Senin, 25 Mei 2015

DHAMMAPADA ( sabda-sabda Buddha Gotama ) part III

Nafsu Keinginan

334. Bila seseorang hidup lengah, maka nafsu keinginannya tumbuh, seperti tanaman Maluva yang menjalar. Ia melompat dari satu kehidupan ke kehidupan lain, bagaikan kera yang senang mencari buah-buahan di dalam hutan.

335. Dalam dunia ini, siapa pun yang dikuasai oleh nafsu keinginan rendah dan beracun, penderitaannya akan bertambah seperti rumput Binara yang tumbuh dengan cepat karena disirami dengan baik.

336. Tetapi barangsiapa dapat mengatasi nafsu keinginan yang beracun dan sukar dikalahkan itu, maka kesedihan akan berlalu dari dirinya, seperti air yang jatuh dari daun teratai.

337. Kuberitahukan hal ini kepadamu : "Semoga engkau sekalian yang telah datang berkumpul disini memperoleh kesejahteraan! Bongkarlah nafsu keinginanmu, seperti orang mencabut akar rumput Binara yang harum. Jangan biarkan Mara menghancurkan dirimu berulang kali, seperti arus sungai menghancurkan rumput ilalang yang tumbuh di tepi.

338. Sebatang pohon yang telah ditebang masih akan dapat tumbuh dan bersemi lagi apabila akar-akarnya masih kuat dan tidak dihancurkan. Begitu pula selama akar nafsu keinginan tidak dihancurkan, maka penderitaan akan tumbuh berulang kali.

339. Apabila tiga puluh enam nafsu keinginan di dalam diri seseorang mengalir deras menuju obyek-obyek yang menyenangkan, maka gelombang pikiran yang penuh nafsu akan menyeret orang yang memiliki pandangan salah seperti itu.

340. Di mana-mana mengalir arus ( nafsu-nafsu keinginan ); di mana-mana tanaman menjalar tumbuh merambat. Apabila engkau melihat tanaman menjalar ( nafsu keinginan ) tumbuh tinggi, maka harus kau potong akar-akarnya dengan  kebijaksanaan.

341. Dalam diri makhluk-makhluk timbul rasa senang mengejar obyek-obyek indera, dan mereka menjadi terikat pada keinginan-keinginan indera. Karena cenderung pada hal-hal yang menyenangkan dan terus mengejar kenikmatan indera, maka mereka menjadi korban kelahiran dan kelapukan.

342. Makhluk-makhluk yang terikat nafsu keinginan, berlarian kian kemari seperti seekor kelinci yang terjebak. Karena terikat erat oleh belenggu-belenggu dan ikatan-ikatan, maka mereka mengalami penderitaan untuk waktu yang lama.

343. Makhluk-makhluk yang terikat pada nafsu keinginan, berlarian kian kemari seperti seekor kelinci yang terjebak. Karena itu, seorang bhikkhu yang menginginkan kebebasan diri, hendaklah ia membuang segala nafsu keinginan.

344. Setelah bebas dari hutan keinginan ( kehidupan rumah tangga ), ia menemukan hutan kesucian ( kehidupan pertapa ). Tapi, walaupun telah bebas dari keinginan ( akan kehidupan rumah tangga ) ia kembali ke rumah lagi. Lihatlah orang seperti itu! Setelah bebas, ia kembali pada ikatan itu lagi.

345. Orang bijaksana menyatakan, bahwa belenggu yang terbuat dari besi, kayu ataupun rami tidaklah begitu kuat. Tetapi, ikatan terhadap anak-anak, isteri dan harta benda, sesungguhnya merupakan belenggu yang jauh lebih kuat.

346. Orang bijaksana menyatakan bahwa belenggu seperti itu amat kuat, dapat melemparkan orang ke bawah, halus dan sukar untuk dilepaskan. Walaupun demikian, para bijaksana akan dapat memutuskan belenggu itu, mereka meninggalkan kehidupan duniawi, tanpa ikatan, serta melepaskan kesenangan-kesenangan indera.

347. Mereka yang bergembira dengan nafsu indera, akan jatuh ke dalam arus ( kehidupan ), seperti laba-laba yang jatuh ke dalam jaring yang dibuatnya sendiri. Tapi para bijaksana dapat memutuskan belenggu itu, mereka meninggalkan kehidupan duniawi, tanpa ikatan, serta melepaskan kesenangan-kesenangan indera.

348. Tinggalkan apa yang telah lalu, yang akan datang maupun yang sekarang dan capailah Nibbana. Dengan pikiran yang telah bebas dari segala sesuatu, maka engkau tak akan mengalami kelahiran dan kelapukan lagi.

349. Orang yang pikirannya kacau, penuh dengan nafsu dan hanya melihat pada hal-hal yang menyenangkan saja, maka nafsu keinginannya akan terus bertambah. Sesungguhnya, orang seperti itu hanya akan memperkuat ikatan belenggu sendiri.

350. Orang yang bergembira dalam menenangkan pikiran, tekun merenungkan hal-hal yang menjijikkan ( sebagai obyek perenungan dalam samadi ) dan selalu sadar, maka ia akan mengakhiri nafsu-nafsu keinginannya dan menghancurkan belenggu Mara.

351. Orang yang telah mencapai tujuan akhir, tidak lagi mempunyai rasa takut, noda batin serta nafsu keinginan, sesungguhnya ia telah mematahkan ruji-ruji kehidupan. Bagi orang suci ( Arahat ) seperti itu, tubuhnya merupakan tubuh yang terakhir.

352. Orang yang telah bebas dari nafsu keinginan dan kemelekatan, pandai dalam menganalisa serta memahami Ajaran beserta pasangan-pasangannya, maka ia patut disebut seorang Pemilik Tubuh Akhir, pemilik Kebijaksanaan Agung, manusia agung.

353. Aku mengalahkan semuanya. Aku mengetahui semuanya. Aku bebas dari semuanya. Aku meninggalkan semuanya. Setelah menghancurkan nafsu keinginan, Aku bebas, Setelah menyadari segala sesuatu melalui usaha sendiri, maka siapakah yang patut Kusebut Guru ?

354. Pemberani Kebenaran ( Dhamma ) mengalahkan segenap pemberani lainnya; rasa kebenaran mengalahkan segenap rasa lainnya; kegembiraan dalam Kebenaran mengalahkan segenap kegembiraan lainnya. Orang yang telah menghancurkan nafsu keinginan akan mengalahkan segenap penderitaan.

355. Kekayaan dapat menghancurkan orang bodoh, tetapi tidak dapat menghancurkan mereka yang mencari pantai seberang ( Nibbana ). Karena serakah dari kekayaan, orang bodoh akan menghancurkan orang lain serta dirinya sendiri.

356. Rumput liar merupakan bencana bagi sawah dan ladang; nafsu indera merupakan bencana bagi manusia. Karena itu, dana yang dipersembahkan kepada mereka yang telah bebas dari nafsu indera akan menghasilkan pahala yang besar.

357. Rumput liar merupakan bencana bagi sawah dan ladang; kebencian merupakan bencana bagi manusia. Karena itu, dana yang dipersembahkan kepada mereka yang telah bebas dari kebencian akan menghasilkan pahala yang besar.

358. Rumput liar merupakan bencana bagi sawah dan ladang; ketidaktahuan merupakan bencana bagi manusia. Karena itu, dana yang dipersembahkan kepada mereka yang telah bebas dari ketidaktahuan akan menghasilkan pahala yang besar.

359. Rumput liar merupakan bencana bagi sawah dan ladang; nafsu keinginan merupakan bencana bagi manusia. Karena itu, dana yang dipersembahkan kepada mereka yang telah bebas dari nafsu keinginan akan menghasilkan pahala yang besar.

Bhikkhu

360. Sungguh baik mengendalikan mata; sungguh baik mengendalikan telinga; sungguh baik mengendalikan hidung; sungguh baik mengendalikan lidah.

361. Sungguh baik mengendalikan perbuatan; sungguh baik mengendalikan ucapan; sungguh baik mengendalikan semuanya ( indera-indera ). Seorang bhikkhu yang dapat mengendalikan semuanya akan bebas dari semua penderitaan.

362. Seseorang yang mengendalikan tangan, kakinya, ucapan dan pikirannya, yang bergembira dalam samadi dan memiliki batin yang tenang, puas berdiam seorang diri, maka orang lain menamakan dia "bhikkhu".

363. Seorang bhikkhu yang mengendalikan lidahnya, yang berbicara dengan bijaksana dan tidak sombong, yang dapat menerangkan Dhamma beserta artinya, maka akan kedengaran indah ucapannya itu.

364. Seorang bhikkhu yang selalu berdiam dan gembira dalam Dhamma, yang selalu merenungkan dan mengingat-ingat akan Dhamma, maka bhikkhu itu tidak akan tergelincir dari Dhamma yang mulia.

365. Hendaklah ia tidak mencela apa yang ia peroleh, juga hendaklah ia tidak merasa iri terhadap apa yang telah diperoleh orang lain. Seorang bhikkhu yang merasa iri terhadap apa yang diperoleh orang lain, tidak akan dapat mencapai perkembangan dalam samadi.

366. Walaupun hanya memperoleh sedikit, tetapi apabila seorang bhikkhu tidak mencela apa yang telah diperolehnya, maka para dewa pun akan memuji orang seperti itu, yang memiliki kehidupan bersih serta tidak malas.

367. Apabila seseorang tidak lagi melekat pada konsepsi "aku" atau "milikku", baik yang berkenaan dengan batin maupun jasmani, dan tidak bersedih terhadap apa yang dimilikinya, maka orang seperti itu layak disebut bhikkhu.

368. Apabila seorang bhikkhu hidup dalam cinta kasih dan memiliki keyakinan terhadap Ajaran Sang Buddha, maka ia akan sampai pada Keadaan Damai, berhentinya hal-hal yang berkondisi ( sankhara ).

369. Bhikkhu, kosongkanlah perahu ( tubuh ) ini. Apabila telah dikosongkan maka perahu ini akan melaju dengan pesat. Setelah memutuskan nafsu keinginan dan kebencian, maka engkau mencapai Nibbana.

370. Putuskanlah lima kelompok belenggu pertama ( dan sepuluh belenggu ), dan singkirkan lima kelompok kedua ( dan sepuluh belenggu ), serta kembangkan lima kekuatan secara sempurna. Apabila seorang bhikkhu telah bebas dari lima ikatan maka ia disebut seorang "Penyeberang Arus".

371. Bersamadilah, bhikkhu! Jangan lengah! Jangan biarkan pikiranmu diseret oleh kesenangan-kesenangan indera! Jangan karena lengah maka engkau harus menelan bola besi yang membara! Dan jangan karena terbakar maka engkau meratap. "Hal ini sungguh menyakitkan!"

372. Tak ada samadi dalam diri orang yang tidak memiliki kebijaksanaan. Dan tidak ada kebijaksanaan dalam diri orang yang tidak bersamadi. Orang yang memiliki samadi dan kebijaksanaan, sesungguhnya sudah berada di dekat Nibbana.

373. Apabila seorang bhikkhu telah pergi ke tempat sepi, telah menenangkan pikirannya dan telah dapat melihat Dhamma dengan jelas, akan merasakan kegembiraan yang belum pernah dirasakan oleh orang-orang biasa.

374. Bila seseorang dapat melihat dengan jelas akan timbul dan lenyapnya kelompok kehidupan ( khanda ), maka ia akan merasakan kegembiraan dan ketentraman batin. Sesungguhnya, bagi mereka yang telah mengerti tak akan ada lagi kematian.

375. Pertama-tama, inilah yang harus dikerjakan oleh seorang bhikkhu yang bijaksana, yaitu : mengendalikan indera-indera, merasa puas dengan apa yang ada, menjalankan peraturan-peraturan ( patimokkha ).

376. Bergaul dengan teman kehidupan suci yang rajin dan bersemangat. Hendaklah ia bersikap ramah dan sopan tingkah lakunya. Karena merasa gembira dalam menjalankan hal-hal tersebut, maka ia akan bebas dari penderitaan.

377. Seperti tanaman Vassika ( pohon melati yang merambat ) menggugurkan bunga-bunganya sendiri yang layu dan kering, begitu pula hendaknya engkau bhikkhu, membuang nafsu dan dendam.

378. Seorang bhikkhu yang memiliki perbuatan, ucapan serta pikiran tenang dan terpusat, telah dapat menyingkirkan hal-hal duniawi, maka ia adalah orang yang benar-benar damai.

379. Engkaulah yang harus mengingatkan dan memeriksa dirimu sendiri. Bhikkhu, bila engkau dapat menjaga dirimu sendiri dan selalu sadar, maka engkau akan hidup dalam kebahagiaan.

380. Sesungguhnya dari sendiri menjadi tuan bagi diri sendiri. Diri sendiri adalah pelindung bagi diri sendiri. Oleh karena itu, kendalikan dirimu sendiri, seperti pedagang kuda menguasai kuda yang baik.

381. Dengan penuh kegembiraan dan penuh keyakinan terhadap Ajaran Sang Buddha, seorang bhikkhu akan sampai pada keadaan damai disebabkan oleh berakhirnya semua ikatan.

382. Walaupun seorang bhikkhu masih berusia muda, namun bila ia tekun menghayati Ajaran Sang Buddha, maka ia menerangi dunia ini, bagaikan bulan yang terbebas dari awan.

Brahmana

383. Brahmana,berusahalah memotong arus ( kehidupan ) dan singkirkanlah nafsu-nafsu indera. Setelah mengetahui penghancuran segala sesuatu yang berkondisi, O Brahmana, engkau akan mengenal apa Yang Tak Tercipta.

384. Bila seorang Brahmana telah mencapai akhir dari pada dua jalan samadi, maka semua belenggu akan terlepas dari dirinya. Karena mengerti dan telah memiliki pengetahuan, ia bebas dari semua ikatan.

385. Seseorang yang tidak lagi memiliki pantai sini ( enam landasan indera dalam ) atau pantai sana ( enam obyek indera luar ), ataupun kedua-duanya, tidak lagi bersedih dan tanpa ikatan, maka Ia kusebut seorang Brahmana.

386. Seseorang yang tekun bersamadi, bebas dari noda, tenang, telah mengerjakan apa yang harus dikerjakan, bebas dari kekotoran batin dan telah mencapai tujuan akhir ( Nibbana ), maka Kusebut seorang Brahmana.

387. Matahari bersinar di waktu siang. Bulan bercahaya di waktu malam, kesatria gemerlapan dengan seragam perangnya. Brahmana bersinar terang dalam samadhi. Tetapi, Sang Buddha bersinar dengan penuh kemuliaan sepanjang siang dan malam.

388. Karena telah membuang kejahatan, maka ia Kusebut seorang Brahmana; karena tingkah lakunya tenang, maka ia Kusebut seorang petapa; dan karena ia telah melenyapkan noda-noda batin, maka ia Kusebut seorang Pabbajita.

389. Janganlah seseorang memukul Brahmana, juga janganlah Brahmana yang dipukul itu menjadi marah kepadanya. Sungguh memalukan perbuatan orang  yang memukul Brahmana, tetapi jauh memalukan lagi adalah Brahmana yang menjadi marah kepada orang yang memukulnya.

390. Tak ada yang lebih baik bagi seorang Brahmana selain menarik pikirannya dari hal-hal yang menyenangkan. Lebih cepat ia dapat menyingkirkan itikad jahatnya, maka lebih cepat pula penderitaannya berakhir.

391. Seseorang yang tidak lagi berbuat jahat melalui badan, ucapan dan pikiran, serta dapat mengendalikan diri dalam tiga saluran perbuatan ini, maka ia Kusebut seorang Brahmana.

392. Apabila melalui orang lain seseorang dapat mengenal Dhamma sebagaimana yang telah dibabarkan oleh Samma Sambuddha, maka hendaklah ia menghormati orang tersebut, seperti seorang Brahmana menghormati api sucinya.

393. Bukan karena rambut dijalin, keturunan ataupun kelahiran, seseorang menjadi Brahmana. Tetapi, orang yang memiliki kejujuran dan kebajikan yang pantas menjadi seorang Brahmana, orang yang suci.

394. Wahai orang bodoh, apa gunanya engkau menjalin rambutmu serta mengenakan pakaian kulit manjangan? Engkau hanya membersihkan bagian luarmu, tetapi hatimu masih penuh dengan kekotoran.

395. Seseorang yang mengenakan jubah kain bekas ( pamsukala ), kurus, otot-otot terlihat pada seluruh tubuhnya, bersamadi seorang diri dalam hutan, maka ia Kusebut seorang Brahmana.

396. Aku tidak menyebutnya seorang Brahmana hanya karena ia berasal dari keluarga Brahmana atau lahir dari kandungan seorang ibu Brahmana. Apabila dirinya masih penuh dengan noda, maka ia hanyalah seorang Brahmana karena keturunannya. Tetapi, orang yang tanpa noda dan telah bebas dari semua ikatan, maka Kusebut seorang Brahmana.

397. Ia yang telah memotong semua belenggu, tidak lagi gemetar, yang bebas dan telah mematahkan semua ikatan, maka ia Kusebut seorang Brahmana.

398. Ia yang memotong sabuk kebencian, tali kulit nafsu keinginan dan tali rami pandangan keliru serta semua kekotoran batin laten ( anusaya ); ia yang telah menyingkirkan kayu penghalang ( kebodohan ) dan menyadari kebenaran, maka ia Kusebut seorang Brahmana.

399. Seseorang yang tidak marah, yang dapat menahan hinaan, penganiyaan dan hukuman, yang memiliki senjata kesabaran, maka ia Kusebut seorang Brahmana.

400. Seseorang yang telah bebas dari kemarahan, taat, bajik, bebas dari nafsu keinginan, terkendali dan yang memiliki tubuh ini sebagai tubuh akhir, maka ia Kusebut Brahmana.

401. Seseorang yang tidak lagi melekat pada kesenangan-kesenangan indera, seperti air di atas daun teratai atau seperti biji lada di ujung jarum, maka ia Kusebut seorang Brahmana.

402. Dalam dunia ini, seseorang yang telah menyadari akhir penderitaannya sendiri, yang telah meletakkan beban dan tak terikat, maka ia Kusebut seorang Brahmana.

403. Seseorang yang pengetahuannya dalam, pandai dan terlatih membedakan jalan yang benar dan salah, yang telah mencapai tujuan tertinggi, maka ia Kusebut seorang Brahmana.

404. Orang yang menjauhkan diri dan umum dan para petapa,  yang mengembara tanpa tempat tinggal tertentu dan sedikit kebutuhannya, maka ia Kusebut seorang Brahmana.

405. Seseorang yang tidak lagi menganiaya makhluk-makhluk lain, baik yang kuat maupun yang lemah, yang tidak membunuh atau menganjurkan orang lain membunuh, maka ia Kusebut seorang Brahmana.

406. Orang yang tidak membenci di antara mereka yang membenci; damai diantara mereka yang kejam; dan tidak melekat diantara mereka yang melekat, maka ia Kusebut seorang Brahmana.

407. Seseorang yang nafsu, kebencian, kesombongan dan kemunafikannya telah gugur, seperti biji lada di ujung jarum, maka ia Kusebut seorang Brahmana.

408. Seseorang yang mengucapkan kata-kata halus, yang mengandung Ajaran Kebenaran, yang tidak menyinggung siapapun, maka ia Kusebut seorang Brahmana.

409. Dalam dunia ini, seseorang yang tidak mengambil apa yang tidak diberikan, baik yang panjang atau pendek, kecil atau besar, baik ataupun buruk, maka ia Kusebut seorang Brahmana.

410. Seseorang yang tidak mempunyai nafsu keinginan terhadap dunia ini maupun dunia selanjutnya, yang telah bebas dari keinginan dan tidak lagi melekat, maka ia Kusebut seorang Brahmana.

411. Seseorang yang tidak mempunyai nafsu keinginan lagi, yang telah bebas dari keragu-raguan karena memiliki Pengetahuan Sempurna, yang telah menyelami keadaan tanpa kematian, maka ia Kusebut seorang Brahmana.

412. Seseorang yang telah mengatasi kebaikan, kejahatan dan kemelekatan, tidak lagi bersedih hati, tanpa noda dan suci murni, maka ia Kusebut seorang Brahmana.

413. Seseorang yang tanpa noda, bersih, tenang dan jernih batinnya seperti bulan purnama, maka ia Kusebut seorang Brahmana.

414. Orang yang telah menyeberangi lautan kehidupan ( samsara ) yang kotor, berbahaya dan bersifat maya; yang telah menyeberang dan mencapai Pantai Seberang; yang selalu bersamadi, terang dan bebas dari keragu-raguan; yang tidak terikat pada sesuatu apapun dan telah mencapai Nibbana, maka ia Kusebut seorang Brahmana.

415. Seseorang yang dengan membuang nafsu keinginan kemudian meninggalkan kehidupan rumah tangga dan menempuh kehidupan tanpa rumah, telah menghancurkan nafsu indera akan wujud yang baru, maka ia Kusebut seorang Brahmana.

416. Seseorang yang dengan membuang nafsu keinginan kemidian meninggalkan kehidupan rumah tangga dan menempuh kehidupan tanpa rumah, telah menghancurkan kemelekatan dan kerinduan, maka ia Kusebut seorang Brahmana.

417. Seseorang yang telah menyingkirkan ikatan-ikatan duniawi dan telah mengatasi ikatan-ikatan surgawi, bebas dari semua ikatan, maka ia Kusebut seorang Brahmana.

418. Seseorang yang telah mengatasi rasa senang dan tidak senang dengan tidak menghiraukannya lagi, telah menghancurkan dasar-dasar bagi perwujudan dan telah mengatasi semua dunia ( kelompok kehidupan ), mska ia Kusebut seorang Brahmana.

419. Seseorang yang telah memiliki pengetahuan sempurna tentang dan lenyapnya makhluk-makhluk, telah bebas dari ikatan, telah pergi dengan baik ( sugata ) dan telah mencapai Penerangan Sempurna, maka ia Kusebut seorang Brahmana.

420. Orang yang jejaknya tak dapat dilacak, baik oleh para dewa, gandhawara maupun manusia, telah menghancurkan semua kekotoran batin dan telah mencapai kesucian ( Arahat ), maka ia Kusebut seorang Brahmana.

421. Orang yang tidak lagi terikat pada yang telah lampau, apa yang sekarang maupun yang akan datang, tidak memegang ataupun melekat pada apapun juga, maka ia Kusebut seorang Brahmana.

422. Ia yang Mulia, Agung, Pahlawan, Petapa Agung ( Mahesi ), Penakluk, Orang Tanpa Nafsu, Murni, Telah Mencapai Penerangan, Maka ia Kusebit seorang Brahmana.

423. Orang yang telah mengetahui semua kehidupannya yang lampau, dapat melihat keadaan surga dan neraka, telah mencapai akhir kelahiran, telah mencapai kesempurnaan pandangan terang, suci murni dan sempurna kebijaksanaanya, maka ia Kusebut seorang Brahmana.

Sabtu, 23 Mei 2015

DHAMMAPADA ( sabda-sabda Buddha Gotama ) part II

Noda-Noda

235. Sekarang ini engkau bagaikan daun mengering layu. Para utusan raja kematian ( Yama ) telah menantimu. Engkau telah berdiri di ambang pintu keberangkatan, namun tidak kau miliki bekal untuk perjalanan nanti.

236. Buatlah pulau bagi dirimu sendiri. Berusahalah sekarang dan jadikan dirumu bijaksana setelah membersihkan noda-noda dan bebas dari nafsu keinginan, maka engkau akan mencapai alam kedamaian Para Ariya.

237. Sekarang kehidupan telah mendekati akhir, dan engkau telah mulai berjalan ke hadapan raja kematian ( Yama ) Tidak ada tempat berhenti bagimu di perjalanan, sedang engkau belum memiliki bekal untuk perjalananmu.

238. Buatlah pulau bagi dirimu sendiri. Berusahalah sekarang juga dan jadikan dirimu bijaksana. Setelah membersihkan noda-noda dan bebas dari nafsu keinginan, maka kelahiran dan kematian tidak akan datang lagi padamu.

239. Dengan latihan bertahap, sedikit demi sedikit dan dari saat ke saat, hendaklah orang bijaksana membersihkan noda-noda yang ada dalam dirinya, bagaikan seorang pandai perak membersihkan perak yang berkarat.

240. Bagaikan karat yang timbul dari besi, bila telah timbul akan menghancurkan besi itu sendiri; begitu pula perbuatan-perbuatan sendiri yang buruk akan menjerumuskan pelanggaran ke alam yang menyedihkan.

241. Tidak membaca ulang adalah noda bagi mantra, tidak berusaha adalah noda bagi kehidupan rumah tangga. Kemalasan adalah noda bagi kecantikan, dan kelengahan adalah noda bagi seorang penjaga.

242. Kelakuan buruk adalah noda bagi seorang wanita, kekikiran adalah noda bagi seorang dermawan. Sesungguhnya, segala bentuk kejahatan merukapan noda, baik dalam dunia ini maupun dalam dunia selanjutnya.

243. Yang lebih buruk dari semua noda adalah kebodohan. Kebodohan merupakan noda paling buruk. O para bhikkhu, singkirkan noda ini dan hiduplah tanpa noda.

244. Hidup adalah muda bagi orang yang tidak tahu malu, yang suka menonjolkan diri seperti burung gagak, suka memfitnah, tidak tahu sopan santun, pongah dan menjalankan hidup kotor.

245. Hidup adalah sukar bagi orang yang tahu malu. Yang senantiasa mengejar kesucian, tanpa pamrih, rendah hati, menjalankan hidup bersih dan penuh penderitaan.

246. Barangsiapa membunuh makhluk hidup, suka berbicara tidak benar, mengambil apa yang tidak diberikan, merusak kesetiaan isteri orang lain.

247. Atau menyerah pada minuman yang memabukkan; maka di dunia ini orang seperti itu seakan menggali kubur bagi dirinya sendiri.

248. Orang baik, ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak mudah mengendalikan hal-hal yang jahat. Jangan biarkan keserakahan dan kejahatan menyeretmu ke dalam penderitaan yang tak berkesudahan.

249. Orang-orang memberi sesuai dengan keyakinan dan menurut kesenangan hati mereka. Karena itu; siapa yang merasa iri atas makanan dan minuman orang lain, tidak akan memperoleh kedamaian batin baik siang ataupun malam.

250. Tetapi orang yang telah memotong perasaan iri hati ini seluruhnya, mencabut akar-akarnya serta menghancurkannya, akan memperoleh kedamaian baik siang maupun malam.

251. Tiada api yang dapat menyamai nafsu, tiada jeritan yang dapat menyamai kebencian, tiada jaring yang dapat menyamai ketidaktahuan, dan tiada arus yang sederas nafsu keinginan.

252. Amat mudah melihat kesalahan-kesalahan orang lain, tetapi sangat sulit untuk melihat kesalahan-kesalahan sendiri. Seseorang dapat menunjukkan kesalahan orang lain seperti menampi dedak, tetapi ia menyembunyikan kesalahan-kesalahan sendiri seperti penjudi licik menyembunyikan dadu yang berangka buruk.

253. Barangsiapa yang selalu memperhatikan dan mencari-cari kesalahan orang lain, maka kekotoran batin dalam dirinya akan bertambah, dan ia semakin jauh dari penghancuran kekotoran-kekotoran batin.

254. Tidak ada jejak di angkasa, tidak ada orang suci di luar Dhamma. Umat manusia bergembira di dalam belenggu, tetapi Para Tathagata telah bebas dari semua itu.

255. Tidak ada jejak di angkasa, tidak ada orang suci di luar Dhamma. Tidak ada hal-hal berkondisi yang abadi. Tidak ada lagi keragu-raguan bagi Para Buddha.

Orang Adil

256. Ia yang memutuskan segala sesuatu dengan tergesa-gesa, tidak dapat dikatakan sebagai orang adil. Orang bijaksana hendaknya memeriksa dengan teliti mana yang benar dan mana yang salah.

257. Ia yang mengadili orang lain dengan tidak tergesa-gesa, bersikap adil dan tidak berat sebelah, senantiasa menjaga kebenaran, pantas disebut orang adil.

258. Seseorang tidak dapat dikatakan bijaksana hanya karena ia banyak bicara. Tetapi, orang yang damai, tanpa rasa benci dan tanpa rasa takut dapat disebut orang bijaksana.

259. Seseorang bukan "pendukung Dhamma" hanya karena ia banyak bicara. Namun seseorang yang walaupun belajar sedikit tetapi batinnya melihat Dhamma dan tidak melalaikannya, maka sesungguhnyalah ia seorang pendukung Dhamma.

260. Seseorang tidak disebut "Thera ( lebih tua )" hanya karena rambutnya telah memutih. Biarpun usianya sudah lanjut, dapat saja ia disebut "orang tua yang tidak berguna."

261. Orang yang memiliki kebenaran dan kebajikan, tidak kejam, terkendali dan terlatih, pandai dan bebas dari noda-noda, sesungguhnya ia patut disebut "Thera ( orang yang lebih tua)."

262. Bukan hanya karena pandai bicara, dan bukan pula karena memiliki wajah bagus seseorang dapat menyebut dirinya orang baik apabila ia masih bersifat iri, kikir dan suka menipu.

263. Tetapi ia yang memotong, mencabut dan memutuskan akar sifat iri hati, kekikiran serta dusta; maka orang bijaksana yang telah menyingkirkan segala keburukan itu sesungguhnya yang dapat disebut orang baik.

264. Seseorang yang tidak memiliki disiplin dan suka berdusta, tidak dapat disebut seorang petapa ( samana ) walaupun ia berkepala gundul. Mana mungkin orang yang penuh dengan keinginan serta keserakahan dapat menjadi seorang petapa?

265. Tetapi barangsiapa dapat mengalahkan semua kejahatan baik yang kecil maupun yang besar, maka ia patut disebut seorang petapa karena ia telah mengatasi semua kejahatan.

266. Seseorang tidak dapat disebut bhikkhu hanya karena ia meminta dari orang lain. Selama ia masih bertingkah laku seperti orang berumah tangga dan tidak mentaati peraturan, maka ia belum pantas disebut bhikkhu.

267. Dalam hal ini, seseorang yang telah mengatasi kebaikan dan kejahatan, menjalankan kehidupan suci, hidup di dunia ini penuh dengan pengertian, maka sesungguhnya ia adalah bhikkhu.

268. Tidak hanya dengan berdiam diri orang yang dungu dan bodoh menjadi suci ( murni ). Tetapi orang bijaksana yang dapat memilih apa yang baik serta menghindari apa yang buruk seakan-akan memegang neraca, sesungguhnya ia seorang suci.

269. Karena seseorang dapat memilih apa yang baik dan menghindari apa yang buruk, maka ia disebut orang suci. Demikian pula, ia yang telah mengerti kedua dunia itu ( baik dan buruk ) patut disebut orang suci.

270. Ia tidak disebut seorang Ariya apabila masih menyiksa makhluk-makhluk hidup. Seseorang hanya dapat dikatakan mulia apabila tidak lagi menyiksa makhluk-makhluk hidup.

271. Bukan hanya karena sila dan tekad, bukan pula karena banyak belajar ataupun karena telah mencapai perkembangan dalam samadhi, atau juga karena berdiam diri ditempat yang sepi;

272. Lalu ia berpikir: "Aku telah menikmati kebahagiaan dari pelepasan yang tidak dapat dicapai oleh orang duniawi." O para bhikkhu, janganlah engkau puas sebelum mencapai penghancuran semua kekotoran-kekotoran batin.

Jalan

273. Di antara semua jalan, maka Jalan Mulia Berfaktor Delapan adalah yang terbaik; di antara semua kebenaran, maka Empat Kebenaran Mulia adalah yang terbaik. Kebebasan dari nafsu adalah yang terbaik; dan di antara semua makhluk hidup, maka orang yang "melihat" adalah yang terbaik.

274. Inilah satu-satunya jalan. Tidak ada jalan lain yang dapat membawa pada kemurnian pandangan. Ikutilah jalan ini, yang dapat mengalahkan Mara.

275. Dengan mengikuti jalan ini, engkau dapat mengakhiri penderitaan. Jalan ini pula yang Kutunjukkan setelah Aku mengetahui bagaimana mencabut duri-duri ( kekotoran batin ).

276. Engkau sendirilah yang harus berusaha, Para Tathagata hanya menunjukkan Jalan. Mereka yang tekun bersamadi dan memasuki Jalan ini akan terbebas dari belenggu Mara.

277. Segala sesuatu yang berkondisi tidak kekal. Apabila dengan kebijaksanaan orang dapat melihat hal ini, maka ia akan merasa jemu dengan penderitaan. Inilah Jalan yang membawa pada kesucian.

278. Segala sesuatu yang berkondisi adalah derita; apabila dengan kebijaksanaan orang dapat melihat hal ini, maka ia akan merasa jemu dengan penderitaan. Inilah Jalan yang membawa pada kesucian.

279. Segala sesuatu adalah tanpa inti; apabila dengan kebijaksanaan orang dapat melihat hal ini, maka ia akan merasa jemu dengan penderitaan. Inilah Jalan yang membawa pada kesucian.

280. Walaupun seseorang masih muda dan kuat, namun bila ia malas dan tidak mau berjuang semasa harus berjuang serta berpikir lamban; maka orang yang malas dan lamban seperti itu tidak akan menemukan Jalan yang mengantar pada kebijaksanaan.

281. Hendaklah ia menjaga ucapan dan mengendalikan pikiran dengan baik serta tidak melakukan perbuatan jahat melalui jasmani. Hendaklah ia memurnikan tiga saluran perbuatan ini, memenangkan Jalan yang telah dibabarkan oleh Para Suci.

282. Sesungguhnya dari samadi akan timbul kebijaksanaan; tanpa samadi kebijaksanaan akan pudar. Setelah mengetahui kedua jalan bagi perkembangan dan kemerosotan batin, hendaklah orang melatih diri sehingga kebijaksanaannya berkembang.

283. Para bhikkhu, tebanglah hutan nafsu, karena dari nafsu timbul ketakutan. Setelah menebang hutan dan belukar nafsu, jadilah orang yang tidak lagi memiliki nafsu.

284. Selama nafsu keinginan laki-laki terhadap wanita belum diluncurkan, betapapun kecilnya, maka selama itu pula seseorang masih terikat pada kehidupan, bagaikan seekor anak sapi yang masih menyusu pada induknya.

285. Patahkanlah rasa cinta pada diri sendiri, seperti memetik bunga teratai putih di musim gugur. Kembangkanlah jalan kedamaian Nibbana yang telah diajarkan oleh Sang Sugata.

286. "Di sini aku akan berdiam selama musim hujan, disini aku akan berdiam selama musim gugur dan musim panas," demikianlah pikiran orang bodoh yang tidak menyadari bahaya ( kematian ).

287. Orang yang pikirannya melekat pada anak-anak dan ternak peliharaannya, maka kematian akan menyeret dan menghanyutkannya, seperti banjir besar menghanyutkan sebuah desa yang tertidur.

288. Anak-anak tidak dapat melindungi, begitu juga ayah maupun sanak saudara. Bagi orang yang sedang menghadapi kematian, maka tidak ada sanak saudara yang dapat melindungi dirinya lagi.

289. Setelah mengetahui kenyataan ini, maka orang berbudi dan bijaksana tak akan menunda waktu dalam menempuh jalan menuju Nibbana.

Bunga Rampai

290. Apabila dengan melepaskan kebahagiaan yang lebih kecil orang dapat memperoleh kebahagiaan yang lebih besar, maka hendaknya orang bijaksana melepaskan kebahagiaan yang kecil itu, guna memperoleh kebahagiaan yang lebih besar.

291. Barangsiapa menginginkan kebahagiaan bagi dirinya sendiri dengan menimbulkan penderitaan pada orang lain, maka ia tidak akan terbebas dari kebencian; ia akan terjerat dalam kebencian.

292. Orang yang melakukan apa yang seharusnya tak dilakukan dan tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan, maka kekotoran batin akan terus bertambah dalam diri orang yang sombong dan malas seperti itu.

293. Mereka yang selalu giat melatih perenungan terhadap badan jasmani, tidak melakukan apa yang seharusnya tak dilakukan, dan selalu melakukan apa yang seharusnya dilakukan, maka kekotoran-kekotoran batin akan lenyap dari diri yang memiliki kesadaran dan pemgertian terang seperti itu.

294. Setelah membantai ibu ( nafsu keinginan ) dan ayah ( kesombongan ) serta kedua orang kesatria ( dua pandangan extrim berkenaan dengan kekekalan dan kemusnahan ); dan setelah menghancurkan negara ( pintu-pintu indera ) bersama dengan para manterinya ( kemelekatan ), maka seorang brahmana akan berjalan pergi tanpa kesedihan.

295. Setelah membantai ibu ( nafsu keinginan ) dan ayah ( kesombongan ) serta dua raja ( dua pandangan extrim berkenaan dengan kemelekatan dan kemusnahan ); dan setelah menghancurkan lima jalan yang penuh bahaya ( lima rintangan batin ), maka seorang brahmana akan berjalan tanpa kesedihan.

296. Para siswa Gotama telah bangun dengan baik dan selalu sadar, sepanjang siang dan malam mereka selalu merenung sifat-sifat Sang Buddha dengan penuh kesadaran.

297. Para siswa Gotama telah bangun dengan baik dan selalu sadar, sepanjang siang dan malam mereka selalu merenung mulia Dhamma dengan penuh kesadaran.

298. Para siswa Gotama telah bangun dengan baik dan selalu sadar, sepanjang siang dan malam mereka selalu merenungkan sifat-sifat mulia Sangha dengan penuh kesadaran.

299. Para siswa Gotama telah bangun dengan baik dan selalu sadar, sepanjang siang dan malam mereka selalu merenungkan sifat-sifat badan jasmani dengan penuh kesadaran.

300. Para siswa Gotama telah bangun dengan baik dan selalu sadar, sepanjang siang dan malam mereka bergembira dalam keadaan bebas dari kekejaman.

301. Para siswa Gotama telah bangun dengan baik dan selalu sadar, sepanjang siang dan malam mereka bergembira dalam ketentraman samadi.

302. Sungguh sukar untuk menempuh kehidupan tanpa rumah ( pabbajja ); sungguh sukar untuk bergembira dalam menempuh kehidupan tanpa rumah. Kehidupan rumah tangga adalah sukar dan menyakitkan. Tinggal bersama mereka yang tidak sesuai sungguh menyakitkan hidup menggembara dalam samsara juga menyakitkan. Karens itu janganlah menjadi pengembara ( dalam samsara ), atau menjadi pengejar penderitaan.

303. Bagi orang yang memiliki keyakinan dan sila yang sempurna, akan memperoleh nama harum dan kekayaan, pergi ke tempat manapun ia akan selalu dihormati.

304. Meskipun dari jauh, orang baik akan terlihat bersinar bagaikan puncak pegunungan Himalaya. Tetapi meskipun dekat, orang jahat tidak akan terlihat, bagaikan anak panah yang dilepaskan pada malam hari.

305. Ia yang duduk sendiri, tidur sendiri, berjalan sendiri tanpa rasa jemu serta selalu membina diri akan gembira berdiam di dalam hutan.

Neraka

306. Orang yang selalu berbicara tidak benar, dan juga orang yang setelah berbuat kemudian berkata; "Aku tidak melakukannya," akan masuk ke neraka. Dua macam orang yang mempunyai kelakuan rendah ini, mempunyai nasib yang sama dalam dunia selanjutnya.

307. Bila seseorang menjadi bhikkhu dengan mengenakan jubah kuning tetapi masih berke
lakuan buruk dan tidak terkendali, maka akibat perbuatan-perbuatan jahatnya sendiri, ia akan masuk neraka.

308. Lebih baik menelan bola besi panas seperti bara api daripada selalu menerima makanan orang dan tetap berkelakuan buruk serta tak terkendali.

309. Orang yang lengah dan  berzina akan menerima empat ganjaran, yaitu : pertama, ia akan menerima akibat buruk; kedua, ia tidak dapat tidur dengan tenang; ketiga, namanya tercela; keempat, ia akan masuk ke neraka.

310. Ia akan menerima akibat buruk dan kelahiran rendah pada kehidupan yang akan datang. Sungguh singkat kenikmatan yang diperoleh lelaki dan wanita yang ketakutan, dan raja pun akan menjatuhkan hukuman berat. Karena itu, janganlah seseorang berzina dengan isteri orang lain.

311. Bagaikan rumput kusa, bila dipegang secara salah akan melukai tangan; begitu juga kehidupan seseorang petapa, apabila dijalankan secara salah akan menyeret orang ke neraka.

312. Bila suatu pekerjaan dikerjakan dengan seenaknya, suatu tekad tidak dijalankan dengan selayaknya, kehidupan suci tidak dijalankan dengan sepenuh hati; maka semuanya ini tidak akan membuahkan hasil yang besar.

313. Hendaklah orang mengerjakan sesuatu dengan sepenuh hati. Suatu kehidupan suci yang dijalankan dengan seenaknya akan membangkitkan debu nafsu yang lebih besar.

314. Sebaiknya seseorang tidak melakukan perbuatan jahat, karena di kemudian hari perbuatan itu akan menyiksa dirinya sendiri. Lebih baik seseorang melakukan perbuatan baik, karena setelah melakukannya ia tidak menyesal.

315. Bagaikan pembatas negara yang dijaga kuat dibagian dalam dan luar, begitu juga seharusnya engkau menjaga dirimu; janganlah membiarkan kesempatan baik ini berlalu. Karena, mereka yang melepaskan kesempatan ini akan bersedih hati bila nanti berada di alam neraka.

316. Mereka yang merasa malu terhadap apa yang sebenarnya tidak memalukan, dan sebaliknya tidak merasa malu terhadap apa yang sebenarnya memalukan; maka orang yang menganut pandangan salah seperti itu akan masuk ke alam sengsara.

317. Mereka yang merasa takut terhadap apa yang sebenarnya tidak menakutkan, dan sebaliknya tidak merasa takut terhadap apa yang sebenarnya menakutkan; maka orang yang mengaut pandangan salah seperti itu akan masuk ke alam sengsara.

318. Mereka yang menggangap tercela terhadap apa yang sebenarnya tidak tercela, dan menggangap tidak tercela terhadap apa yang sebenarnya tercela; maka orang yang menganut pandangan salah seperti itu akan masuk ke alam sengsara.

319. Mereka yang mengetahui apa yang tercela sebagai tercela dan apa yang tidak tercela sebagai tidak tercela; maka orang yang menganut pandangan benar seperti itu akan masuk ke alam bahagia.

Gajah

320. Seperti seekor gajah di medan perang dapat menahan serangan panah yang dilepaskan dari busur, begitu pula Aku ( Tathagata ) tetap bersabar terhadap cacian; sesungguhnya, sebagian besar orang mempunyai kelakuan rendah.

321. Mereka menuntun gajah yang telah terlatih ke hadapan orang banyak. Raja mengendarai gajah yang terlatih ke medan perang. Di antara umat manusia, maka yang terbaik adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri dan dapat bersabar terhadap cacian.

322. Sungguh baik keledai-keledai yang terlatih, begitu juga kuda-kuda Sindhu dan gajah-gajah perang milik para bangsawan; tetapi jauh lebih baik dari semua itu adalah orang yang telah dapat menaklukkan dirinya sendiri.

323. Tidak dengan mengendarai tunggangan seperti itu seseorang dapat pergi ke tempat yang belum pernah didatangi ( Nibbana ). Namun orang yang telah dapat melatih , menaklukkan dan mengendalikan dirinya sendiri dapat pergi ke tempat yang belum pernah didatangi itu.

324. Pada musim kawin, gajah ganas bernama Dhanapalaka sukar dikendalikan; walaupun diikat kuat Ia tetap tidak mau makan karena merindukan gajah-gajah lain di hutan.

325. Jika seseorang menjadi malas, serakah, rakus akan makanan dan suka merebahkan diri, sama sepeti babi hutan yang mengguling-guling kesana kemari. Orang yang bodoh ini akan terus menerus dilhirkan.

326. Dahulu pikiran ini mengembara, pergi kepada obyek-obyek yang disukai, diingini dan ke mana yang dikehendaki. Sekarang aku akan mengendalikannya dengan penuh perhatian, seperti seorang pejinak gajah mengendalikan gajah dengan ikatan besi.

327. Bergembiralah dalam kewaspadaan dan jagalah pikiranmu dengan baik; bebaskanlah pikiranmu dari cara-cara yang salah, seperti seekor gajah melepaskan dirinya yang terbenam dalam lumpur.

328. Apabila dalam pengembaraanmu engkau tak dapat menemukan seorang sahabat yang berkelakuan baik, pandai dan bijaksana, maka hendaknya ikutilah dia yang membawa kebahagiaan dan kesadaran bagi dirimu yang akan menghindari dirimu dari kesukaran dan dari mara bahaya.

329. Apabila dalam pengembaraanmu engkau tak dapat menemukan sahabat yang berkelakuan baik, pandai dan bijaksana, maka hendaknya engkau berjalan seorang diri, seperti seorang raja yang meninggalkan negara yang telah dikalahkannya, atau seperti seekor gajah yang mengembara di dalam hutan.

330. Lebih baik mengembara seorang diri dan tidak bergaul dengan orang bodoh. Pergilah seorang diri dan jangan berbuat jahat; hiduplah dengan bebas ( tidak banyak kebutuhan ), seperti seekor gajah yang mengembara sendiri di dalam hutan.

331. Sungguh bahagia mempunyai kawan pada saat kita membutuhkannya; sungguh bahagia dapat merasa puas dengan apa yang diperoleh; sungguh bahagia dapat berbuat kebajikan menjelang kematian; dan sungguh bahagia dapat mengakhiri penderitaan.

332. Berlaku baik terhadap ibu merupakan suatu kebahagiaan dalam dunia ini; berlaku baik terhadap ayah merupakan kebahagiaan. Berlaku baik terhadap petapa merupakan suatu kebahagiaan dalam dunia ini; berlaku baik terhadap Para Ariya juga merupakan kebahagiaan.

333. Sila akan memberikan kebahagiaan sampai usia tua; keyakinan kuat akan memberikan kebahagiaan; kebijaksanaan yang telah diperoleh akan memberikan kebahagiaan; tidak berbuat jahat akan memberikan kebahagiaan.

Jumat, 22 Mei 2015

DHAMMAPADA ( sabda-sabda Buddha Gotama ) part 1

Syair berpasangan

1. Pikiran adalah pelopor dan segala sesuatu, pikiran adalah pemimpin, pikiran adalah pembentuk. Bila seseorang berbicara atau berbuat dengan pikiran jahat, maka penderitaan akan mengikutinya bagaikan roda pedati mengikuti langkah kaki lembu yang menariknya.

2. Pikiran adalah pelopor dan segala sesuatu, pikiran adalah pemimpin, pikiran adalah pembentuk. Bila seseorang berbicara atau berbuat dengan pikiran baik, maka kebahagiaan akan mengikutinya bagaikan bayang-bayang yang tak pernah meninggalkan benda-Nya.

3. "Ia menghina saya, ia memukul saya, ia mengalahkan saya, ia merampas milik saya." selama seseorang masih menyimpan pikiran-pikiran semacam itu, maka kebencian tak akan pernah berakhir.

4. "Ia menghina saya, ia memukul saya, ia mengalahkan saya, ia merampas milik saya." jika seseorang tidak lagi menyimpan pikiran-pikiran semacam itu, maka kebencian akan berakhir

5. Kebencian tak akan pernah berakhir apabila dibalas dengan kebencian. Tetapi, kebencian akan berakhir bila dibalas dengan tidak membenci. Inilah hukum abadi.

6. Sebagian besar orang tidak mengetahui bahwa dalam pertengkaran mereka akan binasa; tetapi mereka yang menyadari kebenaran ini akan segera mengakhiri semua pertengkaran.

7. Seseorang yang hidupnya hanya ditujukan pada hal-hal yang menyenangkan, inderanya tak terkendali, makannya tak mengenal batas, malas serta tidak bersemangat; maka Mara akan menguasai dirinya, bagaikan angin menumbangkan pohon yang lapuk.

8. Orang yang hidupnya tidak ditujukan pada hal-hal yang menyenangkan, inderanya terkendali, sederhana dalam makanan, penuh keyakinan serta bersemangat; maka Mara tidak dapat menguasai dirinya, bagaikan angin yang tidak dapat menumbangkan gunung karang.

9. Barang siapa belum bebas dari kekotoran-kekotoran batin, tidak memiliki pengendalian diri serta tidak mengerti kebenaran, tidak patut ia mengenakan jubah kuning.

10. Tetapi, ia yang dapat membuang kekotoran-kekotoran batin, teguh dalam sila, memiliki pengendalian diri serta mengerti kebenaran, maka sesungguhnya ia patut mengenakan jubah kuning.

11. Mereka yang menggangap ketidakbenaran sebagai kebenaran, dan kebenaran sebagai ketidakbenaran, maka mereka yang mempunyai pikiran keliru seperti itu, tak akan pernah dapat menyelami kebenaran.

12. Mereka yang mengetahui kebenaran sebagai kebenaran, dan ketidakbenaran sebagai ketidakbenaran, maka mereka yang mempunyai pikiran benar seperti itu, akan dapat menyelami kebenaran.

13. Bagaikan hujan yang dapat menembus rumah beratap tiris, demikian pula nafsu akan dapat menembus pikiran yang tidak dikembangkan dengan baik.

14. Bagaikan hujan yang tidak dapat menembus rumah beratap baik, demikian pula nafsu tidak dapat menembus pikiran yang telah dikembangkan dengan baik.

15. Di dunia ini ia bersedih hati, di dunia sana ia bersedih hati; pelaku kejahatan akan bersedih hati di dua dunia itu. Ia bersedih hati dan meratap karena melihat perbuatannya sendiri yang tidak bersih.

16. Di dunia ini ia bergembira, di dunia sana ia bergembira; pelaku kebajikan bergembira di dua dunia itu. Ia bergembira dan bersukacita karena melihat perbuatannya sendiri yang bersih.

17. Di dunia ini ia menderita, di dunia sana ia menderita; pelaku kejahatan menderita di dua dunia itu. Ia akan meratap ketika berpikir, "Aku telah berbuat jahat." dan ia akan lebih menderita lagi ketika berada di alam sengsara.

18. Di dunia ini ia berbahagia, di dunia sana ia berbahagia; pelaku kebajikan berbahagia di kedua dunia itu. Ia akan berbahagia ketika berpikir,"Aku telah berbuat bajik," dan ia akan lebih berbahagia lagi ketika berada di alam bahagia.

19. Biar pun seseorang banyak membaca Kitab Suci, tetapi tidak berbuat sesuai Ajaran, maka orang yang lengah itu sama seperti gembala sapi yang menghitung sapi milik orang lain; ia tak akan memperoleh manfaat kehidupan suci.

20. Biar pun seseorang sedikit membaca Kitab Suci, tetapi berbuat sesuai Ajaran, menyingkirkan nafsu indera, kebencian dan ketidaktahuan, memiliki pengetahuan benar dan batin yang bebas dari nafsu, tidak melekat pada apa pun baik di sini maupun di sana; maka ia akan memperoleh manfaat kehidupan suci.

Kewaspadaan

21. Kewaspadaan adalah jalan menuju kekekalan; kelengahan adalah jalan menuju kematian. Orang yang  waspada tidak akan mati, tetapi orang yang lengah seperti orang yang sudah mati.

22. Setelah mengerti hal ini dengan jelas, orang bijaksana akan bergembira dalam kewaspadaan dan bergembira dalam praktik Arya.

23. Orang bijaksana yang tekun bersamadi, hidup bersemangat dan selalu berusaha sungguh-sungguh, pada akhirnya akan mencapai Nibbana.

24. Orang yang penuh semangat, selalu sadar, murni dalam perbuatan, memiliki pengendalian diri, hidup sesuai dengan Dhamma dan selalu waspada, maka kebahagiaannya akan bertambah.

25. Dengan usaha yang tekun, semangat, disiplin dan pengendalian diri, hendaklah orang bijaksana membuat pulau bagi dirinya sendiri tang tidak dapat ditenggelamkan oleh banjir.

26. Orang dungu yang berpengertian dangkal terlena dalam kelengahan; sebaliknya orang bijaksana senantiasa waspada, seperti menjaga harta yang paling berharga.

27. Jangan terlena dalam kelengahan, jangan terikat pada kesenang-kesenangan indera. Orang yang waspada dan rajin bersamadi akan memperoleh kebahagiaan sejati.

28. Bilamana orang bijaksana telah mengatasi kelengahan dengan kewaspadaan, maka ia akan bebas dari kesedihan, seakan memanjat menara kebijaksanaan dan memandang orang-orang yang menderita disekelilingnya, seperti orang yang berdiri di atas gunung memandang mereka yang berada dibawah.

29. Waspada di antara yang lengah, berjaga di antara yang tertidur; orang bijaksana akan maju terus, bagaikan seekor kuda yang tangkas berlari meninggalkan kuda yang lemah dibelakang.

30. Dengan menyempurnakan kewaspadaan Dewa Sakka dapat mencapai tingkat pemimpin di antara para dewa. Sesungguhnya, kewaspadaan itu akan selalu dipuji dan kelengahan akan selalu dicela.

31. Seorang bhikkhu yang gembira dalam kewaspadaan dan melihat bahaya dalam kelengahan akan maju terus, membakar semua rintangan batin. Bagaikan api membakar kayu, baik yang besar maupun yang kecil.

32. Seorang bhikkhu yang gembira dalam kewaspadaan dan melihat bahaya dalam kelengahan tak akan terperosok lagi, ia sudah berada di dekat Nibbana.

Pikiran

33. Pikiran itu mudah goyah dan tidak tetap, sulit di jaga dan sulit dikuasai; namun orang bijaksana akan meluruskannya, bagaikan seorang pembuat panah meluruskan anak panah.

34. Pikiran itu selalu menggelepar bagaikan seekor ikan yang dikeluarkan dari air dan dilemparkan ke atas tanah. Karena dari itu, kekuasaan Mara harus dihancurkan.

35. Mengawasi pikiran yang sukar dikendalikan, binar dan mengembara sesuka hati adalah baik. Pikiran yang telah dijinakkan akan membawa kebahagiaan.

36. Pikiran itu sungguh sukar diawasi, amat halus dan senang mengembara sesuka hati. Karena itu hendaklah orang bijaksana selalu menjaganya. Pikiran yang dijaga dengan baik akan membawa kebahagiaan.

37. Pikiran itu selalu mengembara jauh, tidak memiliki wujud, dan terletak didalam hati sanubari ( gua). Mereka yang dapat menaklukkannya, akan bebas dari jeratan.

38. Orang yang pikirannya tidak teguh, tidak mengenal Ajaran Benar serta memiliki keyakinan goyah; maka orang seperti itu tidak akan sempurna kebijaksanaanya.

39. Orang yang pikirannya tidak dikuasai oleh nafsu dan kebencian, telah mengatasi keadaan baik dan buruk; maka orang yang selalu sadar seperti itu tidak ada lagi ketakutan.

40. Dengan menyadari bahwa tubuh ini rapuh bagaikan tempayan, maka hendaknya seseorang memperkokoh pikirannya bagaikan benteng kota dan menyerang Mara dengan senjata kebijaksanaan. Ia harus menjaga apa yang telah ditaklukkannya dan tidak melekat pada apapun.

41. Aduh ! Tak lama lagi tubuh ini akan terbujur diatas tanah, dibuang, serta tanpa kesadaran, bagaikan sebatang kayu yang tidak berguna.

42. Bermacam luka ( hal-hal yang menyakitkan ) dapat dibuat oleh orang-orang yang saling bermusuhan dan membenci, namun sesungguhnya pikiran yang diarahkan secara salah akan jatuh lebih berat melukai diri sendiri.

43. Bukan seorang ibu, ayah ataupun sanak keluarga lain yang dapat melakukan; melainkan pikiran sendiri yang diarahkan dengan baik yang akan dapat menggangkat derajat seseorang.

Bunga-bunga

44. Siapakah yang akan menaklukkan dunia ini beserta alam Yama dan alam Dewa? Siapakah yang akan menyelidiki Jalan Kebajikan yang telah diterangkan dengan jelas, seperti seorang perangkai bunga yang pandai memilih bunga?

45. Seorang Sekha ( siswa yang masih berlatih ) akan menaklukkan dunia ini beserta alam Yama dan alam Dewa. Seorang siswa yang masih berlatih ini akan menyelidiki Jalan Kebajikan yang telah diajarkan dengan jelas, seperti seorang perangkai bunga yang pandai memilih bunga

46. Setelah mengetahui bahwa tubuh ini bagaikan busa, dan menyadari sifat mayanya, maka hendaknya seseorang mematahkan bunga nafsu keinginan dan menghilang dari pandangan Raja Kematian.

47. Orang yang mengumpulkan bunga-bunga kesenangan indera, yang pikirannya kacau, akan diseret oleh kematian bagaikan banjir besar menghanyutkan sebuah desa yang tertidur.

48. Orang yang mengumpulkan bunga-bunga kesenangan indera, pikirannya kacau dan tak pernah puas, akan berada dibawah kekuasaan Sang Penghancur ( kematian ).

49. Bagaikan seekor kumbang mengumpulkan madu dari bunga-bunga tanpa merusak warna maupun baunya demikian pula hendaknya orang bijaksana mengembara dari desa ke desa.

50. Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah dikerjakan atau yang belum dikerjakan oleh orang lain. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh diri sendiri.

51. Bagaikan sekuntum bunga yang indah tetapi tidak berbau harum; demikian pula akan tidak bermanfaat kata-kata mutiara yang diucapkan oleh orang yang tidak melaksanakannya.

52. Bagaikan sekuntum bunga yang indah serta berbau harum; demikian pula sungguh bermanfaat kata-kata mutiara yang diucapkan oleh orang yang melaksanakan.

53. Seperti dan setumpuk bunga dapat dibuat banyak karangan bunga; demikian pula hendaknya banyak kebajikan dapat dilakukan oleh manusia di dunia ini.

54. Harumnya bunga tak dapat melawan arah angin, begitu pula harumnya kayu cendana, bunga tagara dan melati. Tetapi harumnya kebajikan dapat melawan arah angin; harumnya nama orang bajik menyebar kesegenap penjuru.

55. Harumnya kebajikan adalah jauh melebihi harumnya cendana, bunga tagara, teratai ataupun melati hutan.

56. Tidaklah seberapa harumnya bunga tagara dan kayu cendana; tetapi harumnya mereka yang memiliki sila ( kebajikan ) menyebar sampai ke surga.

57. Mara tak dapat menemukan jejak mereka yang memiliki sila, yang hidup tanpa kelengahan, dan yang terbebas melalui Pengetahuan Sempurna.

58. Seperti dari tumpukan sampah yang dibuang ditepi jalan, tumbuh bunga teratai yang berbau harum dan menyenangkan hati.

59. Begitu juga diantara orang duniawi, siswa Sang Buddha Yang Maha Sempurna bersinar menerangi dunia yang gelap dengan kebijaksanaannya.

Orang Bodoh

60. Malam terasa panjang bagi orang yang berjaga, satu yojana terasa jauh bagi orang yang lelah; sungguh panjang siklus kehidupan bagi orang bodoh yang tak mengenal Ajaran Benar.

61. Apabila dalam pengembaraan seseorang tak menemukan sahabat yang lebih baik atau sebanding dengan dirinya, maka hendaklah ia tetap melanjutkan pengembaraannya seorang diri, tanpa bergaul dengan orang bodoh.

62. "Anak-anak ini milikku, kekayaan ini milikku," demikianlah pikiran orang bodoh. Apabila dirinya sendiri sebenarnya bukan miliknya, bagaimana mungkin anak dan kekayaan itu menjadi miliknya ?

63. Bila orang bodoh dapat menyadari kebodohannya, maka ia dapat dikatakan bijaksana; tetapi orang bodoh yang menggangap dirinya bijaksana, sesungguhnya dialah yang disebut orang bodoh.

64. Orang bodoh, walaupun selama hidupnya bergaul dengan orang bijaksana, tetap tidak mengerti Dhamma bagaikan sendok yang tidak dapat merasakan rasa sayur.

65. Walaupun hanya sesaat saja orang pandai bergaul dengan orang bijaksana, namun dengan segera ia akan dapat mengerti Dhamma, bagaikan lidah yang dapat merasakan rasa sayur.

66. Orang bodoh yang dangkal pengetahuannya memperlakukan diri sendiri seperti musuh; ia melakukan perbuatan jahat yang akan menghasilkan buah yang pahit.

67. Bilamana suatu perbuatan setelah selesai dilakukan membuat seseorang menyesal, maka perbuatan itu tidak baik. Orang itu akan menerima akibat perbuatannya dengan ratap tangis dan wajah yang berlinang air mata.

68. Bila suatu perbuatan setelah selesai dilakukan tidak membuat seseorang menyesal, maka perbuatan itu adalah baik. Orang itu akan menerima buah perbuatannya dengan hati yang gembira dan puas.

69. Selama buah dan suatu perbuatan jahat belum masak, maka orang bodoh akan menggangapnya manis seperti madu; tetapi apabila buah perbuatan itu telah masak, maka ia akan merasakan pahitnya penderitaan.

70. Biarpun bulan demi bulan orang bodoh memakan makanan dengan ujung rumput kusa, namun demikian ia tidak berharga seperenam belas bagian dari mereka yang telah mengerti Dhamma dengan baik.

71. Suatu perbuatan jahat yang telah dilakukan tidak lantas menghasilkan buah, seperti air susu yang tidak langsung menjadi dadih; demikianlah perbuatan jahat ini membara mengikuti orang bodoh, seperti api yang ditutupi abu.

72. Orang bodoh mendapat pengetahuan dan kemasyuran yang menuju kepada kehancuran. Pengetahuan dan kemasyuran itu akan menghancurkan semua perbuatan baiknya dan akan membelah kepalanya sendiri.

73. Seorang bhikkhu yang bodoh menginginkan ketenaran yang keliru, ingin menonjol di antara para bhikkhu, ingin berkuasa dalam vihara-vihara, dan ingin dihormati oleh semua keluarga.

74. "Biarpun umat awam dan para bhikkhu berpikir bahwa hal ini hanya dilakukan olehku; dalam semua pekerjaan besar dan kecil mereka menunjuk diriku," demikian ambisi bhikkhu yang bodoh itu; dan keinginan serta kesombongan pun terus bertambah.

75. Ada jalan yang menuju keuntungan duniawi, dan ada jalan lain yang menuju Nibbana. Setelah menyadari hal ini dengan jelas, hendaklah seorang bhikkhu siswa Sang Buddha tidak bergembira dalam hal-hal duniawi, tetapi mengembangkan pembebasan diri.

Orang Bijaksana

76. Seandainya seseorang bertemu orang bijaksana yang mau menunjukkan dan memberitahukan kesalahan-kesalahan seperti orang yang menunjukkan harta karun, hendaklah ia bergaul dengan orang bijaksana itu. Sungguh baik dan tak tercela bergaul dengan orang yang bijaksana.

77. Biarlah ia memberi nasehat, petunjuk dan melarang apa yang tidak baik. Orang bijaksana akan dicintai oleh orang baik dan dijauhi oleh orang jahat.

78. Jangan bergaul dengan orang jahat, jangan bergaul dengan orang berbudi rendah; tetapi bergaullah dengan sahabat yang baik, bergaullah dengan orang yang berbudi luhur.

79. Ia yang mengenal dhamma akan hidup berbahagia dengan pikiran tenang. Orang bijaksana selalu bergembira dalam Ajaran yang dibabarkan para Ariya.

80. Pembuat saluran air mengalirkan air, tukang panah meluruskan anak panah, tukang kayu melengkungkan kayu, orang bijaksana mengendalikan dirinya sendiri.

81. Bagaikan batu karang tak tergoncang oleh badai, demikian pula para bijaksana tidak akan terpengaruh oleh celaan maupun pujian.

82. Bagaikan danau yang dalam, airnya jernih dan tenang; demikian pula batin para bijaksana menjadi tentram karena mendengarkan Dhamma.

83. Orang bajik membuang kemelekatan terhadap segala sesuatu; orang suci tidak membicarakan hal-hal yang berkenaan dengan nafsu keinginan. Dalam menghadapi kebahagiaan ataupun kemalangan, orang bijaksana tidak menjadi gembira atau kecewa.

84. Seseorang yang arif tidak berbuat jahat demi kepentingannya sendiri ataupun orang lain; demikian pula ia tidak menginginkan anak, kekayaan, pangkat atau keberhasilan dengan cara yang tidak benar. Orang seperti itulah yang sesungguhnya luhur, bijaksana dan berbudi.

85. Di antara umat manusia hanya sedikit yang dapat mencapai Seberang; sebagian besar hanya berjalan hilir mudik di tepi sebelah sini.

86. Mereka yang hidup sesuai Dhamma yang telah diterangkan dengan baik, akan mencapai Seberang, menyeberangi alam kematian yang amat sukar untuk diseberangi.

87. Meninggalkan rumah dan pergi menempuh kehidupan tanpa rumah, demikianlah hendaknya orang bijaksana meninggalkan keadaan gelap ( kebodohan ) dan mengembangkan keadaan terang ( kebijaksanaan ). Hendaklah ia mencari kebahagiaan pada ketidak-melekatan yang sukar didapat.

88. Dengan meninggalkan semua kesenangan indera dan kemelekatan, demikianlah hendaknya orang bijaksana membersihkan dirinya dari noda-noda pikiran.

89. Mereka yang telah menyempurnakan pikirannya dalam Faktor Penerangan, tanpa ikatan, bergembira dengan batin yang bebas, yang telah bebas dari kekotoran, bersinar, maka sesungguhnya mereka telah mencapai Nibbana dalam kehidupan sekarang juga.

Arahat

90. Orang yang telah menyelesaikan perjalanannya telah bebas dari segala hal, telah menghancurkan semua ikatan; maka dalam dirinya tidak ada lagi demam nafsu.

91. Orang yang telah sadar dan meninggalkan rumah tangga, tidak lagi terikat pada tempat kediaman. Bagaikan kawanan angsa yang meninggalkan kolam demi kolam, demikianlah mereka meninggalkan tempat kediaman demi tempat kediaman.

92. Mereka yang tidak lagi mengumpulkan harta duniawi, yang sederhana dalam makanan, yang telah mencapai Kebebasan Mutlak; maka jejak mereka tidak dapat dilacak bagaikan burung-burung diangkasa.

93. Ia yang telah memusnahkan semua kekotoran batin, yang tidak lagi terikat pada makanan, yang telah menyadari kebebasan mutlak, maka jejaknya tidak dapat dilacak, bagaikan burung-burung diangkasa.

94. Ia yang telah menaklukkan inderanya bagaikan seorang kusir mengendalikan kudanya, yang telah bebas dari kesombongan dan kekotoran batin; maka para dewa pun akan mengasihi orang suci seperti ini.

95. Bagaikan tanah, demikian pula orang suci. Tidak pernah marah, teguh pikirannya bagaikan tugu kota ( indahkhila ). Bersih tingkah lakunya bagaikan kolam tak berlumpur. Bagi orang suci seperti ini tak ada lagi siklus kehidupan.

96. Orang suci yang telah memiliki pengetahuan sejati, telah terbebas, damai dan seimbang batinnya, maka ucapan, perbuatan serta pikirannya senantiasa tenang.

97. Orang yang telah bebas dari ketahayulan, yang telah mengerti Keadaan Tak Tercipta ( Nibbana ), yang telah memutuskan semua ikatan ( tumimbal lahir ), yang telah mengakhiri kesempatan ( baik dan jahat ), yang telah menyingkirkan semua nafsu keinginan; maka sesungguhnya ia adalah orang paling mulia

98. Apakah di desa atau di dalam hutan di tempat yang rendah atau di atas bukit, dimanapun Para Arahat berdiam, maka tempat itu sungguh menyenangkan.

99. Hutan bukan tempat yang menyenangkan bagi orang duniawi, namun di sanalah orang-orang yang telah bebas dari nafsu bergembira, karena mereka tidak lagi mencari kesenangan indera.

Seribu

100. Daripada seribu kata yang tak berarti adalah lebih baik sepatah kata yang bermanfaat, yang dapat memberi kedamaian kepada pendengarnya.

101. Daripada seribu bait syair yang tak berguna, adalah lebih baik sebait yang berguna, yang dapat memberi kedamaian kepada pendengarnya.

102. Daripada seribu bait syair yang tak bermanfaat, adalah lebih baik satu kata Dhamma yang dapat memberi kedamaian kepada pendengarnya.

103. Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri.

104. Mensklukkan diri sendiri sesungguhnya lebih baik daripada menaklukkan makhluk lain; orang yang telah menaklukkan dirinya sendiri dapat mengendalikan diri.

105. Tidak ada Dewa, Mara, Gandhabba atau Brahma yang dapat mengubah kemenangan dari orang yang telah dapat menaklukkan dirinya sendiri.

106. Biarpun bulan demi bulan seseorang mempersembahkan seribu kurban selama seratus tahun, namun lebih baik jika ia menghormati orang yang memiliki pengendalian diri walaupun hanya sesaat saja.

107. Biarpun selama seratus tahun seseorang menyalakan api pemujaan di hutan, namun sesungguhnya lebih baik jika ia walaupun hanya sesaat saja, menghormati orang yang telah memiliki pengendalian diri.

108. Dalam dunia ini, pengorbanan dan persembahan apapun yang dilakukan oleh seseorang selama seratus tahun untuk memperoleh pahala dari perbuatannya itu, semuanya tidak berharga seperempat bagian pun daripada penghormatan yang diberikan kepada orang yang hidupnya lurus.

109. Ia yang selalu menghormati dan menghargai orang lebih tua, kelak akan memperoleh empat hal, yaitu : umur panjang, kecantikan, kebahagiaan dan kekuatan.

110. Walaupun seseorang hidup seratus tahun, tetapi memiliki kekakuan buruk dan tak terkendali, sesungguhnya lebih baik adalah kehidupan sehari dari orang yang memiliki sila dan tekun samadi.

111. Walaupun seseorang hidup seratus tahun, tetapi tidak bijaksana dan tak terkendali, sesungguhnya lebih baik adalah kehidupan sehari dari orang yang bijaksans dan tekun samadi.

112. Walaupun seseorang hidup seratus tahun, tetapi malas dan tidak bersemangat, maka sesungguhnya lebih baik kehidupan sehari dari orang yang berjuang dengan penuh semangat.

113. Walaupun seseorang hidup seratus tahun, tetapi tidak dapat melihat timbul tenggelamnya segala sesuatu yang berkondisi, sesungguhnya lebih baik kehidupan sehari dari orang yang dapat melihat timbul tenggelamnya segala sesuatu yang berkondisi.

114. Walaupun seseorang hidup seratus tahun, tetapi tidak dapat melihat Keadaan Tanpa Kematian ( Nibbana ) sesungguhnya lebih baik kehidupan sehari dari orang yang dapat melihat Keadaan Tanpa Kematian.

115. Walaupun seseorang hidup seratus tahun, tetapi tidak dapat melihat Kebenaran Luhur, sesungguhnya lebih baik kehidupan sehari dari orang yang dapat melihat Kebenaran Luhur.

Kejahatan

116. Bergegaslah berbuat kebajikan dan kendalikan pikiranmu dari kejahatan; barang siapa lamban berbuat bajik, maka pikirannya akan senang kejahatan.

117. Apabila seseorang berbuat jahat, hendaklah ia tidak mengulangi perbuatannya itu, dan jangan merasa senang dengan perbuatan itu; sungguh menyakitkan akibat dari memupuk perbuatan jahat.

118. Apabila seseorang berbuat bajik, hendaklah ia mengulangi perbuatannya itu dan bersukacita dengan perbuatan itu, sungguh membahagiakan akibat dari memupuk perbuatan bajik.

119. Pembuat kejahatan hanya melihat hal yang baik selama buah perbuatan jahatnya belum masak, tetapi bilamana hasil perbuatannya itu telah masak, ia akan melihat akibat-akibatnya yang buruk.

120. Pembuat kebajikan hanya melihat hal yang buruk selama buah perbuatan bajiknya belum masak; tetapi bilamana hasil perbuatannya itu telah masak, ia akan melihat akibat-akibatnya yang baik.

121. Jangan meremehkan kejahatan walaupun kecil, dengan berkata: "Perbuatan jahat tidak akan membawa akibat." Bagaikan sebuah tempayan akan terisi penuh oleh air yang dijatuhkan setetes demi setetes, demikian pula orang bodoh sedikit demi swdikit memenuhi dirinya dengan kejahatan.

122. Janganlah meremehkan kebajikan walaupun kecil, dengan berkata: "Perbuatan bajik tidak akan membawa akibat." Bagaikan sebuah tempayan akan terisi air tang dijatuhkan setetes demi setetes, demikian pyka orang bijaksana sedikit demi sedikit memenuhi dirinya dengan kebajikan.

123. Bagaikan seorang saudagar yang dengan sedikit pengawal membawa harta menghindari jalan berbahaya; demikian pula orang yang mencintai hidup hendaknya menghindari racun dan hal-hal jahat.

124. Apabila seseorang tidak mempunyai luka ditangan, maka ia dapat menggengam racun. Racun tak akan mencelakakan orang tak luka. Tiada penderitaan bagi orang tidak berbuat jahat.

125. Barangsiapa berbuat jahat terhadap orang baik, orang suci dan orang yang tidak bersalah, maka kejahatan akan berbalik menimpa orang bodoh itu, bagaikan debu yang dilempar melawan angin.

126. Sebagian orang terlahir melalui kandungan; pelaku kejahatan terlahir dialam neraka; orang yang berkelakuan baik pergi kesurga; dan orang yang bebas dari kekotoran batin mencapai Nibbana.

127. Tidak di langit, di tengah lautan, di celah-celah gunung atau di manapun dapat ditemukan suatu tempat bagi seseorang untuk dapat menyembunyikan diri dari akibat perbuatan jahatnya.

128. Tidak di langit, di tengah lautan, di celah-celah gunung atau di manapun dapat ditemukan suatu tempat bagi seseorang untuk menyembunyikan diri dari kematian.

Hukuman

129. Semua orang takut akan hukuman; semua orang takut akan kematian. Setelah membandingkan orang lain dengan diri sendiri, hendaknya seseorang tidak membunuh atau mengakibatkan pembunuhan.

130. Semua orang takut akan hukuman; semua orang mencintai kehidupan. Setelah membandingkan orang lain dengan dirinya sendiri, hendaklah seseorang tidak membunuh dan mengakibatkan pembunuhan.

131. Barangsiapa mencari kebahagiaan dari dirinya sendiri dengan jalan menganiaya makhluk lain yang juga mendambakan kebahagiaan, maka setelah mati ia tidak akan memperoleh kebahagiaan.

132. Barangsiapa mencari kebahagiaan bagi dirinya sendiri dengan tidak menganiaya makhluk lain yang juga mendambakan kebahagiaan, maka setelah mati ia akan memperoleh kebahagiaan.

133. Janganlah berbicara kasar kepada siapapun, karena mereka yang mendapat perlakuan demikian akan membalas dengan cara yang sama. Sungguh menyakitkan ucapan kasar itu, yang pada gilirannya akan melukaimu.

134. Apabila engkau dapat berdiam diri bagaikan sebuah gong pecah, berarti engkau telah mencapai Nibbana, sebab keinginan membalas dendam tak terdapat lagi dalam dirimu.

135. Bagaikan seorang pengembala menghalau sapi-sapinya dengan tongkat ke padang rumput, begitu juga umur tua dan kematian menghalau kehidupan setiap makhluk.

136. Apabila orang bodoh melakukan kejahatan, ia tak mengerti akibat dan perbuatannya. Orang bodoh tersiksa oleh perbuatannya sendiri, seperti orang yang terbakar oleh api.

137. Seseorang yang menghukum mereka yang tidak patut dihukum dan tidak bersalah, akan segera memperoleh salah satu diantara sepuluh keadaan berikut:

138. Ia akan mengalami penderitaan hebat, kecelakaan, luka, sakit berat atau bahkan hilang ingatan.

139. Ditindak oleh raja, mendapat tuduhan yang berat, kehilangan sanak saudara, atau harta kekayaannya habis.

140. Rumahnya musnah terbakar; dan setelah tubuhnya hancur, orang bodoh ini akan terlahir kembali di alam neraka.

141. Bukan dengan cara telanjang, rambut dijalin, badan kotor berlumpur, berpuasa, berbaring ditanah melumuri tubuh dengan debu, ataupun berjongkok diatas tumit seseorang yang belum bebas dari keragu-raguan dapat mensucikan diri.

142. Walau digoda dengan cara apapun, tetapi bila seseorang dapat menjaga ketenangan pikirannya damai, mantap, terkendali, suci murni dan tidak menyakiti makhluk lain, sesungguhnya ia adalah seorang brahmana, seorang samana, seorang bhikkhu.

143. Dalam dunia ini jarang ditemukan seorang yang mengendalikan diri dengan memiliki rasa malu untuk berbuat jahat, senantiasa waspada, bagaikan seekor kuda yang terlatih baik dapat menghindari cemeti.

144. Bagaikan seekor kuda terlatih baik, walaupun sekali saja merasakan cambukan lantas jadi bersemangat dan berlari cepat; demikian pula halnya dengan orang yang rajin, penuh keyakinan, memiliki sila, semangat, konsentrasi dan menyelidiki Ajaran Benar, dengan bekal pengetahuan dan tingkah laku sempurna serta memiliki kesadaran, akan meninggalkan penderitaan.

145. Pembuat saluran air mengatur jalannya air, tukang panah meluruskan anak panah, tukang kayu melengkungkan kayu; orang bijak mengendalikan dirinya sendiri.

Usia tua

146. Mengapa tertawa, mengapa bergembira kalau dunia ini selalu terbakar? Dalam Kegelapan tidakkah engkau ingin mencari terang?

147. Pandanglah tubuh yang indah ini, penuh luka, terdiri dari rangkaian tulang, berpenyakit serta memerlukan banyak perawatan. Ia tidak kekal serta tidak tetap keadaannya.

148. Tubuh ini benar-benar rapuh, sarang penyakit dan mudah busuk. Tumpukan yang menjijikkan ini akan hancur berkeping-keping. Sesungguhnya, kehidupan ini akan berakhir dengan kematian.

149. Bagaikan labu yang dibuang pada musim rontok, demikian pula halnya dengan tulang yang memutih ini. Kesenangan apakah yang didapat dari memandangnya?

150. Kota( tubuh) ini terbuat dari tulang-tulang yang dibungkus oleh daging dan darah. Di sinilah terdapat kelapukan dan kematian, kesombongan dan iri hati.

151. Kereta kerajaan yang indah sekalipun pasti akan lapuk, begitu pula tubuh ini akan menjadi tua. Tetapi Ajaran ( Dhamma ) orang suci tidak akan lapuk. Sesungguhnya, dengan cara inilah orang suci mengajarkan kebaikan.

152. Orang yang tidak mau belajar akan menjadi tua seperti sapi; dagingnya bertambah tetapi kebijaksanaanya tidak berkembang.

153. Dengan melalui banyak kelahiran aku telah mengembara dalam samsara ( siklus kehidupan ). Terus mencari, namun tak kutemukan pembuat rumah ini. Sungguh menyakitkan kelahiran yang berulang-ulang ini.

154. Pembuat rumah, engkau telah kulihat, engkau tak dapat membangun rumah lagi. Seluruh atapmu telah runtuh dan tiang belandarmu telah patah. Sekarang batinku telah mencapai Keadaan Tak Berkondisi ( Nibbana ). Pencapaian ini merupakan akhir daripada nafsu keinginan.

155. Mereka yang tidak menjalankan kehidupan suci serta tidak mengumpulkan bekal ( kekayaan ) selagi masih muda, akan merana seperti bangau tua yang berdiam di kolam yang tak ada ikannya.

156. Mereka yang tidak menjalankan kehidupan suci serta tidak mengumpulkan bekal ( kekayaan ) selagi masih muda, akan terbaring seperti busur panah yang rusak menyesali masa lampaunya.

Diri sendiri

157. Bila orang mencintai dirinya sendiri, maka ia harus menjaga dirinya dengan baik. Orang bijaksana selalu waspada selama tiga masa ( dalam kehidupannya ).

158. Hendaknya orang terlebih dahulu mengembangkan dirinya sendiri dalam hal-hal yang patut, dan selanjutnya melatih orang lain. Orang bijaksana yang berbuat demikian tak akan dicela.

159. Sebagaimana ia mengajar orang lain, demikianlah hendaknya ia berbuat. Setelah ia dapat mengendalikan dirinya sendiri dengan baik, hendaknya ia melatih orang lain. Sesungguhnya amat sukar untuk mengendalikan diri sendiri.

160. Diri sendiri sesungguhnya adalah pelindung bagi diri sendiri, karena siapa pula yang dapat menjadi pelindung bagi dirinya? Setelah dapat mengendalikan dirinya sendiri dengan baik, ia akan memperoleh perlindungan yang sungguh amat sukar dicari.

161. Kejahatan yang dilakukan oleh diri sendiri, timbul dari diri sendiri serta disebabkan oleh diri sendiri, akan menghancurkan orang bodoh, bagaikan intan memecah permata yang keras.

162. Orang yang berkelakuan buruk adalah seperti tanaman menjalar maluva yang melilit pohon sala. Ia akan terjerumus sendiri, seperti apa yang diharapkan musuh terhadap dirinya.

163. Sungguh mudah untuk melakukan hal-hal buruk dan tak bermanfaat, tetapi sungguh sulit untuk melakukan hal-hal baik dan bermanfaat.

164. Karena pandangan salah orang bodoh menghina Ajaran orang mulia, orang suci dan orang bijak. Ia akan menerima akibatnya yang buruk, seperti rumput kastha yang berbuat hanya untuk menghancurkan diri sendiri.

165. Oleh diri sendiri kejahatan dilakukan, oleh diri sendiri pula seseorang ternoda. Oleh diri sendiri kejahatan tak dilakukan, oleh diri sendiri pula seseorang menjadi suci. Suci atau tidak suci tergantung pada diri sendiri; tak seorang pun yang dapat mensucikan orang lain.

166. Janganlah karena demi kesejahteraan orang lain lalu seseorang melalaikan kesejahteraan sendiri. Setelah memahami tujuan akhir bagi diri sendiri, hendaklah ia teguh melaksanakan tugas kewajibannya.

Dunia

167. Janganlah mengejar sesuatu yang rendah; janganlah hidup dalam kelengahan; janganlah menganut pandangan-pandangan salah, dan janganlah terikat pada keduniawian.

168. Bangun! Jangan lengah! Tempuhlah kehidupan benar. Barangsiapa menempuh kehidupan benar, maka ia akan hidup bahagia di dunia ini maupun di dunia berikutnya.

169. Jalankan praktik hidup yang benar dan jangan lalai. Barangsiapa hidup sesuai Dhamma akan hidup bahagia didunia ini maupun di dunia berikutnya.

170. Barangsiapa dapat melihat dunia ini seperti halnya ia melihat busa ataupun fatamorgana, maka Raja Kematian tidak akan dapat menemukan dirinya.

171. Mari, pandanglah dunia ini seperti kereta kerajaan yang penuh perhiasan, yang membuat orang bodoh terlena di dalamnya; tetapi orang bijaksana yang menyadari hal ini, tak ada lagi kemelekatan dalam dirinya.

172. Barangsiapa yang sebelumnya pernah lengah, tetapi kemudian tidak lengah, maka ia akan menerangi dunia ini bagaikan bulan yang bebas dari awan.

173. Barangsiapa meninggalkan perbuatan jahat yang pernah dilakukan dengan jalan berbuat kebajikan, maka ia akan menerangi dunia ini bagaikan bulan yang bebas dari awan.

174. Dunia ini terselubung kegelapan dan hanya sedikit orang yang dapat melihat dengan jelas. Seperti burung-burung yang dapat melepaskan diri dari jaring, demikian pula hanya sedikit orang yang dapat pergi kealam surga.

175. Kawanan angsa terbang menuju matahari, orang-orang yang memiliki kekuatan gaib terbang di udara. Orang bijaksana berjalan menuju kesucian setelah menaklukkan Mara beserta bala tentaranya.

176. Orang yang melanggar salah satu Dhamma ( sila keempat, yakni selalu berkata bohong ), yang tidak mempedulikan dunia mendatang, maka tak ada kejahatan yang tidak dilakukannya.

177. Sesungguhnya orang kikir tidak dapat pergi ke alam dewa. Orang bodoh tidak memuji kemurahan hati. Akan tetapi orang bijaksana senang dalam memberi, dan karenanya ia akan bergembira dialam berikutnya.

178. Ada yang lebih baik daripada kekuasaan mutlak atas bumi, daripada pergi ke surga atau daripada memerintah seluruh dunia, yakni hasil kemuliaan dari seorang suci yang telah memenangkan arus ( sotapattiphala ).

Buddha

179. Beliau yang kemenangannya tak dapat dikalahkan lagi, yang nafsunya telah diatasi dan tidak mengikutinya lagi, Sang Buddha yang tiada bandingnya, yang tanpa jejak nafsu, dengan cara apa kau goda Beliau ?

180. Beliau yang terjerat dan terlibat nafsu keinginan yang menyebabkan kelahiran, Sang Buddha yang tiada bandingnya, yang tanpa jejak nafsu, dengan cara apa akan kau goda beliau ?

181. Orang bijaksana yang tekun bersamadi, yang gembira dalam kedamaian pelepasan, yang memiliki kesadaran sejati dan telah mencapai Penerangan Sempurna, akan dicintai oleh para dewa.

182. Sungguh sulit untuk dapat dilahirkan sebagai manusia, sungguh sulit kehidupan manusia, sungguh sulit untuk dapat mendengarkan Ajaran Benar, begitu pula sungguh sulit munculnya seorang Buddha.

183. Tidak melakukan segala bentuk kejahatan, mengembangkan kebajikan dan membersihkan batin; inilah Ajaran Para Buddha.

184. Kesabaran adalah praktik bertapa yang paling tinggi. "Nibbana adalah yang tertinggi," begitulah sabda Para Buddha. Dia yang masih menyakiti orang lain sesungguhnya bukanlah seorang petapa ( samana ).

185. Tidak menghina, tidak menyakiti, dapat mengendalikan diri sesuai dengan peraturan, memiliki sikap madya dalam hal makan, berdiam di tempat yang sunyi serta giat mengembangkan batin nan luhur; inilah Ajaran Para Buddha.

186. Bukan dalam hujan uang emas dapat ditemukan kepuasan nafsu indera. Nafsu indera hanya merupakan kesenangan sekejap yang membuahkan penderitaan. Bagi orang bijaksana yang dapat memahami, hal itu tidak membuatnya bergembira bila mendapat kesenangan surgawi sekalipun. Siswa Sang Buddha Yang Maha Sempurna bergembira dalam penghancuran nafsu-nafsu keinginan.

187. Karena rasa takut, banyak orang pergi mencari perlindungan ke gunung-gunung, ke asrama ( hutan-hutan ), ke pohon-pohon dan tempat -tempat pemujaan yang dianggap keramat.

189. Tetapi itu bukan perlindungan yang aman, bukan perlindungan utama. Dengan mencari perlindungan seperti itu, orang tidak akan bebas dari penderitaan.

190. Ia yang betlindung pada Buddha, Dhamma dan Sangha, dengan bijaksananya dapat melihat Empat Kebenaran Mulia, yaitu :

191. Dukkha, sebab dari dukkha, akhir dari dukkha serta Jalan Mulia Berfaktor Delapan yang menuju pada akhir dukkha.

192. Sesungguhnya, itulah perlindungan utama. Dengan pergi mencari perlindungan seperti itu, orang akan bebas dari segala penderitaan.

193. Sukar untuk berjumpa dengan manusia yang mempunyai kebijaksanaan Agung. Orang seperti itu tidak akan dilahirkan di sembarangan tempat. Tetapi di mana pun orang seperti itu dilahirkan, maka keluarganya akan hidup bahagia.

194. Kelahiran Para Buddha merupakan sebab kebahagiaan. Pembabaran Ajaran Benar merupakan sebab kebahagiaan. Persatuan Sangha merupakan sebab kebahagiaan. Dan usaha perjuangan mereka yang telah bersatu merupakan sebab kebahagiaan.

195. Ia yang menghormati mereka yang patut dihormati, yakni Para Buddha atau siswa-siswaNya yang telah dapat mengatasi rintangan-rintangan, akan bebas dan kesedihan dan ratap tangis.

196. Ia yang menghormati orang-orang suci yang telah menemukan kedamaian dan telah bebas dari ketakutan; maka jasa perbuatannya tak dapat diukur dengan ukuran apapun.

Kebahagiaan

197. Sungguh bahagia jika kita hidup tanpa membenci diantara orang-orang yang membenci; diantara orang yang membenci kita hidup tanpa membenci.

198. Sungguh bahagia kita hidup tanpa penyakit diantara yang berpenyakit; diantara orang-orang yang berpenyakit kita hidup tanpa penyakit.

199. Sungguh bahagia kita hidup tanpa keserakahan diantara orang-orang yang serakah, diantara orang-orang yang serakah kita hidup tanpa keserakahan.

200. Sungguh bahagia hidup kita ini apabila sudah tidak terikat lagi oleh rasa ingin memiliki. Kita akan hidup dengan bahagia bagaikan dewa-dewa dialam yang cemerlang.

201. Kemenangan menimbulkan kebencian, dan yang kalah hidup dalam penderitaan. Setelah dapat melepaskan diri dari kemenangan dan kekalahan, orang yang penuh damai akan hidup bahagia.

202. Tiada api yang menyamai nafsu, tiada kejahatan yang menyamai kebencian, tiada penderitaan yang menyamai kelompok ( khanda ), dan tiada kebahagiaan yang lebih tinggi dari kedamaian abadi.

203. Kelaparan merupakan penyakit yang paling berat. Segala sesuatu yang berkondisi merupakan penderitaan yang paling besar. Setelah mengetahui hal ini sebagaimana adanya, orang bijaksana memahami bahwa Nibbana merupakan kebahagiaan tertinggi.

204. Kesehatan adalah keuntugan yang paling besar. Kepuasan adalah kekayaan yang paling berharga. Kepercayaan adalah saudara yang paling baik. Nibbana adalah kebahagiaan tertinggi.

205. Setelah mencicipi rasa penyepian dan ketentraman, maka ia akan bebas dari duka-cita dan tidak ternoda serta meneguk kebshagiaan dalam Dhamma.

206. Bertemu dengan Para Ariya adalah baik, tinggal bersama mereka merupakan suatu kebahagiaan, orang akan selalu berbahagia bila tak menjumpai orang bodoh.

207. Seseorang yang sering bergaul dengan orang bodoh pasti akan meratap lama sekali. Karena bergaul dengan orang bodoh merupakan penderitaan seperti tinggal bersama musuh. Tetapi, siapa yang tinggal bersama orang bijaksana akan berbahagia, sama seperti sanak keluarga yang kumpul bersama.

208. Karena itu :
Ikutilah orang yang pandai, bijaksana, terpelajar, tekun, patuh dan mulia; hendaklah engkau selalu dekat dengan orang yang bajik dan pandai seperti itu, bagaikan bulan mengikuti peredaran bintang.

Kecintaan

209. Orang yang memperjuangkan apa yang seharusnya dihindari, dan tidak memperjuangkan apa yang seharusnya diperjuangkan; melepaskan apa yang baik dan melekat pada apa yang menyenangkan, akan merasa iri terhadap mereka yang tekun dalam latihan.

210. Janganlah melekat pada apa yang dicintai atau yang tidak dicintai. Tidak bertemu dengan mereka yang dicintai dan bertemu dengan mereka yang tidak dicintai, keduanya merupakan penderitaan.

211. Oleh sebab itu janganlah mencintai apapun, karena berpisah dengan apa yang dicintai adalah menyedihkan. Tiada lagi ikatan bagi mereka yang telah bebas dari mencintai dan tidak mencintai.

212. Dari yang disayangi timbul kesedihan, dari yang disayangi timbul ketakutan; bagi orang yang telah bebas dari yang disayangi, tiada lagi kesedihan maupun ketakutan.

213. Dari cinta timbul kesedihan, dari cinta timbul ketakutan: bagi orang tang telah bebas dari rasa cinta, tiada lagi kesedihan maupun ketakutan.

214. Dari kemelekatan timbul kesedihan, dari kemelekatan timbul ketakutan; bagi orang yang telah bebas dari kemelekatan, tiada lagi kesedihan maupun ketakutan.

215. Dari nafsu timbul kesedihan, dari nafsu timbul ketakutan; bagi orang yang bebas dari nafsu, tiada lagi kesedihan maupun ketakutan.

216. Dari keinginan timbul kesedihan, dari keinginan timbul ketakutan; bagi orang yang telah bebas dari keinginan, tiada lagi kesedihan maupun ketakutan.

217. Barangsiapa sempurna dalam sila dan mempunyai pandangan terang, teguh dalam Dhamma, selalu berbicara benar dan memenuhi segala kewajibannya, maka semua orang akan mencintainya.

218. Barangsiapa bermaksud ingin mencapai Yang Tak Dinyatakan ( Nibbana ), yang batinnya tidak lagi terikat oleh kesenangan indera, orang seperti itu disebut "yang telah pergi ke hilir arus kehidupan".

219. Setelah lama seseorang pergi jauh dan kemudian pulang ke rumah dengan selamat, maka keluarga, kerabat dan sahabat akan menyambutnya dengan senang hati.

220. Begitu juga, perbuatan-perbuatan baik yang telah dilakukan akan menyambut pelakunya yang telah pergi dari dunia ke dunia selanjutnya, seperti keluarga yang menyambut pulangnya orang tercinta.

Kemarahan

221. Hendaklah orang menghentikan kemarahan dan kesombongan, hendaklah ia mengatasi semua belenggu. Orang yang tidak terikat pada batin dan jasmani, yang telah bebas dari nafsu-nafsu, tak akan menderita lagi.

222. Barangsiapa dapat menahan kemarahannya yang memuncak seperti menahan kereta yang sedang melaju, ia patut disebut sais sejati. Sedangkan sais lainnya hanya sebagai pemegang kendali belaka.

223. Kalahkan kemarahan dengan cinta kasih dan kalahkan kejahatan dengan kebajikan. Kalahkan kekikiran dengan kemurahan hati, dan kalahkan kebohongan dengan kejujuran.

224. Hendaknya orang berbicara benar, hendaknya orang tidak marah; hendaknya orang memberi walaupun sedikit kepada mereka yang membutuhkan. Dengan tiga cara ini, orang dapat pergi kehadapan para dewa.

225. Orang-orang suci yang tidak menganiaya makhluk lain selalu terkendali jasmaninya, akan sampai pada Keadaan Tanpa Kematian ( Nibbana ); dan setelah sampai pada keadaan itu, kesedihan tak ada lagi dalam dirinya.

226. Mereka yang senantiasa sadar, tekun melatih diri siang dan malam, selalu mengarahkan batin ke Nibbana, maka semua kekotoran batin dalam dirinya akan musnah.

227. O Atula, hal itu telah ada sejak dahulu dan bukan baru saja ada sekarang, di mana mereka mencela orang yang duduk diam, mereka yang mencela orang yang banyak berbicara, mereka juga mencela orang yang sedikit berbicara. Tak ada seorangpun di dunia ini yang tidak dicela.

228. Tidak pada jaman dahulu, waktu yang akan datang ataupun waktu sekarang, dapat ditemukan seseorang yang selalu dicela maupun yang selalu dipuji.

229. Setelah memperhatikan secara seksama, orang bijaksana memuji ia yang menempuh kehidupan tanpa cela, pandai serta memiliki kebijaksanaan dan sila.

230. Siapakah yang layak merendahkan orang yang tanpa cela seperti sepotong emas murni? Para dewa akan selalu memujinya, begitu pula para brahmana.

231. Hendaklah orang selalu menjaga rangsangan jasmani, hendaklah ia selalu mengendalikan jasmaninya. Setelah menghentikan perbuatan-perbuatan jahat melalui jasmani, hendaklah ua giat melakukan perbuatan-perbuatan baik melalui jasmani.

232. Hendaklah orang selalu menjaga rangsangan ucapan, hendaklah ia mengendalikan ucapannya. Setelah menghentikan perbuatan-perbuatan jahat melalui ucapan, hendaklah ua giat melakukan perbuatan-perbuatan baik melalui ucapan.

233. Hendaklah orang selalu menjaga rangsangan pikiran, hendaklah ia mengendalikan pikirannya. Setelah menghentikan perbuatan-perbuatan jahat melalui pikiran, hendaklah ia giat melakukan perbuatan-perbuatan baik melalui pikiran.

224. Para bijaksana terkendali perbuatan, ucapan dan pikirannya. Sesungguhnya, mereka itu benar-benar telah dapat menguasai diri.