembiraan
Tapia pa mau mega menutup hingga cahanya beremengan
Seyogianya dalam rumah dengan sujud membuat sedekahan
Segala perselisihan di urus damai lantas ada penyelesaian

Selayang Pandang :

Tindakan gegabah dan perbuatan terburu nafsu sering kali menimbulkan rasa kesal di kemudian hari. Berlatihlah rendah hati dan tenang, hal ini akan membina watak menjadi sabar menuju jalan lapang.

Pedoman Jawaban :

PERDAGANGAN KURANG LANCAR
MENCARI HARTA SELALU HILANG
RUMAH TANGGA BERANTAKAN
PERMULAAN TAHUN JAGA BAHAYA
PERJODOHAN BELUM BOLEH
ORANG BEPERGIAN TERHALANG
BERITA SURAT BELUM KELIHATAN
BARANG HILANG TIADA KETEMU
PEREMBUKAN TIDAK TERLAKSANA
PERSELISIHAN ADA RINTANGAN
BUAT SI SAKIT BERSEMBAHYANGLAH
KEHAMILAH ADA GODA BENCANA