Senin, 12 Januari 2015

BAB ENAM ( kemelekatan )

1."apakah tubuh jasmani ini, nagasena, berharga bagi para petapa?"
"Tidak, baginda."
"Kalau begitu, mengapa para petapa merawat dan memberikan perhatian pada tubuh jasmani?"
"Kami merawat dan menjaga tubuh jasmani ini sama seperti kita merawat luka. Bukan karena luka itu berharga bagi kita, melainkan hanya supaya daging baru dapat tumbuh kembali. Demikian ini telah dikatakan oleh sang buddha :

"Tubuh jasmani yang kotor ini berbau busuk seperti tinja, seperti kakus; tubuh jasmani yang oleh para bijaksana dikutuk ini, adalah sumber kesukaan bagi si bodoh.

Sebuah tumor dimana sembilan lubang berdiam
Terbungkus didalam mantel kulit yang berkeringat
Dan meneteskan kekotoran pada tiap sisinya
Mencemari udara dengan bau busuk kemana mana.

Seandainya saja secara kebetulan harus terjadi
Apa yang tersimpan didalam berada diluar
Tentu orang akan membutuhkan cambuk
Untuk menghalau anjing dan gagak."

2. "Jika sang buddha mahatahu, mengapa beliau baru menetapkan peraturan sangha setelah suatu peristiwa terjadi?"
"Beliau baru menetapkan peraturan ketika dibutuhkan, sama seperti seorang dokter ahli baru menuliskan resep bagi pasiennya ketika dibutuhkan, walaupun dia telah mengetahui semua obat sebelum suatu penyakit menyerang."

3. "Jika sang buddha memiliki tiga puluh dua tanda manusia agung, mengapa orang tua beliau tidak memilikinya juga?"
"Sama halnya seperti bunga teratai yang terlahir dilumpur dan menjadi sempurna di air tidak menyerupai lumpur dan air, demikian juga sang buddha tidak sama dengan orang tua beliau."

4. "Apakah sang buddha seorang brahmacari, seorang yang tidak menikah?"
"Ya."
"Kalau begitu beliau pengikut brahma!"
"Meskipun suara gajah sama seperti suara bangau, gajah bukanlah pengikut bangau, katakanlah, baginda, apakah brahma itu mempunyai kecerdasan ( buddhi )?"
"Ya."
"Kalau begitu pastilah dia pengikut sang buddha!"

5. "Apakah pentahbisan bhikkhu itu sesuatu yang baik?"
"Ya."
"Tetapi apakah sang buddha menjalaninya, atau tidak?"
"Baginda, ketika sang buddha mencapai pencerahan sempurna dikaki pohon bodhi, itulah pentahbisan beliau. Tidak ada pentahbisan bagi beliau dari orang lain seperti yang beliau berikan kepada siswa-siswanya."

6."bagi siapakah air mata itu merupakan penyembuhan : bagi orang yang menangis karena kematian ibunya, atau bagi orang yang menangis karena cintanya pada kebenaran?"
"Air mata yang pertama, o baginda, ternoda dan panas oleh kemelekatan, tetapi air mata yang kedua itu tidak ternoda serta sejuk. Terdapat penyembuh didalam kesejukan dan ketenangan, tetapi didalam panas dan nafsu tidak akan mungkin ada penyembuh."

7. "Apakah perbedaan antara orang yang dipenuhi kemelekatan dengan orang yang telah terbebas dari kemelekatan?"
"Yang pertama diperbudak, o baginda, sedangkan yang kedua tidak diperbudak."
"Apa maksudnya?"
"Yang pertama dipenuhi nafsu keinginan, sedangkan yang kedua tidak."
"Tetapi kedua-duanya menyukai makanan yang enak, dan kedua-duanya tidak menyukai makanan tidak enak."
"Orang yang melekat, o baginda, makan dengan mengalami cita rasa makanan itu serta mengalami kemelekatan pada cita rasa itu. Tetapi, orang yang tidak melekat mengalami cita rasa makanan itu saja dan tidak mengalami kemelekatan yang timbul dari cita rasa makanan tersebut."

8. "Di manakah kebijaksanaan berdiam?"
"Tidak di mana pun, o baginda."
"Kalau begitu kebijaksanaan itu tidak ada."
"Di manakah angin berdiam?"
"Tidak di mana pun."
"Kalau begitu angin itu tidak ada."
"Anda sangat cerdik dalam menjawab, nagasena."

9. "Apa yang dimaksud dengan lingkaran tumimbal lahir ( samsara )?"
"Seseorang yang dilahirkan disini, mati disini dan dilahirkan ditempat lain. Setelah dilahirkan disana, dia mati dan dilahirkan ditempat lain."

10. "Dengan apakah kita mengingat perbuatan yang telah dilakukan dimasa lalu?"
"Dengan ingatan (sati)."
"Apakah bukan dengan pikiran (citta) kita mengingat kembali?"
"Apakah baginda ingat sesuatu urusan yang pernah baginda lakukan tetapi kemudian terlupakan?"
"Ya."
"Apakah waktu itu baginda tanpa pikiran?"
"Tidak, tetapi ingatan saya yang tak mampu."
"Kalau begitu mengapa baginda katakan bahwa dengan pikiran kita mengingat kembali?"

11. "Apakah ingatan selalu timbul dengan sendirinya, ataukah dipengaruhi oleh sugesti dari luar?"
"Kedua-duanya, o baginda."
"Tetapi apakah bukan berarti bahwa pada dasarnya semua ingatan bersifat subjektif?"
"Baginda, seandainya tidak ada bagian ingatan yang ditanamkan maka para ahli tidak perlu berlatih atau bersekolah, dan guru tidak akan ada gunanya. Tetapi keadaan sebaliknyalah yang terjadi."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar