Jumat, 30 Januari 2015

Kisah seorang dewa

Terdapat sebuah kisah nyata tentang seorang dewa yang hidup disurga tavatimsa bersama dengan seribu dewi.

Pada suatu pagi, ketika salah seorang dewinya sedang berada di sebuah cabang pohon untuk memetik bunga, tiba-tiba tubuhnya menghilang. Ternyata dewi itu meninggal dari surga tavatimsa dan bertumimbal lahir dialam manusia, di india, di kota savatthi, sebagai seorang wanita pada sebuah keluarga yang berkasta tinggi. Ia memiliki kemampuan untuk mengingat kembali kehidupannya yang lampau. Ia masih menginggat suaminya yang dahulu, seorang dewa disurga tavatimsa, dan sering memberi persembahan kepadanya disertai doa agar pada suatu waktu dapat berkumpul kembali dengan suaminya itu.

Sesuai dengan tradisi india pada waktu itu, ia menikah pada usia enam belas tahun. Kemudian, ia melahirkan empat orang anak. Ia merawat anak-anaknya dengan penuh kasih sayang dan mendidiknya agar menjadi manusia yang bermoral baik. Ia berusaha melakukan kewajibannya dengan baik. Namun, ia tidak dapat melupakan suaminya yang terdahulu. Ia sering memberikan persembahan dan berbicara tentang suaminya yang terdahulu walaupun sebenarnya suaminya itu berada di surga.

Pada suatu waktu, setelah ia hidup didunia ini selama seratus tahun, ia sakit dan meninggal dunia. Kemudian, ia bertumimbal lahir di hadapan suaminya yang dahulu disurga. Lalu, dewa suaminya itu berkata kepada dewi istrinya, "kami tidak melihatmu kemarin pagi. Dimana saja kamu berada?"

"Saya terjatuh dari kehidupan ini, tuanku," jawab istrinya.
"Apa? Apakah engkau bersungguh-sungguh?"
"Benar, tuanku."
"Dimana kamu terlahir?"
"Disavatthi, pada sebuah keluarga berkasta tinggi."
"Berapa lama kamu hidup di sana?"

"Seratus tahun. Mula-mula saya berada dalam rahim ibu selama sembilan bulan sepuluh hari. Setelah itu, saya lahir. Kemudian, pada usia enam belas tahun, saya menikah dan mempunyai empat orang anak. Saya suka berdana dan melakukan perbuatan-perbuatan berjasa. Kini, saya terlahir kembali di alam dewa."

"Pada umumnya, berapa lama jangka waktu kehidupan manusia itu?"
"Sekitar seratus tahun."
"Demikian?"
"Ya, tuanku."

"Jika kehidupan manusia begitu singkat, apakah manusia melewati waktunya dengan terlena dan seenaknya saja ataukah mereka berdana dan melakukan perbuatan-perbuatan berjasa?"
"Pada umumnya, mereka selalu seenaknya; mereka menggangap bahwa mereka tidak akan tua dan mati."

Mendengar jawaban istrinya yang demikian itu, sang dewa menjadi berang dan berkata, "betapa bodohnya manusia. Mereka dilahirkan hanya untuk kehidupan seratus tahun, tetapi masih juga seenaknya, bermasa bodoh dan terlena sepanjang waktu. Jika demikian, kapan mereka akan terbebas dari penderitaan?"

Demikian kisahnya. Tampak betapa berbeda perhitungan waktu dialam surga dengan dialam manusia. Jangka waktu puluhan tahun hidup sebagai manusia ternyata lamanya kurang dari satu hari dialam surga. Tepatnya, jangka waktu seratus tahun dialam manusia sama dengan satu hari satu malam dialam surga tavatimsa. Di dalam kitab suci dijelaskan bahwa jangka waktu kehidupan disurga tavatimsa adalah seribu tahun surgawi, atau yang dalam perhitungan tahun manusia sama dengan tiga puluh enam juta tahun. Jangka waktu kehidupan disurga tavatimsa ini sama dengan empat kali jangka waktu kehidupan di alam dewa catummaharajika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar