Senin, 24 Agustus 2015

SHE MIEN FO 四面佛

Phra Phrom (Sanskerta=พระพรหม; Vara Brahma) adalah representasi dewa Brahma dalam Hinduisme di Thailand.

Budaya Thailand memujanya sebagai dewa keberuntungan dan perlindungan.

Di luar Thailand, Phra Phrom dikenal dengan nama Si Mian Fo (Hanzi= 四面佛; pinyin= Sìmiàn fó; lit. Buddha Berwajah Empat), terutama oleh masyarakat China yang tinggal di Hong Kong, Macau, dan Taiwan. Di sana, pemujaan Phra Phrom sangat populer.

Phra Phrom juga dikenal dengan nama Brahma Catur Muka atau She Mien Fo.

Wujud Phra Phrom di seluruh Thailand tidak sama persis, tetapi memiliki perbedaan pada jumlah fajah atau tangan, meskipun umumnya digambarkan memiliki delapan tangan. Pada abad ke-3 hingga 6, India menggambarkan wujud Brahma memiliki empat tangan, tetapi artifak yang ditemukan di daerah Indochina hingga abad ke-6 hingga 11 (pada mangkuk dari periode Gandhara) masih menggambarkannya bertangan sepasang. Barulah pada abad ke-12 hingga 13, sebagian besar menggambarkan Brahma bertangan empat. Wujud Phra Phrom yang bertangan delapan pada masa kini adalah sebuah tambahan, tetapi hal tersebut juga dimaksudkan agar orang dapat melihat wujud Brahma dengan empat tangan pada setiap sisinya.

Kadang-kadang juga ada patung Phra Phrom dengan lima wajah dan delapan tangan. Wujud tersebut didasarkan pada wujud legendaris Brahma yang memiliki lima wajah, yaitu empat wajah menghadap ke keempat arah dan yang kelima menghadap langit.

Menurut legenda, kepala kelima Brahma dipotong oleh inkarnasi kemarahan Shiva, yaitu Shiva Bhairava, sehingga kini Brahma hanya memiliki empat kepala.

Wujud Phra Phom yang umum memiliki empat muka yang melambangkan empat masa penciptaan, delapan telinga yang welas kasih mendengarkan doa dari seluruh makhluk hidup, dan delapan tangan yang membawa alat-alat keagamaan yang dipercaya memiliki makna khusus.

Tasbih = Mengontrol karma makhluk hidup dan reinkarnasi.
Tangan di depan dada = Mudra belas kasih dan berkah kepada seluruh makhluk hidup.
Rumah Keong = Melambangkan kekayaan dan kemakmuran.
Vas Bunga = Air berkat pemenuh keinginan.
Kitab Veda = Ilmu pengetahuan dan kebijkasanaan.
Tongkat Tombak = Melambangkan daya kehendak dan kesuksesan.
Cittamani (Bendera Kebesaran) = Melambangkan kekuatan penuh kuasa.
Cakra = Untuk menangkal bahaya bencana dan celaka, menangkal setan dan juga menghilangkan semua kemuraman dan kekuatiran.

Sejarah pemujaan

Masuknya kultus Brahma di Thailand

Phra Phrom aslinya adalah dewa Hindu yang berasal dari India, yaitu Brahma (Brahmā), pencipta surga dan bumi yang memiliki empat wajah. Meskipun kultus Brahma di India tidak terlalu tersebar luas, di Asia Tenggara, terutama Thailand, ia dianggap sebagai dewata pelindung dalam Buddhisme yang maha kuasa.

Ajaran Brâhmana datang ke Thailand hampir bersamaan dengan kedatangan agama Buddha ke sana. Namun, ajaran Brâhmana di Thailand lebih dikenal dari segi tradisi dan tata upacaranya, alih-alih dari ajarannya; sementara agama Buddha mendapatkan tempat yang lebih resmi sebagai agama panutan. Oleh sebab itu, tradisi dan tata upacara Hindu dianggap menjadi bagian dari tradisi Buddhis. Para brâhmana sendiri, sebelum memulai upacara menurut tradisinya, memimpin peserta upacara memohon Pañcasîla kepada bhikkhu.

Masyarakat Thailand memuja Brahma dan menerima konsep pemujaannya sudah sangat lama. Kultus Brahma tersebar dari India ke Indochina, tetapi mengalami penyurutan lebih dari 700 tahun karena masyarakat Thailand selanjutnya lebih suka untuk memuja dewa Hindu yang lain, yaitu Indra. Pemujaan Phra Phrom saat ini bisa dikatakan sebagai kebangkitan kembali pemujaan Brahma di Thailand.

Pembangunan Kuil Erawan

Meskipun sebelumnya Brahma sudah dipuja oleh sebagian masyarakat Thai, puncak kepopuleran patung ini baru pada pertengahan abad ke-20. Pada saat itu, ada satu hotel yang diberi nama Erawan, yang adalah nama gajah surgawi tunggangan Indra, dibangun di pusat pertokoan kota Bangkok. Pemilik hotel ingin membangun patung dewa Indra yang sedang menunggang gajah Erawan di pojok sebelah depan hotel.

Pembangunan Hotel Erawan dimulai pada tahun 1951, tetapi kerapkali terjadi kecelakaan sehingga empat tahun kemudian proses pembangunannya belum selesai. Mayor Jenderal Joseph Su Pei Wei yang memiliki mata batin diminta untuk menginspeksi, kemudian ia menyimpulkan bahwa nama Erawan tidak cocok (bersifat sial). Meskipun sudah didirikan patung Indra Erawan, tetapi perlindungan yang diberikan masih tidak mencukupi.

Oleh sebab itu, Mayor Jenderal menganjurkan untuk memuja dewa yang memiliki kedudukan lebih tinggi daripada Indra, yaitu Brahma. Setelah itu, hotel selesai dibangun pada tahun 1956, dan patung Brahma diletakkan di altar depan hotel. Hal tersebut menjadi kebangkitan kembali pemujaan Brahma di Thailand yang sempat padam.

Sejarah para Dewa Thailand menyebutkan bahwa yang pertama sekali lahir di jagad raya ini adalah Maha Brahma ("Se Mien Fo"). Oleh karena itu, ia dianggap sebagai sang pencipta oleh para Dewa dan manusia, sebagai Dewa terbesar karena menggerakkan alam semesta, dan penguasa alam-alam manusia, asura, yakhsa, para Dewa, dan alam-alam lainnya. Phra Phom menawarkan pertolongan kepada orang yang dengan tulus bersujud dan berdoa kepada-Nya dari seluruh arah serta memiliki keyakinan penuh.

Hari raya
Di Thailand, Asia Tenggara, China, Hong Kong, Macao, dan beberapa tempat lain, hari ulang tahun Phra Phrom dirayakan setiap tanggal 9 November. Namun, perayaan ulang tahun Phra Phrom di Taiwan berbeda-beda.

Cara pemujaan
Altar Se Mien Fo dianjurkan diletakkan di ruangan terbuka atau di luar rumah yang terletak di dekat persimpangan jalan. Menurut kepercayaan, waktu doa yang terbaik adalah antara jam 7 sampai 8 setiap harinya, karena pada waktu-waktu itu Phra Phom turun ke dunia.

Phra Phrom memiliki kekuasaan atas segala segi kehidupan manusia sehingga keempat wajahnya masing-masing mewakili aspek permohonan yang berbeda. Keempat wajah Phra Phrom mewakili cinta kasih, welas asih, kebahagiaan, dan ketenangan. Bagi yang mengharapkan posisi (karir, jabatan, akademis, dan sebagainya) akan memohon pada wajah yang berada di depan, hubungan (popularitas, cinta, pernikahan) pada wajah di kiri, kesehatan (penyembuhan, kedamaian, keharmonisan keluarga) pada wajah di kanan, dan keuangan pada wajah di belakang. Keempat wajah Phra Phrom harus dipuja semua dan tidak boleh dibeda-bedakan. Umat yang berdoa harus memujanya secara berututan searah putaran jarum jam.

Persembahan

Para pemuja Phra Phrom biasanya mempersembahkan dupa, bunga atau untaian bunga melati, dan santan kelapa muda yang diletakkan dihadapan masing-masing wajahnya. Setiap wajah mewakili aspek-aspek yang berbeda serta dipercaya memberikan berkah yang berbeda pula. Para pemujanya juga biasanya bervegetarian.

Phra Phom sangat menyukai bunga mawar kuning, melati, kelapa hijau, dan buah-buahan sebagai persembahannya.

Cara lain untuk memujanya adalah dengan meletakkan patung-patung gajah kayu di altarnya.

Phra Phrom juga dikenal sangat menyukai musik tradisional Thailand, yang dimainkan di halaman altar serta diiringi tari-tarian.

Dikatakan bahwa jika seseorang ingin supaya keinginannya dipenuhi, maka dia harus mendapatkan seorang penari striptis wanita untuk mengadakan pertunjukkan di hadapan Dewa Maha Brahma sebagai persembahan. Hal ini merupakan salah pengertian dan tidak menghargai Dewa Maha Brahma.

Doa dan mantra
Mantra pengundang Dewa Brahma:

Pah Pong (7x)
Om Palam Pati Lama (7x)
Doa Suci Phra Phom:

Om Karabindunatam Uppannam Brohmasaha Patinama Attikappe Su, A, Kato Pancapatunam Tisva Namo Buddhaya Vandanam.
Siddhi Kiccam, Siddhi Kammam, Siddhi Kariya Tadakato, Siddhi Teco Jayoniccam, Siddhi Ladho Nirantaram Sabba Kammam Pra Siddhime, Sabba Siddhi Bhawantu Me.
Mantra Phra Phom:

Maha Lapo, Maha Tero, Maha Khong Kha Phan,
Maha Savathit, Maha Sitichai,
Maha Siti Chut, Maha Amalichut,
Om, Si, Siti Ut, Bhavantu Me,
Iti Piso Bhagava, Bhagavan Patik,
Namo Buddhaya, Buddhaya, Buddhaya.

Phra Phrom dalam Buddhisme

Phra Phrom atau She Mien Fo disebut sebagai Brahmarûpa dalam agama Buddha. She Mien Fo secara harafiah memiliki pengertian “Buddha Empat Muka”.

Agama Buddha mengakui keberadaan Brahma, tetapi memiliki pengertian yang berbeda dari kepercayaan kaum Brâhmana. Brahma dalam agama Buddha bukanlah mewaliki satu makhluk saja, melainkan mewakili sekelompok makhluk dengan berbagai macam tingkatannya. Dalam Buddhisme, Brahma berada di alam tersendiri, yakni alam Brahma yang bebas dari nafsu gairah (Rûpârûpabhava). Dewa Brahma, meskipun berusia amat lama, juga akan habis masa usianya (meninggal dari alamnya). Ia pun akan melanjutkan kehidupannya di alam-alam lain seperti halnya makhluk manusia dan binatang. Dan, semasih belum mencapai tingkat-tingkat kesucian, mereka semua tak terlepaskan dari alam samsara. Keberadaan Brahma sebagai sosok penentu nasib, pemberi rejeki, kesehatan, keselamatan, dan sebagainya, tidak dikenal dalam pengertian Buddhis.

Di dalam catatan sutra Buddhis, alam Pathana Jhana Bhumi terbagi menjadi tiga alam, yaitu alam Brahma Parisajja, Brahma Purohita, dan alam Maha Brahma. "Se Mien Fo" dalam agama Buddha dipercaya sebagai Maha Brahma Sahampati (Thai= Phra Phom Sin Nei atau Pah Pong) adalah penguasa dari alam Maha Brahma, yaitu alam tertinggi dalam alam Pathana Jhana Bhumi, dan merupakan penguasa alam semesta. Dewa Brahma Sahampati dipanggil sebagai "Se Mien Fo" (Buddha Catur Muka) karena kewelasasihannya yang sangat besar kepada seluruh makhluk hidup, yang berwujud dan tidak berwujud, sehingga ia yang dari seorang Dewa kemudian mencapai ke-Bodhi-an.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar