Rabu, 05 Agustus 2015

RANGKUMAN BUDI PEKERTI ( Di Ze Gui 弟子规 ) oleh KONG FU ZI

Rangkuman Budi Pekerti ( Di Ze Gui 弟子规 )

Rangkuman ini menerangkan tentang budi pekerti seorang anak manusia ini, yang disusun berdasarkan pemikiran seorang filsuf dunia Kong Fu Zi  (Konghucu). Budi pekerti ini akan memberikan tuntunan tentang tata cara berperilaku dalam seluruh aspek kehidupan dan keseharian kita. Misalnya sebagai anak kita harus berbakti dan patuh pada orang tua, hormat pada kakak, sayang pada adik dan santun, lembut dalam bertutur kata. Begitu pula dalam bergaul di masyarakat luas, kita harus sangat berhati-hati dan mawas diri, dalam pengertian, mampu mengendalikan cara berpikir, cara berbuat, dan cara bertutur kata.
Selain itu, kita harus mampu menjaga kebersamaan, jangan sampai mempertajam perbedaan. Tebarkan kasih sayang antar sesama, menyenangkan dalam bergaul, dan mampu belajar dengan tekun, meneladani orang-orang arif bijaksana serta selalu menepati janji.

Bila keseluruhan aspek moral, budi pekerti, akhlaq dan tata krama sudah dikuasai, berusahalah menambah dan mempelajari ilmu lain yang lebih bermanfaat. Bagaimana seorang bisa menjadi anak yang berbudi luhur dan memiliki dedikasi yang tinggi?

1. Bakti Pada Orang Tua ( menerima nasihat ) :
Dalam hubungan antara anak dengan orang tua, rasa santun, hormat, patuh dan berbakti, harus diutamakan. Bila orang tua memanggil harus segera di jawab, jangan mengabaikannya, jangan acuh tak acuh.

Bila orang tua menugaskan kita untuk melakukan sesuatu, segera laksanakan. Jangan mencari-cari alasan untuk menundanya. Jangan malas, apalagi menolak tugas itu. Bila orang tua memberi petunjuk dan nasihat, dengarkan dengan seksama dan ikuti dengan perbuatan. Orang tua pasti akan mengajarkan kita ilmu dan adab yang luhur, bersih dan lurus. Nasihat itu pasti akan menyelamatkan kita dalam bergaul ditengah masyarakat luas. Oleh karena itu, dengarkan nasihat itu dengan hormat, santun dan rasa kagum, lalu praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bila kita terlanjur salah, khilaf dan keliru lalu ditegur atau dimarahi orang tua, jangan membantah. Kita harus menerima teguran itu dengan lapang hati dan berjanji pada beliau untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Jangan buat orang tua bersedih hati melihat kelakukan kita yang salah tapi tidak mau memperbaiki diri. Anak yang berbakti akan senang membaca petunjuk ini, sementara anak durhaka tidak akan senang dan mungkin marah.

2. Menyenangkan Hati Orang Tua :
Orang tua sudah berbuat sangat banyak untuk kepentingan kita. Maka sangat layaklah kiranya kalau kita berusaha membalasnya, dengan melayani kebutuhan orang tua kita dengan seikhlas-ikhlasnya, sebaik-baiknya dan sepenuh hati.

Ada 24 langkah berbakit bagi seorang anak, dikisahkan seorang anak bernama Huang Xiang, yang sangat sayang pada orang tuanya. Dia sangat memikirkan dan mengusahakan agar orang tuanya selalu bisa tidur dengan nyenyak. Bila musim panas datang, dia segera mengganti seprei dengan yang tipis, yang menyerap keringat dan yang sejuk. Bila perlu, kipasi dulu tempat tidurnya sebelum beliau menggunakannya. Sebaliknya bila musin dingin tiba, dia bergegas pula mengganti sepreinya dengan yang lebih tebal dan hangat beberapa lapis. Bila perlu dia menghangatkan dulu tempat tidur beliau dengan berbaring diatasnya.

Contoh budi pekerti Huang Xiang ini perlu kita teladani. Biasakanlah mencari dan memperhatikan orang tua kita terlebih dahulu. Begitu kita bangun pagi sapa beliau dengan santun dan tanya apa keperluan beliau. Begitu pula setiap pulang ke rumah dari perjalanan ke suatu tempat, temui dulu beliau, sapa dengan santun dan tanya apa keperluan beliau. Ceritakan apa pengalaman dan apa yang kita lihat selama perjalanan itu, agar beliau tenang dan senang.

Setiap kita hendak bepergian, harus pamit dan minta izin lebih dulu kepada beliau. Beritahu kemana kita akan pergi dan apa tujuannya. Begitu pula setiap kita pulang dari bepergian, sapa dulu beliau dan laporkan kejadian dalam perjalanan kita tersebut.

Hal lain yang akan membahagiakan orang tua adalah kemantapan kita dalam beraktivitas dan berkegiatan. Jangan sampai kita seperti orang yang selalu gelisah, tidak berketetapan hati, suka berganti-ganti pekerjaan, kegiatan dan profesi. Kemantapan dan ketekunan kita dalam suatu kegiatan akan membawa kita semakin ahli dalam kegiatan tersebut, dan hal itu akan semakin membahagiakan orang tua.

3. Jangan Mendahului Orang Tua :
Keberanian menuntaskan sesuatu hal adalah suatu sifat yang dibutuhkan. Namun proses untuk bisa menuntaskan sendiri itu sangatlah panjang dan harus melalui latihan yang berulang kali. Pada masa kita masih perlu dibimbing dan dididik orang tua, belajarlah lebih banyak cara mengambil keputusan dari orang tua, sebelum mampu melakukannya sendiri.

Walaupun untuk urusan sekecil apapun, jangan sembarangan mengambil keputusan. Haruslah melapor, berdiskusi dan berkonsultasi terlebih dahulu dengan orang tua. Bila kita terlalu mudah mengambil keputusan sendiri, banyak kemungkinan akan melakukan kesalahan yang merugikan. Terlalu berani berinisiatif tanpa konsultasi ini juga melanggar kodrat.

Orang tua kita akan sangat khawatir akibat kesalahan kita dalam mengambil keputusan atau inisiatif. Perbuatan ini jelas merupakan perbuatan yang tidak berbakti. Walaupun kita sangat menyukai suatu benda yang bukan milik kita,jangan sampai kita mengambilnya. Meskipun benda itu kelihatannya kurang berharga, kalau belum menjadi milik kita, jangan diambil dengan cara apapun juga.

Kalau ini dilakukan, maka orang tua kita pasti akan merasa malu dan kecewa. Nama baik kita pun akan tercela karenanya. Alkisah, ada seorang Jenderal yang terkenal bersih di jaman Dinasti Jin bernama Tao Kan. Dia menjadi terkenal karena didikan ibundanya yang disiplin dan keras. Pernah suatu kali, sewaktu Tao Kan masih pegawai rendahan di pabrik pengolahan ikan, dia mengirimi sang ibunda dengan sekaleng ikan asin yang sebenarnya milik negara. Ibundanya marah dan mengembalikan kaleng itu kepada anaknya disertai sepotong kata bijak yang mendidik. Sebagai pejabat kecil saja, kau sudah mengambil barang milik negara. Ini perbuatan yang tidak terpuji.

4. Menyenangkan Orang Tua :
Barang-barang yang disenangi orang tua harus kita siapkan. Perbuatan yang disenangi orang tua harus kita lakukan dengan sebaik mungkin. Sebaliknya barang-barang dan perbuatan-perbuatan yang tidak disenangi orang tua harus kita jauhkan. Berusahalah merubah tingkah laku yang buruk.

5. Menjaga Kesehatan Jiwa Dan Raga :
Orang tua akan sangat cemas dan khawatir bila kita sakit, terluka atau badan kumuh dan tidak terawat. Oleh karena itu, kita harus menjaga kesehatan jasmani, jangan sampai sakit, terkilir dan terluka.

Jangan sampai kelalaian kita membuat orang tua kita cemas. Orang tua juga akan malu apabila tingkah laku kita tidak baik. “ Zeng Zi berkata “ Rambut, kulit dan badan ini berasal dari orang tua, karena itu tidak boleh sembarangan dilukai atau disakiti sehingga perlu di jaga.   

6. Adab Berbeda Pendapat Dengan Orang Tua :
Pada dasarnya, orang tua menyayangi anaknya dengan sepenuh hatinya. Oleh karena itulah kita harus berbakti dan perbuatan berbakti itu sebenarnya tidaklah sulit. Yang kadang-kadang terasa sakit adalah bila kita berbeda pendapat dengan orang tua kita. Suatu kali mungkin kita merasa orang tua kita terlalu kolot, maka disinilah dibutuhkan kepatuhan seorang anak. Bila terjadi keadaan seperti diatas, maka kita harus dengan lapang dada mengikuti cara beliau itu dan tetap berbakti. Kita harus berusaha memahami mengapa beliau begitu.

Beliau pasti sayang kita. Mungkin ilmu dan pengalaman hidup kita yang belum mencukupi. Kita harus berani melakukan introspeksi secara jujur lalu memperbaiki diri sehingga sesuai dengan kehendak orang tua. Adab berbeda pendapat seperti ini sungguh amat sulit, sehingga adab ini adalah adab terpuji yang harus dilatih semua anak yang ingin berbakti.

Selain itu, kita harus mampu menjaga kebersamaan, jangan sampai mempertajam perbedaan. Tebarkan kasih sayang antar sesama, menyenangkan dalam bergaul, dan mampu belajar dengan tekun, meneladani orang-orang arif bijaksana serta selalu menepati janji. 

 Bila keseluruhan aspek moral, budi pekerti, akhlaq dan tata krama sudah dikuasai, berusahalah menambah dan mempelajari ilmu lain yang lebih bermanfaat. Bagaimana seorang bisa menjadi anak yang berbudi luhur dan memiliki dedikasi yang tinggi? Kisah selanjutnya.....

7. Menghadapi Orang Tua Yang Bersalah :
Bagaimanapun hebatnya orang tua kita adalah manusia biasa yang tidak luput dari berbuat salah, keliru dan terlanjur. Bila sekali waktu beliau terlanjur berbuat salah kita harus tetap hormat pada beliau, memahami beliau dan setahap demi setahap mengingatkan beliau.

Mengingatkan ini harus dilakukan dengan santun, hati-hati, tulus dan perlahan-lahan dengan tutur kata yang lembut, penuh kasih sayang dan sikap manis yang menyenangkan.

Bila pada tahap awal beliau belum bisa menerima koreksi dan pendapat kita, maka kita tetap harus sabar dan penuh kesantunan mencobanya lagi. Carilah hari lain di waktu hati beliau lebih santai dan terbuka, coba dan coba lagi. Walau sampai keluar air mata saking sedihnya, tetaplah bermohon pada beliau untuk berubah sikap.

Walau mungkin beliau sampai terlupa lalu memukul kita, jangan menyesal dan putus asa. Selalulah tetap mencoba. Kalau beliau dibiarkan terbiasa berbuat salah yang berulang-ulang, bisa merugikan kita semua.

8. Mengurusi Orang Tua Sakit Sampai Meninggal :
Orang tua kita dalam mengurusi kita, kadang-kadang sampai melupakan kebutuhan dan kesehatannya sendiri. Kadang-kadang kita mendapati beliau sakit. Beliau butuh perhatian dan kasih sayang anaknya yang tulus dan sungguh-sungguh. Kita harus mengerahkan daya upaya dan dana kita untuk mengobati beliau. Kita harus menjaga beliau dengan baik, menyelimuti jangan sampai kedinginan, menyuapi beliau jangan sampai kurang asupan gizi, mengurut beliau, membelai beliau dan menunjukkan kasih sayang kita.

Bila ternyata penyakit beliau bertambah parah, harus ditambah pula perhatian dan kasih sayang kita. Jangan tinggalkan beliau barang sekejap pun. Pagi, petang, siang dan malam urus kebutuhan beliau dan jaga beliau dengan baik.

Bila akhirnya beliau dipanggil Yang Maha Kuasa, tunjukkan kesedihan dan kedukaan yang mendalam secara bersungguh-sungguh, bukan dibuat-buat dan pura-pura. Kehilangan beliau adalah kehilangan penerang hidup kita sehingga kita benar-benar berduka. Selama masa berduka atau berkabung itu, kita hrus mengatur semua tingkah laku dan cara bicara kita. Janganlah segala kebaikan dan kasih sayang serta pengorbanan yang telah beliau berikan kepada kita, yang tanpa pamrih dan tanpa mengharap balas jasa, kita abaikan begitu saja.

Berterima kasihlah kepada beliau dan tetaplah mengingat jasa dan kebaikan beliau. Oleh karena itulah, dalam masa berkabung itu kita harus meninggalkan kebiasaan bersenang-senang, jangan meminum minuman yang memabukkan dan bahkan jangan makan makanan yang mewah dan berlebihan. Dahulu kala, masa berkabung ini bahkan sampai tiga tahun.

Upacara penghormatan jenazah orang tua kita yang telah wafat pun harus dengan mengikuti kaidah yang logis. Jangan sampai berlebih-lebihan melebihi kemampuan kita yang wajar. Jangan sampai demi gengsi, dihamburkan dana secara berlebihan. Adalah kebiasaan yang salah bila dalam penyelenggaraan jenazah inikita pamer keberadaan keuangan kita dengan membuang uang secara percuma. Cara ini hanyalah menonjolkan kesombongan keuangan kita untuk menutupi sikap yang sebelumnya kurang berbakti pada orang tua.

Sebaliknya tidak boleh pula dilaksanakan dengan sembarangan saja. Prosesi penghormatan jenazahnya harus dilakukan dengan khidmat dan sepenuh hati serta tetap menaruh hormat, sama seperti hormatnya kita sewaktu beliau masih hidup.

9. Mengenai Hubungan Saudara-Saudara / Kasih Sayang Dengan Saudara :
Sesama saudara haruslah saling menyayangi. Sebagai kakak haruslah melindungi dan menyayangi adik-adiknya. Sebagai seorang adik, sebaliknya haruslah hormat pada `kakak-kakaknya. Dengan demikian adik haruslah bisa rukun bernaung hidup dalam satu atap dengan kakaknya, begitu pula sebaliknya. Bila antara bersaudara terlihat rukun dan bahagia, maka orang tua akan merasa senang.

Dalam bergaul di masyarakat janganlah selalu menghitung untung rugi. Menghitung-hitung untung rugi ini seringkali menimbulkan rasa marah dan emosi yang tak terkendali. Sebaliknya, selalulah bertutur kata yang santun, suka mengayomi, melindungi, suka mengalah, berbicara dengan lembut, tidak menggunakan kata-kata kotor dan mampu mengendalikan emosi. Semua perilaku di atas akan menghindarkan seseorang dari pertikaian dan pertentangan yang tidak perlu atau rasa benci dan amarah.

" Tutur bahasa adalah pintu malapetaka atau bisa juga menjadi pintu keberuntungan " Filsuf Kong Fu Zi membagi ajarannya dalam empat cabang ilmu yaitu ilmu budi pekerti, tutur bahasa, sosial politik dan sastra. Dari kutipan tadi dapat dipahami bahwa tutur bahasa merupakan unsur yang sangat penting dalam ajaran Kong Fu Zi.

10. Sopan Santun Dengan Saudara :
Pendidikan sopan santun (etika-tata krama) haruslah dimulai sejak dini, semenjak usia belia. Dalam seluruh kegiatan sehari-hari, tata krama ini harus dipraktekkan. Mulai dari tata cara makan, duduk atau berjalan. Kita dituntun untuk senantiasa rendah hati dan selalu mengalah.

Yang sulung dan yang bungsu selalu ada urutannya. Jangan lupa memprioritaskan yang tua lebih dahulu, baru yang muda, sehingga yang lebih muda selalu mengalah. Bila seorang yang lebih tua memanggil seorang yang lebih muda dan orang yang dicari tidak ada ditempat pada waktu itu, maka kita yang lebih muda harus berinisiatif untuk menemui saudara yang lebih tua itu. Dan bertanya padanya, apa ada sesuatu yang bisa dibantu. Kalau kita bisa membantu mengerjakannya, bantulah. Bila kita tidak mampu melakukannya maka janjikanlah, bahwa kita akan membantu menyampaikannya kepada yang bersangkutan.

Dr. Sun Yat Sen mengatakan, “ Tujuan utama kehidupan ini adalah mengabdi, bukanlah memiliki “ Anak-anak muda harus selalu ingat pepatah diatas. Membantu orang lain adalah sumber kebahagiaan.

11. Bila bersama Sesepuh di suatu tempat :
Berada disuatu tempat dengan sesepuh, harus ikuti kegiatan beliau. Bila beliau masih berdiri, kia pun harus ikut berdiri. Bila beliau belum mempersilahkan duduk, janganlah duduk terlebih dahulu.

Bila berbicara dengan sesepuh, suara harus lembut dan tenang. Bila menjawab pertanyaan beliau. Suara harus sedemikian rupa pasnya, jangan terlalu kecil sehingga tidak terdengar.

Bila kita ada keperluan menghadap sesepuh harus dengan cekatan tampil ke depan dan bila telah selesai, kembali ke tempat semula dengan perlahan. Bila sesepuh menyampaikan atau bertanya tentang sesuatu, dengarkanlah dulu dengan seksama dan penuh perhatian. Jangan mendengar dengan mata yang melirik ke kanan kiri. Sering terjadi orang yang bertutur sapa hanya sekedar basa basi tanpa diikuti dengan kesungguhan hati. Pikiran dan perhatiannya tidak tertuju pada sesepuh yang sedang dihadapinya.

12. Bakti Pada Sesepuh Dan Keluarganya :
Berurusan dengan para sesepuh, misalnya paman bibi dan keluarganya haruslah dengan sikap sopan, hormat dan berbakti pada beliau seakan kita berhadapan dengan orang tua kita sendiri.

Begitu pula berhubungan dengan keluarga beliau. Saudara sepupu kita misalnya, haruslah pula bersikap sayang dan hormat seperti kita sayang dan hormat pada saudara kita sendiri.

13. Hormat Dan Santun Pada Sesepuh :
Menyapa sesepuh tidak boleh memanggil namanya secara langsung. Dihadapan sesepuh harus rendah hati, hormat dan santun. Jangan berlagak berlebihan (over acting) memamerkan kelebihan, kebolehan dan kemampuan diri. Kecongkakan seperti ini akan merugikan kita dan sesepuh akan berpikir dua kali untuk membantu dan membimbingnya.

Bila bertemu sesepuh di jalanan, jangan menghindar, harus berilah salam dengan menghadapkan muka pada beliau. Bila sesepuh, karena suatu alasan tertentu tidak memberi reaksi, beranjaklah mundur dan jangan repotkan beliau.  

Dahulu kala, bila bertemu sesepuh sementara kita berada di dalam kereta ( Baik mengendarai sendiri maupun menumpang ), segeralah turun dari kendaraan dan beri salam.

Tunggulah dulu hingga beliau meninggalkan tempat itu sampai berjarak agak jauh, beberapa ratus langkah, barulah kita boleh melanjutkan perjalanan. Memberi kesempatan kepada sesepuh untuk berjalan lebih dahulu, itu merupakan wujud penghormatan kepada sesepuh.

14. Mawas Diri :
Menghargai Waktu. Sebagai seorang anak, kita harus bisa menghargai dan memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Kita harus bangun pagi dan tidur tidak terlalu cepat. Tapi hal ini bukan berarti harus begadang atau tidur larut malam. Kebiasaan ini bukan hanya tidak baik terhadap kesehatan, juga akan mempengaruhi kekuatan fisik kita dalam beraktivitas di siang hari.

Bumi tidak pernah berhenti berputar. Waktu tetap berjalan tanpa kenal henti. Masa muda harus dihargai. Pepatah mengatakan : kalau waktu muda tidak giat berusaha maka pada masa tua akan menyesal.

Biasakanlah hidup disiplin dan teratur. Bangun pagi segera mandi, cuci muka, berkumur-kumur agar kesegaran timbul, semangat tumbuh dan itu adalah awal dari hari yang cerah. Sehabis buang air, baik buang air kecil maupun buang air besar, cuci kedua tangan dengan bersih. Biasakanlah hidup bersih sehingga kesehatan kita terjaga. Ingat penyakit bisa menular, bila kita tidak mencuci tangan dengan bersih dan baik. Kebersihan adalah pangkal kesehatan.

15. Jaga Keterampilan :
Penampilan harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh.Tata busana harus bersih, rapi serasi. Bila memakai topi harus pas ukuran, warna dan tempatnya. Kancing baju terpasang rapi, kaus kaki terpasang rapi, ikat pinggang dikenakan rapi. Semua ini akan membuat jalan kita gagah, tidak lingling bagai orang tersandung. Kerapihan dan keanggunan harus diutamakan dalam berbusana. Busana mencerminkan citra pribadi kita.

Tiba di rumah dari perjalanan, semua harus dikembalikan pada tempatnya. Baju, topi, sepatu, kaus kaki dan lain-lain harus dikembalikan ke tempat yang telah disiapkan semula agar sewaktu akan mengenakannya lagi tak perlu mencari kemana-mana. Barang besar dan berat tempatkan di bagian yang mudah dijangkau. Barang halus kecil tempatkan pada posisi yang mduah dicari. Membiasakan hidup teratur dan rapi sudah merupakan separuh dari kesuksesan pekerjaan kita.

16. Berlakulah Hemat Dan Seimbang :
Dalam berpakaian, jangan pilih karena mahal, bermerk dan mewahnya. Pilihlah karena kerapihan dan kebersihannya. Pertimbangkan pula kecocokannya dengan status diri dan kondisi tempat yang akan kita kunjungi. Juga sangat penting pertimbangan kemampuan keuangan kita untuk membelinya.

Kita harus bisa mengelola keuangan keluarga dengan seimbang ( proporsional ). Jangan demi gengsi dan pamer diri, dipaksakan membeli pakaian yang berharga tinggi. Pengeluaran-pengeluaran yang tidak perlu adalah pemborosan. Pepatah kita mengatakan hemat pangkal kaya.

Dalam hal makanan jangan terlalu memilih-milih. Apa yang ada manfaatkan dan konsumsi sebaik-baiknya. Bisa terjadi disuatu ketika nanti, disuatu tempat tertentu kita tidak memperoleh makanan yang kita mau, sehingga kita harus bisa menerima apa adanya. Maka kebiasaan tidak memilih-milih apa yang akan dimakan ini akan sangat berguna.

Makanlah secukupnya jangan berlebihan dan teratur pada waktunya. Bila ini dilakukan, kita akan terhindar dari kegemukan, yang hanya menambah beratnya beban tubuh yang disangga kaki dan akhirnya merusak kesehatan.

Minuman keras dan beralkohol harus dihindarkan sejauh-jauhnya, karena sangat merugikan kesehatan. Kita harus patuh pada hukum yang melarang minuman yang memabukkan. Remaja muda dan anak-anak yang belum dewasa harus berpantang minuman keras. Orang yang sudah dewasa pun tetap jangan meminum keras apalagi berlebihan.

Lihatlah orang yang mabuk. Dia berkelakuan sangat buruk, melantur dan berbuat tidak terpuji. Dalam keadaan mabuk, kebejatannya akan terkuat semua.Ini adalah sumber malapetaka. Yang tidak kalah berbahayanya adalah mengkonsumsi narkoba dan obat-obat terlarang lainnya. Katakan, “TIDAK UNTUK NARKOBA “ karena semua itu hanya akan menghilangkan harkat dan martabat manusia.       

17. Bersikap Gagah Namun Tetap Sopan :
Sewaktu berjalan langkah harus mantap dan pasti, jangan tergopoh-gopoh, jangan terburu-buru tapi jangan pula lamban tak bertenaga. Berdiri harus tegak dan gagah. Busungkan dada, tegakkan kepala, bersemangat penuh gairah. Badan tidak boleh membungkuk lemah dan lunglai tak bersemangat.

Berinteraksi dengan orang lain haruslah dengan rasa hormat yang tinggi dan sungguh-sungguh, jauh dari basa basi dan asal-asalan. Misalnya menyapa orang lain baik dengan cara membungkuk hormat (soja) maupun mengangguk harus dengan sikap hormat yang ikhlas dan sungguh-sungguh dari hati kecil, bukan asal-asalan dan basa-basi.

Dalam waktu menunggu dan suasana santai, bersikaplah tetap sopan dan santun. Jangan berdiri menghalangi lalu lintas orang yang lewat. Cari tempat yang tepat sehingga orang tidak terganggu. Jangan bersikap arogan bersandar dengan mengangkat sebelah kaki, berpangku tangan,menyilang atau menjulurkan kaki dengan angkuh, apalagi mengangkat dan menggoyang-goyang kaki acuh tak acuh.

18. Bersikaplah Lembut Dan Penuh Perhitungan :
Dalam bertindak dan berkegiatan sehari-hari, lakukanlah dengan lembut dan penuh kehati-hatian misalnya ketika memasuki ruangan buka dan tutuplah pintu dan gordyn/tirai dengan perlahan sehingga tidak menimbulkan suara gaduh. Ketika meletakkan gelas, piring dan sendok lakukanlah dengan hati-hati sehingga tidak menimbulkan bunyi.

Demikian pula ketika berjalan dalam rumah, ketika berbelok misalnya lakukan dengan hati-hati agar tidak sampai menyenggol bagian yang tajam yang dapat melukai tubuh. Sewaktu mengambil sesuatu yang kosong ( tempayan kosong misalnya ) lakukanlah dengan sedemikian berhati-hatinya, seakan-akan mengambil sesuatu yang berisi ( tempayan berisi ). Jaga jangan sampai terjatuh dan pecah.

Hal yang sama bila ingin masuk ke dalam suatu ruangan yang diperkirakan tidak berpenghuni, ketoklah pintu, berlakulah tetap hati-hati, pelan dan sopan seperti ada yang ditemui.

Bekerjalah berdasarkan rencana. Mengerjakan sesuatu janganlah terburu-buru karena mudah menimbulkan kesalahan. Jangan takut mengerjakan sesuatu yang agak susah. Karena khawatir tidak bisa selesai, kita menunda tidak jadi mengerjakannya. Sebaliknya jangan terlalu ceroboh dan sembarangan saja menyelesaikan sesuatu. Bekerjalah dengan penuh perhitungan. Rencanakan apa yang akan dikerjakan dan kerjakan sesuai dengan yang sudah direncanakan.

Hindari semua tempat-tempat maksiat dan perjudian yang seringkali menimbulkan keributan dan perkelahian. Kita harus mampu dengan tegas menolaknya. Jangan ikut-ikutan dan jangan pula sampai terjerumus.

Semua itu bersifat kotor, porno dan berselera rendah. Janganlah mendengar apalagi menonton semua kebobrokan di atas, jangan pula karena keingin tahuan yang berlebihan, kita lantas bertanya lebih mendalam. Jangan sampai akhlak kita yang masih murni polos, tercemar oleh kemaksiatan yang merugikan tersebut.

19. Mengunjungi Dan Meminjam Barang Orang Lain :
Bila hendak mendatangi suatu rumah, kantor atau kamar seseorang sebelum masuk, ketok pintu dan bertanya dengan ramah, apakah ada orang di dalamnya.

Jangan secara sembrono, tidak tahu diri, langsung masuk saja ke ruang dalam. Tanyalah dengan suara lantang, apakah ada tuan rumah di dalam, supaya orang didalam rumah tahu bahwa ia sedang kedatangan tamu.

Jika orang di dalam rumah bertanya siapa gerangan yang datang, jawablah dengan lantang nama kita dan maksud tujuan kedatangan kita secara jelas dan singkat. Jangan hanya menjawabnya dengan kata saya saja, karena hal itu akan membuat tuan rumah akan menjadi bingung, saya itu siapa?

Bila meminjam barang milik orang lain, haruslah dengan seizin yang empunya. Jika tidak mendapat persetujuan dari pemilik, janganlah menjamah dan mengambilnya, karena hal tersebut sama saja dengan mencuri.

Barang yang dipinjam harus dipelihara dan harus digunakan secara berhati-hati. Kembalikan tepat waktu sesuai janji, sehingga bila lain kali jika ingin meminjam lagi tidak mendapat kesulitan.

Pepatah mengatakan : " Pinjam dengan baik, kembalipun harus dengan baik. Mau pinjam lagi tidak akan sulit."

20. Amanah Dan Jaga Lidah :
Dalam berucap pegang ucapan, jangan ingkar janji. Bila memang tidak sanggup, jangan sembarang menebar janji, menebar bohong dan mengada-ada. Begitu pula jangan membesar-besarkan sesuatu dan memanipulasi suatu keadaan yang sebenarnya tidak ada untuk mengambil keuntungan bagi diri sendiri. Hal ini akan menumpuk dosa dan kesusahan. Kebiasaan ini tidak akan pernah ada gunanya, harus ditinggalkan.

Lebih baik berbicara seperlunya, daripada terlalu banyak bicara. Lebih baik berbicara sedikit yang bermanfaat daripada bicara banyak yang tidak ada isinya. Berbicaralah pada tempat dan waktu yang tepat. Pilihlah topik pembicaraan yang memang perlu diketahui orang lain. Hal-hal yang tidak pantas didengar, jangan diobral.

Jaga lidahmu, berbicara dengan hati-hati, jangan menyinggung perasaan orang lain, ngegombal, ngegosip dan yang menjurus pada pornografi. Ucapan yang keluar dari mulut kita haruslah sesuatu yang benar-benar punya arti dan maksud yang jelas. Jangan berbicara yang muluk-muluk tak berarti.

Jauhilah ucapan-ucapan yang membuat orang bingung, ucapan yang berselera rendah, jorok dan kotor. Ucapan kasar dan prilaku yang biasa dipakai para berandalan di jalanan, seyogyanya tidak keluar dari mulut orang yang berakhlak baik.

 21. Bicaralah Apa Yang Diketahui Dan Hindari Gosip :
Persoalan apapun, sebelum mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, jangan sembarang memberikan komentar. Sebelum mengerti dulu persoalannya jangan sebar luaskan. Jangan sampai terjadi yang tidak kita inginkan. Gosip akan berhenti di hadapan orang bijak. Janganlah terpengaruh dengan gosip-gosip.

Jangan membuat janji sembarangan menyangkut hal-hal yang tidak masuk akal. Jika telah melakukan janji kosong, maka akan berakibat salah langkah. Maju salah, mundur pun salah.

Ucapan harus tegas dan jelas, oleh karena itu berbicaralah dengan tenang, mantap dan utarakan maksud dengan jernih. Janganlah terburu-buru, sehingga permasalahannya menjadi kabur.

Jika bertemu dengan orang yang menyampaikan gosip, dengarkan saja, analisa dengan bijaksana, jangan terpengaruh, apalagi ikut-ikutan. Jika itu urusan pribadi orang lain dan tidak berhubungan dengan kita, jangan ikut campur.

22. Introspeksi Dan Kaji Diri :
Kita harus belajar dan mencontoh kelebihan dan kearifan orang lain. Timbulkan niat untuk belajar dan mencontohnya. Walaupun mungkin rasanya sulit dan kemampuan kita belum memadai, tetaplah berusaha, bertekadlah untuk melakukan kebaikan seperti orang arif itu.

Sebaliknya bila melihat dan menemukan kelemahan atau perbuatan orang lain yang tidak terpuji, mawas dirilah, hati-hati jangan sampai terikuti. Kaji diri, introspeksi, apakah diri kita memiliki juga kekurangan seperti itu.

Kalau ternyata kitapun memiliki kelemahan yang sama, segera perbaiki diri. Lalu berusahalah lebih waspada, jangan terulangi. Belajarlah seperti orang bijak, kaji diri bila melihat kekurangan orang lain. Bila ternyata kita tidak melakukan perbuatan seperti itu, tetaplah waspada dan jangan sampai suatu hari nanti kita tergelincir.

Filsuf Kong Fu Zi berkata : " Jika tiga orang berjalan bersama, pasti ada yang dapat dijadikan sebagai guru. Ambil kebaikan dan kelebihan orang lain. Sebaliknya terhadap keburukan mereka, berjaga dirilah jangan terikuti."

23. Mengembangkan diri :
Setiap orang haruslah berkewajiban untuk mengembangkan dirinya. Baik itu menyangkut pengembangan moral, akhlak, ilmu pengetahuan maupun jiwa seninya. Kalau merasa ada kekurangan, harus diupayakan menggali dan mengembangkan kemampuan tersebut. Perluas wawasan.

Tapi bila yang berkekurangan itu menyangkut harta, makanan, pakaian atau materi lainnya, biarkanlah, tak usah sedih. Jangan risau apalagi kalau harus rendah diri. Kehidupan sederhana di bidang materi juga bisa mengangkat martabat diri.

Dalam cerita Lun Yu adalah seseorang yang bernama Yan Hui tinggal di pondok reot kumuh dan sempit. Orang lain prihatin dan tidak sampai hati melihat makanan dan minumannya yang sangat sederhana. Namun Yan Hui tetap tegar dan selalu tampak ceria, bahagia. Disini terlihat bahwa orang bijak dan sederhana, lebih memikirkan pembinaan dan pengembangan diri dibandingkan dengan merisaukan harta benda.

24. Bersikap Terbuka : 
Kalau seseorang yang mudah marah karena mendengar kabar buruk tentang dirinya dan mudah senang karena mendengar kabar baik tentang dirinya, maka teman-teman yang jahat (tidak tulus) akan mudah datang dan mendekatinya, sementara teman-teman yang baik (tulus) akan menjauhi.

Sebaiknya, janganlah lupa daratan ketika mendapat pujian. Introspeksilah diri. Perhatikan apa yang kurang dan apa yang lebih. Oleh karena itu ketika dikritik janganlah mudah marah tetapi sebaliknya haruslah senang hati menerimanya.

Dengan demikian orang-orang yang baik dan terpercaya akan senang mendekati kita. Seperti pepatah yang mengatakan : " Manusia berkelompok dalam masyarakat, binantang berkelompok dalam koloni, yang seirama bersahutan, yang berbeda saling menjauhi."

25. Siap Memperbaiki Diri :
Bila seseorang dengan tidak sengaja melakukan kesalahan itu adalah keteledoran dan kelalaian, namun bila seseorang dengan sengaja melakukan kesalahan maka hal itu suatu kejahatan yang sebenarnya.

Sebaliknya bila mengetahui suatu kesalahan dan mampu mengubahnya, hal tersebut merupakan perbuatan seorang ksatria. Dengan demikian kelemahan pada diri akan terkikis satu persatu. Dan jika hanya demi gengsi, seseorang tidak pernah mau mengakui kesalahannya apalagi berusaha menutupinya, ini merupakan kesalahan yang berganda.

Orang baik bukanlah orang yang tidak pernah berbuat salah, tapi orang yang segera memperbaiki diri setelah terlanjur berbuat salah.

Filsuf Kong Fu Zi berkata : "Mengerti kesalahan dan bisa mengubahnya adalah kebajikan yang terbesar." Tambahnya lagi : Orang yang tahu malu adalah orang yang pemberani."

26. Kasih Sayang / Kesamaan Manusia :
Semua manusia pada dasarnya sama, berasal dari yang satu, sehingga semuanya adalah serumpun. Jangan sampai ada perbedaan-perbedaan yang mengundang pertikaian berdasarkan ras, keturunan, warna kulit, golongan ataupun agama.

Semua manusia harus saling berkasih sayang dan saling bekerja sama. Semua manusia berasal dari satu kandungan alam semesta ini. Jangan dibesar-besarkan perbedaan saya dengan kamu. Semua harus saling membantu, bekerja sama demi menjaga keharmonisan dan kesejahteraan kehidupan bersama.

Dr. Sun Yat Sen mengatakan : " Binatang bertahan hidup dengan saling mengalahkan, manusia bertahan hidup dengan saling kerjasama."

27. Berkepribadian Luhur :
Bagi manusia yang berkepribadian luhur, dia akan memiliki nama yang harum. Popularitasnya menyebar kemana-mana. Yang dihormati orang adalah kepribadian dan budi luhur, bukan penampilannya.

Orang yang berkeahlian akan memiliki kemampuan lebih dalam menyelesaikan masalah. Ia akan terlihat sebagai seorang tokoh panutan. Orang akan sangat kagum terhadap orang-orang yang mampu menyelesaikan banyak masalah pelik, bukan karena omong besar atau kekuasaannya, melainkan dengan keahlian dan kearifannya.

28. Hargai Orang Lain :
Setiap manusia memiliki kemampuan mengabdi dan berbuat baik pada orang banyak. Oleh karena itu janganlah egois dan hanya mementingkan diri sendiri. Bantulah orang yang perlu bantuan. Ketika melihat seseorang yang memiliki intelektualitas tinggi, bersikaplah haus akan ilmu, kagum padanya dan sebaliknya janganlah mengkritik dan memfitnah dirinya karena iri dan dengki.

Jangan bersikap menjilat terhadap orang kaya. Sebaliknya jangan sombong dihadapan orang miskin. Jangan cepat menjadi bosan dalam pergaulan. Hargai teman lama dan jangan cepat mabuk kepayang terhadap teman yang baru atau kesenangan baru. Senangi dan sayangilah barang yang sudah dimiliki dan jangan karena gengsi, mudah bosan dan gonta ganti.

Orang yang sedang memiliki kesibukan, jangan diganggu. Bila seseorang sedang tidak enak badan atau sedang kurang sehat atau pikirannya yang sedang tidak nyaman, jangan mengganggu dengan obrolan yang tidak berarti, agar tidak sampai menambah kegelisahan dan ketidak tenangannya.

29. Jangan Bicarakan Aib Orang Lain :
Dalam berhubungan dengan orang lain, jangan suka membicarakan kekurangan mereka. Kebobrokan mereka jangan dibeberkan, namun cukup dijadikan pelajaran. Rahasia pribadi (privasi) seseorang jangan disebarluaskan. Menghargai dan memuji kelebihan orang lain adalah suatu kebajikan. Semakin banyak orang mengetahui tentang kebaikan yang dipuji akan memotivasi dirinya dan orang lain untuk melakukan hal yang sama.

Perbuatan menyebarluaskan kekurangan atau rahasia seseorang adalah perbuatan jahat dan tidak terpuji. Mengkritik dengan sangat pedas bahkan sampai diikuti dengan kata-kata cacian yang merendahkan martabat seseorang, akan memecahkan tali persaudaraan bahkan timbul malapetaka.

Seorang teman sejati haruslah mau menasihati dan mengarahkan temannya. Berusahalah membina dan membangun watak dan kepribadian yang luhur. Bila teman kita bersalah, lalu kita biarkan tanpa memberi nasihat dan saran, maka diri kitapun sebenarnya ikut menderita kerugian.

30. Melepas Budi :
Mengambil atau memberi harus dapat dipisahkan dengan tegas dan jelas. Lebih baik memberi banyak dan mengambil sedikit. Dengan demikian barulah tercipta kecocokan yang harmoni, hidup aman, damai dan sejahtera dengan banyak orang.

Bila kita ingin meminta seseorang untuk melakukan sesuatu, tanya diri kita lebih dulu apakah kita mau dan senang melakukannya. Kalau kita tidak menginginkannya jangan minta orang lain melakukannya.

Filsuf Kong Fu Zi berkata : " Sesuatu yang tidak kita senangi, baik itu suatu benda atau suatu urusan, jangan berikan kepada orang. Perasaan orang lain harus dipertimbangkan lebih dahulu dengan seksama."

Menerima budi kebaikan dari orang lain, harus selalu dikenang utnuk membalasnya. Sebaliknya bila kita dirugikan dan timbul sakit hati, berusahalah melupakannya dan terimalah dengan lapang dada. Jangan disimpan berupa kemarahan yang berkepanjangan.

Yang lalu, biarlah berlalu. Kalau diingat terus akan menyiksa diri. Namun sebaliknya budi kebaikan orang lain harus dikenang selalu dan berusaha untuk membalasnya pada kesempatan lain : Ada ubi ada talas, Ada budi ada balas.

31. Perhatikan Bawahan :
Terhadap bawahan dan karyawan, disamping harus berbuat jujur, proporsional dan lurus, kitapun harus menunjukkan kasih sayang. Kepada mereka harus diperlihatkan tingkah laku dan contoh perbuatan yang baik.

Kalau kita memaksa mereka patuh pada kita dengan pendekatan kekuasaan, maka mereka hanya patuh pura-pura, dipermukaan saja. Hanya kebajikan yang tulus yang kita lakukan kepada merekalah yang akan membuat mereka patuh dengan sungguh-sungguh pada kita.

32. Arif Bijaksana, Dekati Orang Arif :
Manusia itu sangat beragam. Ada yang baik, ada yang jahat. Ada yang cerdas, ada yang terbelakang. Ada yang gagah lengkap dan ada yang cacat. Manusia pada umumnya (orang kebanyakan) akan terpengaruh keadaan, mengikuti kecenderungan arus mode. Namun manusia arif bijaksana amatlah langka.

Bila ada seseorang yang berbudi luhur tampil ditengah masyarakat, serta merta dia akan menjadi pusat perhatian. Orang akan menganguminya dan dia jadi panutan. Ucapannya mengandung kebenaran, lepas dari kepentingan pribadi. Dia tidak menjilat. Dia tidak punya rahasia-rahasia. Semua orang hormat padanya.

Bila ada kesempatan, belajarlah pada orang arif. Mereka akan membimbing kita untuk maju. Kesalahan dan kekurangan kita akan menyusut. Bila enggan, tidak mau berguru pada orang arif itu, kita akan menderita dengan kesengsaraan yang tak berujung.

Karena manusia berakhlak rendah akan menyusup menyelinap, untuk mengajak kita berbuat yang tidak terpuji sehingga dari hari ke hari dosa kia akan semakin menumpuk. Tingkah laku dan ucapan kita akan ikut terpengaruh, menjadi jahat dan berbisa, yang akhirnya akan menjerumuskan kehidupan kita.

33. Dahulukan Ajaran Moral Baru Ilmu Pengetahuan Dan Seni Rupa Ilmu Dan Amal :
Bila kita sudah banyak membaca, sudah banyak berbekal teori tentang kebajikan, sudah banyak belajar, tapi tidak bisa mempraktekkannya, maka akan sia-sialah pembelajaran kita. Buat apa banyak belajar bila kita tidak mampu bakti kepada orang tua, tidak hormat pada sesepuh, tidak mampu memegang janji, tidak mampu berkasih sayang dengan sesama dan tidak mampu berbuat arif bijaksana.

Bisa jadi orang rajin membaca buku, punya bekal sedikit ilmu tapi kalau tidak bisa dipraktekkan, semua itu hanya akan menambah tabiat buruk kita yang hanya memahami kebenaran semu. Buat apa belajar dan membaca kalau akhirnya kita menjadi manusia yang tidak realistis,

Namun sebaliknya, bila kita hanya bisa berbuat dan berbuat terus tanpa dibekali ilmu dan malas membaca, maka perbuatan kita itu tidak terarah. Perbuatan tersebut hanya akan mengikuti kehendak hati pribadi saja tanpa landasan yang benar. Hal ini akan memutar balikkan kebenaran dan itu sangat salah.

Filsuf Kong Fu Zi mewasiatkan : " Belajar terus tanpa pernah mempraktekkannya akan menimbulkan kebimbangan. Namun berbuat terus tanpa mau belajar akan menjadi berbahaya."

34. Gairah Menuntut Ilmu :
Dalam hal belajar, tidak bisa dipisahkan dari membaca. Sementara dalam hal membaca, tidak bisa dipisahkan dari tiga faktor utama yaitu
-    Mata untuk melihat aksara dan materinya
-    Mulut untuk melafalkannya, mengucapkannya
-    Pikiran, memahami dan mengingatnya
Bila ketiga faktor ini sudah lengkap, hasil pembelajarannya baru bisa maksimal. Bila mau mendalami ilmu, kita harus benar-benar terpusat fikirannya, fokus dan menjurus kesuatu hal secara khusus (spesialis)

Jangan sampai terjadi, baru membaca sedikit saja, baru menguasai kulit-kulitnya saja, kita sudah beralih mau mempelajari buku-buku pengetahuan lain. Pahamilah satu ilmu sampai tuntas, baru belajar yang lain. Bila kita tidak fokus, maka hati kita tidak akan tenang.

Oleh karena itu, sebelum membaca buku, rencanakan dulu pemilihan objek buku itu dengan seksama. Kalau sudah diputuskan memilih suatu buku yang kita minati, jadwalkan agak longgar waktunya, pelajarilah dengan giat, sungguh-sungguh, disiplin dan jangan menunda-nunda. Bila kita konsisten demikian, maka dasar keilmuan kita akan menjadi kuat. Kalau pada awalnya kita masih ragu dan belum sepenuhnya mengerti, lambat laun akan memahami semuanya secara mendalam.

Dalam kitab Zhong Yong dinyatakan : "Bila kita kuat belajar dengan tekun, pada saatnya akan mengerti secara keseluruhan." Semua persoalan, baik yang halus (samar-samar) maupun yang kasar (nyata) akan menjadi jelas. Ilmu itu akan berguna untuk menerangi semuanya. Sebagai pelajar, kalau ada keraguan yang ditemui, catat dan segera tanya kepada guru, sampai mengerti semuanya. Malu bertanya sesat di jalan.

35. Rapikan Ruang Belajar :
Ruang belajar dan perpustakaan kita harus tertata dengan rapi dan apik. Semua peralatan belajar mulai dari buku bacaan, catatan, tinta, pena dan peralatan lainnya tempatkan secara rapi pada tempatnya masing-masing, jangan sampai berantakan. Seluruh ruangan, sampai pojok-pojoknya harus indah dipandang mata, tertata dengan baik. Suasana inilah yang akan membuat kondisi batin kita tenang dan siap belajar.

Dahulu orang belajar menulis dengan kuas yang memiliki batu tinta. Sebelum menulis harus diasah terlebih dahulu batu tinta tersebut. Bila hati sedang tidak tenang, maka sewaktu mengasah batu tinta bisa miring sebelah. Jadi kemiringan tersebut adalah karena situasi batin yang tidak tenang. Tata letak buku bacaan, juga harus sedemikian rapi dan sistematisnya. Kelompokkan buku dalam kelompok yang sama sesuai klasifikasinya. Bila telah usai membaca, tempatkan kembali buku tersebut ke tempatnya semula

Bila ada urusan penting yang membuat kita harus meninggalkan ruang baca dengan mendadak, kembalikan dulu buku yang tengah dibaca ke tempatnya semula, baru boleh meninggalkan tempat. Buku adalah intisari kecerdasan orang-orang bijak.

Bila buku sampai rusak karena dibaca, cepat diperbaiki, ditambal, dijahit atau dilem agar tidak cepat rusak. Orang dahulu, sangat sulit mendapatkan buku. Oleh karena itu, bila ternyata rusak harus diperbaiki dan ditambal terus.

Buku-buku picisan yang bukan dikarang orang-orang bijak dan suci harus segera dicampakkan. Jangan sampai jiwa dan pemikiran kita sempat terkontaminasi atau tercemar. Bila hati kita ditutup untuk suatu ilmu kebajikan, maka pikiran akan menjadi kotor, tidak sehat, lalu bila kita sering berhadapan dengan suatu kesulitan atau rongrongan, kita akan cepat menjadi putus asa.

Meng Zi berkata : " Orang terhormat maupun orang biasa, yang terbaik dari mereka itu adalah orang yang selalu berusaha menjadi baik."

Sayangilah diri sendiri, perluaslah wawasan. Jangan suka menyalahkan orang lain. Kalau kita menemui sesuatu yang tidak berkenan di hati, introspeksilah, kaji diri. Tingkatan orang bijak dan suci memang tinggi sekali. Tapi bila kita ada kemauan untuk mencapainya, kita akan mampu juga seperti mereka dengan melatih diri, namun dituntut kesungguhan untuk selalu mencoba dan mencoba lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar