Sabtu, 31 Januari 2015

Hukum sebab musabab yang saling bergantungan

Arti dari gambar paticcasamuppada

Pada pusat gambar tersebut terdapat lingkaran dengan tiga ekor binatang, yaitu :
√ seekor ayam : melambangkan keserakahan ( lobha ),
√ seekor ular : melambangkan kebencian ( dosa ),
√ seekor babi : melambangkan kegelapan batin ( moha ).

Makna dari gambar tersebut adalah keserakahan dan kebencian selalu muncul bersama-sama dengan kegelapan batin.
Ketiganya merupakan sebab akar buruk yang menyebabkan tumimbal lahir.

Makna dari jalan "putih" dan jalan "hitam"

Diselah luar dari pusat tersebut, terdapat jalan berwarna putih dan jalan berwarna hitam. Dijalan berwarna putih, orang-orang berjalan dengan benar didalam cara-cara latihan yang bermanfaat ( kusala kamma ), baik bhikkhu maupun upasaka-upasika. Sedangkan dijalan berwarna hitam, orang-orang telanjang ( symbol tidak tahu malu akibat berbuat jahat / ahirika dan tidak takut akibat perbuatan jahat / anottappa ) jatuh kebawah akibat perbuatan-perbuatan jahatnya ( akusala kamma ).

Dari jalan yang putih, dapat memasuki dua alam yang menyenangkan, namun dari jalan hitam jatuh ke dalam alam-alam menyedihkan. Selama ketiga akar ( dosa, lobha dan moha ) masih ada, maka semua makhluk akan selalu berputar-putar melalui jalan putih dan hitam.

Alam-alam menyenangkan

Alam-alam yang menyenangkan ditunjukkan pada gambar di sebelah atas didalam lingkaran. Alam atas sebelah kanan melambangkan alam surga. Pada gambaran ini, terdapat alam-alam para brahma bercahaya, alam istana para dewa yang cemerlang, alam istana para dewa yang meredup, disebelah bawahnya terdapat gambar asura dewa yang sedang berperang dengan para dewa.

Disebelah kiri alam dewa, digambarkan alam manusia. Ada rumah sakit ( palang merah ), ada gereja, ada sang buddha yang sedang membabarkan dhamma kepada lima orang petapa, ada dewa sedang mendengarkan khotbah ( disekitar pohon ), ada mesjid, ada tank baja untuk berperang dan sebagainya. Dari mulut sang buddha keluar dhamma yang berupa jalur teratai yang melintas mata rantai "jati" dan "jara-marana". Selama masa kehidupan, kita dapat memotong rantai untuk merealisasi nibbana melalui jalan ariya beruas delapan.

Alam para hantu ( peta )

Alam para hantu digambarkan disebelah kanan bawah. Ada hantu bermulut sebesar lubang jarum, ada hantu yang bergelimpangan kotoran, ada hantu yang kepanasan ( dalam gambar matahari sepotong ), ada hantu yang mengerubuti sesajian dimeja puja/ sembayang, ada hantu yang menggangu pelimpahan jasa, ada hantu yang semua makanan yang dimakannya berubah jadi api, dan berbagai jenis hantu.

Alam binatang

Alam binatang ada dibawah alam manusia. Ada sapi sedang meluku sawah, ada ikan ( ada orang memancing ), ada burung, ada pemburu sedang membidik burung, ada kambing dan pintu kandang, ada kapal selam, ada ikan besar memakan ikan kecil, ular dimakan burung dan sebagainya. Kehidupan binatang serba tidak tenang.

Alam neraka

Didasar lingkaran, digambarkan alam neraka. Ada makhluk yang menggelepar di sungai darah yang mendidih, ada yang tubuhnya tak kuasa dicabik-cabik binatang, tak terhindarkan tertusuk-tusuk batang pohon berduri, ada yang tersiram air panas dan sebagainya, yang semuanya mengalami sensasi sangat tidak menyenangkan yang tidak terhindarkan akibat kamma buruknya.

Makna dari rantai yang mengitari ke-31 alam kehidupan

Mengitari alam-alam tersebut diatas ( representasi dari ke-31 alam kehidupan ) adalah rantai sebab musabab yang saling bergantung ( paticcasamuppada ), dengan simbolisasi 12 mata rantai. Penjelasan dimulai dari mata rantai sebelah kanan mulut raksasa :

Mata rantai pertama : dengan gambar pria tua sedang bersandar pada tongkatnya, binggung menentukan arah. Ada tonggak-tonggak yang menghadang didepannya. Gambar ini melambangkan avijja ( kegelapan batin ).

Mata rantai kedua : dengan gambar pembuat periuk. Di sebelah belakangnya ada periuk yang sudah dibuat, ada yang masih utuh, ada yang besar, kecil, gendut, ada yang sudah pecah, sementara ia masih terus membuat periuk. Gambar tersebut melambangkan perbuatan-perbuatan lampau yang dilakukan ( sankhara ) yang baik maupun yang jelek, ada yang sudah berbuah ( pecah ), ada yang belum berbuah ( masih utuh ), dan tetap orang itu melakukan kamma terus-menerus ( membuat pot/ periuk ).

Mata rantai ketiga : dengan gambar seekor kera yang sedang melomcat dari dahan pohon yang sudah kering tanpa daun buah ke pohon yang masih lebat dan banyak buah. Gambar kera tersebut melambangkan kesadaran ( vinnana ), yaitu kesadaran melihat, mendengar, mencium bau, mengecap rasa kecapan, mengalami sentuhan, memikirkan, kesadaran tumimbal lahir yang merupakan penerus dari "kehidupan yang lampau" ( pohon kering ) ke "kehidupan yang baru" ( pohon yang masih hijau dan lebat buahnya ), sehingga terjadilah "makhluk-baru".

Mata rantai keempat : dengan gambar pemuda dan pemudi ( sepasang ) sedang duduk didalam perahu yang sama mendayung sampan bersama. Gambar tersebut melambangkan batin dan jasmani ( nama-rupa ) yang bersatu dalam berproses ( bekerja bersama sama ) terombang ambing ditengah-tengah lautan kehidupan.

Mata rantai kelima : dengan gambar rumah yang memiliki lima jendela dan satu pintu. Gambar tersebut melambangkan bahwa didalam batin dan jasmani ( rumah ) ini terdapat lima pintu indera dan satu pintu pikiran ( enam landasan indera / salayatna ).

Mata rantai keenam : dengan gambar sepasang muda-mudi sedang duduk dimalam hari dengan bulan sabitnya, tangan pemuda sedang kontak dengan pemudi. Gambar tersebut melambangkan kontak ( phassa ) antara enam landasan indera dengan obyek-obyeknya yang bersesuaian.

Mata rantai ketujuh : dengan gambar orang terjatuh karena kedua matanya terkena panah. Gambar tersebut melambangkan perasaan ( vedana ). Perasaan akan membutakan seseorang bila orang tersebut tidak memiliki pengendalian diri dan perhatian murni ( sati ).

Mata rantai kedelapan : dengan gambar malam hari dengan bulan sabitnya orang masih makan, minum-minuman keras. Gambar tersebut melambangkan nafsu ( tanha ) yang membuat seseorang lupa daratan, mabuk kepayang.

Mata rantai kesembilan : dengan gambar orang sedang memetik buah-buahan. Walaupun keranjang telah terisi penuh buah, namun ia tetap masih memetik sehingga ada banyak buah tercecer disekitar keranjang. Gambar tersebut melambangkan kemelekatan ( upadana ).

Mata rantai kesepuluh : dengan gambar seorang wanita hamil. Gambar tersebut melambangkan suatu proses terjadi ( bhava ) yang memiliki kekuatan untuk diteruskan didalam kelahiran selanjutnya dan menyebabkan penderitaan menjadi lebih panjang.

Mata rantai kesebelas : dengan gambar seorang wanita sedang melahirkan. Gambar tersebut melambangkan proses kelahiran kembali/ tumimbal lahir ( jati ).

Mata rantai keduabelas : dengan gambar seorang tua renta sedang berjalan dan seonggok mayat sedang terbujur kaku. Gambar tersebut melambangkan proses penuaan ( jara ) dan kematian ( marana ) yang menimpa setiap makhluk yang dilahirkan. Antara kelahiran dan kematian, selama masih ada avijja dan tanha maka selalu terjadi proses-proses kamma dan berlanjutlah proses paticcasamuppada ini.

Semua kehidupan kita merupakan proses dari dua belas mata rantai tersebut. Rantai melingkar itu dicengkram oleh raksasa "kala" / bathara "kala". ( waktu ), melambangkan ketidak-kekalan ( adanya batasan waktu ). Semua diputar oleh kaki dan tangan bathara 'kala' ( waktu ) tersebut.

Diatas kepala raksasa tersebut terdapat mahkota dengan lima buah tengkorak kepala, yang melambangkan bahwa makhluk-makhluk dalam samsara ini menggagungkan mahkota lima kelompok perpaduan ( pancakkhanda ) "diri" kita. Padahal, kelima kelompok perpaduan ( pancakhanda ) tersebut pada hakekatnya adalah tidak kekal ( anicca ), derita ( dukkha ) dan anatta ( tanpa-aku ).

Seluruh alam, rantai melingkar, dan raksasa itu dikelilingi oleh lidah api, yang panas. Api yang membakar melambangkan panasnya dosa ( kebencian / kemarahan ), lobha ( keserakahan akan keindriyaan ) dan moha ( kegelapan / kebodohan batin ).

Dibawah rantai tersebut, terdapat ekor raksasa yang panjang sekali, hingga tidak terlihat ujungnya. Hal ini melambangkan kelahiran dan kematian kita yang tidak dapat ditelusuri awal mulanya. Setiap pertanyaan tentang yang "awal" ( prima causal ) itu akan mengundang spekulasi yang tidak bermanfaat dalam upaya menghancurkan penyebab penderitaan.

Disisi sebelah kiri atas, ada gambar jalan dhamma yang telah dibabarkan dengan sempurna oleh sang buddha, dilambangkan dengan gambar teratai delapan (8) buah dimulai dari mulut beliau menuju as roda dharma yanf berjari-jari delapan (8) buah.

Delapan teratai dijalani oleh para bhikkhu dan para upasaka upasika. Delapan bunga teratai melambangkan "jalan ariya beruas delapan" ( ariya atthangika magga ), sedangkan jari-jari roda melambangkan kondisi dunia ( lokadhamma 8, yaitu untung-rugi, dicela-dipuji, terhormat-tidak terhormat, suka-duka ).

Diluar jari-jari terdapat empat (4) kali tiga (3) buah teratai, yang melambangkan empat kesunyataan mulia dalam tiga tahap perkembangan batin yang merealisasinya ( tiga tahap dua belas segi pandangan seperti dibahas dalam dhammaccakkappavattana sutta ), as roda dhamma sudah tidak berputar ( diam ), melambangkan nibbana. Jalur teratai itu keluar dari mulit sang buddha dialam manusia melintas mata rantai jati dan jara-marana.

Disisi kanan atas, terdapat buddha sedang menunjukkan nibbana yang berada ditepi seberang, beliau yang telah selamat, terbebas dari sakitnya pengembaraan dan memperingatkan kita yang masih jatuh bangun didasar jurang gelap yang membahayakan dan menghadapi kita dimanapun.

Melihat gambar tersebut, bisa kita pahami, bahwa semua makhluk yang belum "terbebas" , akan berputar-putar dalam arus samsara, selalu bertumimbal lahir; bisa di alam neraka, alam para hantu/ setan, alam binatang, alam para jin; atau jika karma baiknya mencukupi, bisa terlahir di alam manusia, alam-alam surga kanmadhatu, alam rupa brahma hingga arupa brahma. Hanya jika kita telah "terbebas" , maka kita tidak akan terlahir lagi di ke-31 alam kehidupan tersebut, yaitu saat merealisasi "nibbana", yang pada gambar tersebut digambarkan dengan "as" roda dhamma yang sudah tidak berputar ( diam ).

Nirwana atau nibbana

Nirwana, dari bahasa sansekerta: nivanajir - pali:  nibbanna - tionghoa : nie4 pan2, secara harfiah: "kepunahan", adalah kulminasi pencarian umat buddha terhadap kebebasan.

Siddharta gaotama, sang buddha, menjelaskan buddhisme sebagai sebuah rakit yang, setelah mengapung di atas sungai, akan memperbolehkan sang penumpangnya untuk mencapai nirwana.

Dalam pengertian yang lebih dalam, nibbana adalah kebahagiaan tertinggi, suatu keadaan kebahagiaan abadi yang luar biasa. Kebahagiaan nibbana tidak dapat dialami dengan memanjakan indera, melainkan dengan menenangkannya.

Nibbana bukanlah suatu tempat. Nibbana bukanlah suatu ketiadaan atau kepunahan. Nibbana bukanlah suatu surga. Tidak ada kata yang cocok untuk menjelaskan nibbana ini. Nibbana dapat direalisasi dengan cara melenyapkan keserakahan ( lobha ), kebencian ( dosa ) dan kebodohan batin ( moha ).

Dalam kitab udana VIII:3 , nibbana dijelaskan oleh sang buddha sebagai berikut :

"Oh, bhikkhu, ada berhentinya kelahiran, berhentinya penjelmaan, berhentinya kamma, berhentinya sankhara. Jika seandainya saja, oh bhikkhu, tidak ada berhentinya kelahiran, berhentinya penjelmaan, berhentinya kamma, berhentinya sankhara; maka tidak akan ada jalan keluar kebebasan kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi karena ada berhentinya kelahiran, berhentinya penjelmaan, berhentinya kamma, berhentinya sankhara, maka ada jalan keluar kebebasan kelahiran, penjelmaan, pembentukan dan pemunculan dari sebab yang lalu".

Lebih lanjut dalam kitab milinda panha juga dijelaskan tentang nibbana melalui percakapan antara bhikkhu nagasena dan raja milinda sebagai berikut :

"Nibbana penuh dengan kedamaian dan kebahagiaan oh raja. Barang siapa yang mengatur kehidupannya secara sempurna dengan memahami sifat kehidupan sesuai dengan ajaran para buddha, menyadari kehidupan melalui kebijaksanaan, sebagaimana seorang siswa yang dengan mengikuti petunjuk-petunjuk sang guru, menjadikan dirinya 'nakhoda' bagi kapalnya sendiri,...

"Apakah nibbana suatu tempat?" tanya raja milinda "nibbana bukanlah suatu tempat oh raja, tetapi nibbana ada sebagaimana api ada, meskipun api itu tidak disimpan di suatu tempat tertentu." "apakah ada tempat berpijak bagi seseorang untuk mencapai nibbana?" "ya raja, tempat itu adalah kebajikan".

Jadi dapat disimpulkan bahwa nibbana bukanlah suatu tempat atau alam kehidupan, melainkan keadaan yang terbebas dari semua kekotoran batin yang menjadi sebab penderitaan dari kelahiran, usia tua, penyakit, kematian, kepedihan, ratapan dan keputus-asaan, yaitu keserakahan ( lobha ), kebencian ( dosa ) dan kebodohan batin ( moha ).

Nibbana dapat dicapai ketika masih hidup ( sa-upadisesa-nibbana ) dan ketika meninggal dunia ( an-upadisesa nibbana ). Ketika pangeran siddharta mencapai penerangan sempurna dan menjadi samma sambuddha, maka pada saat itu beliau mengalami sa-upadisesa nibbana. Ketika buddha gaotama meninggal dunia pada usia 80 tahun di kusinara, maka beliau mencapai an-upadisesa nibbana atau parinibbana.

Cara untuk mencapai nibbana adalah dengan mempraktekkan sendiri jalan mulia berunsur delapan, yaitu :
1. Pengertian benar ( samma ditthi )
2. Pikiran benar ( samma sankappa )
3. Ucapan benar ( samma vaca )
4. Perbuatan benar ( samma kammanta )
5. Penghidupan benar / matapencaharian benar ( samma avija )
6. Usaha/ daya upaya benar ( samma vamaya )
7. Perhatian benar ( samma sati )
8. Konsentrasi/ meditasi benar ( samma samadhi ).

Jumat, 30 Januari 2015

Garis waktu masa awal hingga tarikh masehi

Masa awal hingga tarikh masehi beberapa sumber menyebutkan kelahiran buddha pada 563 SM dan yang lain 624 SM; negara-negara buddhis theravada cenderung menggunakan waktu yang belakangan. Hal ini membuat semua tahun pada daftar dibawah ini mundur sekitar 61 tahun. Lihat theravada buddhism.

Juga terdapat kontroversi mengenai tanggal awal era buddhis, dengan 544 SM dan 483 SM yang diajukan sebagai saat pencapaian parinibbana buddha. Seperti yang dikemukakan oleh wilhelm geiger, menurut catatan sejarah sri langka, dipavamsa dan mahavamsa merupakan sumber utama dari kronologi asia selatan kuno; mereka memberikan tanggal penyucian ( abhiseka ) asoka hingga 218 tahun setelah parinibbana. Chandragupta maurya naik tahta 56 tahun sebelumnya, atau 162 tahun sebelumnya, atau 162 tahun setelah parinibbana. Jadi, perkiraan tanggal naik tahtanya chandragupta diketahui dalam dua tahun sejak 321 SM ( dari megasthenes ). Oleh karena itu, perkiraan waktu parinibban berkisar antara 485 dan 481 SM - jadi cocok benar penetapan tanggal dari tradisi mahayana yakni tahun 483 SM.

Perbedaan antara dua perhitungan waktu ini sepertinya terjadi pada masa antara pemerintahan raja sri langka udaya lll ( 946 - 954 atau 1007 - 1015 ) dan parakkama pandya ( c. 1046 - 1048 ), ketika terjadi pergolakan dinegara itu.

• 563 SM : sidharta gautama, yang kelak menjadi sang buddha, dilahirkan dilumbini dalam sebuah keluarga kerajaan direpublik sakya, sekarang merupakan bagian dari nepal.

• 534 SM : pangeran sidharta keluar dari istana untuk pertama kali dan melihat empat penampakan : seorang tua, orang sakit, mayat dan pertapa. Ia terkejut oleh ketiga hal pertama, ia tidak mengetahui apa itu usia, penyakit dan kematian, tetapi terinspirasi oleh orang pertapa sehingga ia menyerahkan seluruh kekayaannya dan kemewahannya. Ia meninggalkan istananya dan tinggal dihutan bersama pertapa. Akan tetapi, ia menginginkan sesuatu dari pada itu sehingga ia menjadi seorang guru ajaran.

• 528 SM : sidharta gautama mencapai pencerahan di buddha gaya ( sekarang dikenal dengan nama bodhygaya ), kemudian berkelana menuju ke taman rusa di sarnath ( dekat varanasi ), india, dan mulai mengajarkan dhamma.

• 528 SM : menurut legenda, tapassu dan balluka, dua pedagang bersaudara dari okkala ( sekarang dikenal dengan nama yangon ), mempersembahkan hidangan pertama kepada siddharta gautama sebagai buddha yang tercerahkan. Sang buddha memberikan delapan helai rambutnya kepada dua bersaudara tersebut; helai rambut tersebut dibawa kembali ke myanmar dan disemayamkan di pagoda pagoda shwedagon. Oleh karenanya, menurut mitos, tahun tersebut merupakan waktu pendirian pagoda shwedagon.

• 490-410 SM : masa hidup sang buddha, menurut penelitian terkini.

• 483 SM : gaotama buddha meninggal dunia ( mencapai parinibbana ) dikusinara, india. Tiga bulan setelah parinibbanya, sidang agung pertama diadakan.

• 383 SM : sidang agung kedua diadakan oleh raja kalasoka di vaisali.

• 250 SM : sidang agung ketiga, diadakan oleh asoka yang agung dan didampingi oleh monggaliputta tissa, menyusun kathavatthu untuk menyanggah pandangan-pandangan dan teori-teori lain yang dianut oleh beberapa sekte buddhis. Raja asoka mengeluarkan maklumat mengenai kerajaan untuk mendukung agama buddha.

• 250 SM : raja asoka yang agung mengirimkan beragam misionaris buddhis ke negara-negara jauh, sejauh cina dan mon dan kerajaan melayu ditimur dan kerajaan-kerajaan helenestik dibarat, guna memperkenalkan agama buddha.

• abad ke 3 SM : pedagang-pedagang india secara teratur mengunjungi pelabuhan di arabia, menjelaskan luasnya pemakaian nama tempat di wilayah itu dengan asal usul india atau budhis; contoh bahar ( dari bahasa sansekerta vihara, sebuah kuil buddhis ). Para biarawan buddhis utusan asoka membawa ajaran agama buddha ke suwannaphum, yang lokasinya masih diperselisihkan. Dipavamsa dan orang mon percaya bahwa tempat itu merupakan pemukiman bahari ditempat yang dikenal sekarang dengan nama birma.

• 220 SM : buddhisme theravada secara resmi diperkenalkan di sri langka oleh yang mulia mahinda, anak raja asoka dari india dimasa kekuasaan raja devanampiya tissa.

• 185 SM : jendral brahmana pusyamitra sunga menggulingkan dinasti maurya dan mendirikan dinasti sunga, dan tampaknya memulai gelombang penganiyaan terhadap agama buddha.

• 180 SM : raja yunani baktria demetrius menyerang india hingga pataliputra dan mendirikan kerajaan indo-yunani ( 180-10 SM ); pada masa ini agama buddha berkembang.

• 150 SM : raja indo-yunani menander memeluk agama buddha dibimbing oleh seorang bijaksana bernama nagasena, menurut laporan milinda panha.

• 120 SM : kaisar cina han wudi ( 156-87  SM ) menerima dua patung emas buddha, menurut prasasti-prasasti di gua mogao dunhuang.

Notes :
• abad ke 1 SM : gubernur indo-yunani theodorus menyemayamkan relikui sang buddha, mendedikasikan kepada "yang mulia shakyamuni" yang didewakan.

• 29 SM : menurut catatan sejarah srilanka, kanon bahasa pali ditulis pada masa pemerintahan raja vannagamini ( 29-17 SM )

• 2 SM : hou hansu mencatat kunjungan yuezhi pada tahun 2 M ke ibukota cina, yang memberikan pengajaran lisan akan sutra-sutra agama buddha.

• 65 M : dukungan liu ying akan agama buddha merupakan tindakan tercatat pertama akan praktek pelaksanaan buddhis di cina.

• 67 M : agama buddha masuk ke cina berkat upaya dua orang bhikkhu kasyapa dan dharmaraksha.

• 68 M : buddhisme secara resmi berdiri di cina dengan penemuan kuil kuda putih ( white horse temple ).

• 78 M : ban chao, seorang jendral cina, menundukkan kerajaan buddhis khotan.

• 78-101 M : menurut tradisi mahayana, sidang agung keempat mengambil tempat dibawah kekuasaan raja kanishka, dekat jalandar, india.

• 116 M : warga kushan, dibawah pimpinan kanishka, mendirikan kerajaan yang berpusat di kashgar, juga mengambil kuasa atas khotan dan yarkand sebelumnya merupakan tanah jajahan cina di tarim basin, sekarang dikenal dengan nama : xinjiang.

• 148 M : an shigao, seorang pangeran parthia dan bhikkhu buddhis, tiba di cina dan melanjutkan pembuatan terjemahan pertama naskah theravada ke dalam bahasa tionghoa.

• 178 M : seorang bhikkhu kushan, lokasema berkunjung ke ibukota cina, loyang dan menjadi penerjemah pertama naskah mahayana ke bahasa tionghoa yang dikenal.

• abad ke 2 / abad ke 3 : penganut agama buddha asal india dan asia tengah berkunjung ke vietnam.

• abad ke 3 : penggunaan naskah kharonnhi di gandhara terhenti.

• abad ke 3 dan abad ke 4 : naskah kharonnhi digunakan di kota-kota diselatan jalur sutra yakni khotan dan niya.

• 296 M : naskah buddhis dalam bahasa tionghoa yang paling awal, bertanggal tahun ini ( zhu fo ji jing, ditemukan di dalian akhir tahun 2005 ).

• abad ke 4 : dua orang bhikkhu dari cina membawa naskah-naskah ke kerajaan goguryeo, korea dan mendirikan pembuatan kertas di korea.

• 320-467 M : sebuah universitas di nalada mendukung 3.000-10.000 bhikkhu.

• 399-414 M : fa xian melakukan perjalanan dari cina ke india, kemudian kembali menerjemahkan karya-karya buddhis ke dalam bahasa tionghoa.

• abad ke 5 : kerajaan funan ( sekarang berlokasi dikamboja ) mulai menganjurkan buddhisme dalam rangka penggantian dari hinduisme. Bukti awal mengenai buddhisme dimyanmar ( catatan berbahasa pali ). Bukti awal akan buddhisme di indonesia ( patung ). Penafsiran ulang awal akan naskah-naskah berbahasa pali. Stupa di dambulla, ( sri lanka ) dibangun.

• 402 M : atas permintaan yao xing, kumarajiva berkunjung ke changan dan menerjemahkan banyak naskah buddhis dalam bahasa tionghoa.

• 403 M : di cina, hui yuan berpendapat bahwa bhikkhu buddhis seharusnya dikecualikan dari tindakan menghormat kepada raja.

• 405 M : yao xing menghormati kumarajiva.

• 425 M : agama buddha mencapai sumatera.

• 464 M : buddhabhadra tiba di cina untuk menyampaikan ajaran agama buddha.

• 495 M : kuil shaolin di bangun atas nama buddhabhadra, atas maklumat oleh raja wei xiao wen.

• 485 M : lima bhikkhu dari gandhara berkunjung ke fusang ( jepang, atau mungkin benua amerika ), dimana mereka memperkenalkan agama buddha.

• abad ke 6 : pengikut zen masuk ke vietnam dari cina. Cerita jataka diterjemahkan dari persia melalui perintah dari raja zoroastiran, khosrau 1 dari persia.

• 527 M : bodhidharma menetap dikuil shaolin provinsi henan cina.

• 552 M : agama buddha diperkenalkan di jepang melalui baekje ( korea ), menurut nihonshoki; beberapa pelajar menempatkan peristiwa ini pada tahun 538 M.

• awal abad ke 7 : jingwan mulai memahat sutra-sutra ke batu di fangshan, yuzhou, 75 km barat daya dari kota yang sekarang ini dikenal dengan nama beijing.

• 607 M : utusan kerajaan jepang diutus ke dinasti sui di cina guna mendapatkan salinan sutra-sutra.

• abad ke 7 : xuen zang berkunjung ke india, memperhatikan penganiaan umat buddha oleh sasanka ( raja gouda, negara bagian di barat laut bengal ) sebelum kembali ke chang an di cina guna menerjemahkan naskah-naskah buddhis di sindh. Raja songsten gampo dari tibet mengirimkan utusan ke india untuk mendapatkan naskah-naskah buddhist. Catatan terakhir yang menggunakan aksara kharonnhi diantara komunitas buddhis sekitar kucha.

• 671 M : peziarah buddhist yang berasal dari cina, yi jing, berkunjung ke palembang, ibukota dari sebagian kerajaan buddhis sriwijaya dipulau sumatra, indonesia dan mencatat sejumlah 1000 bhikkhu yang menetap. Uisang kembali ke korea setelah mempelajari buddhisme huayan cina dan mendirikan kelompok hwaeom.

• 736 M : huayan dikirim ke jepang melalui korea, ketika roben mengundang bhikkhu hwaeom korea simsang untuk menyampaikan pelajaran dan secara resmi mendirikan tradisi kegon jepang dikuil todaiji.

• 743-754 M : bhikkhu cina jianzhen berusaha untuk mencapai jepang sebelas kali, berhasil pada tahun 754 untuk mendirikan kelompok ritsu jepang, yang khusus mempelajari vinaya ( peraturan biara ).

• abad ke 8 : cerita jataka buddhis diterjemahkan kedalam bahasa suriah dan bahasa arab sebagai kalilag dan damnag. Sebuah catatan dalam kehidupan sang buddha diterjemahkan ke dalam bahasa yunani oleh john dari damascus dan secara luas disebarkan ke umat kristen sebagai cerita akan barlaam dan josaphat. Hingga abad ke 14, cerita mengenai josaphat menjadi sangat terkenal sehingga menjadikannya sebagai seorang santo katolik.

• abad ke 8 : dibawah kekuasaan raja trisong deutsen, padmasambhava berkunjung dari afganistan untuk mendirikan buddhisme tantrik ditibet ( yang kemudian dikenal dengan sebutan kelompok buddhisme tibet nyingma ), menggantikan agama utama kerajaan bonpo. Buddhisme dengan cepat berkembang ke sikkim dan bhutan.

• 760 M : pembangunan candi borobudur dimulai, bangunan terkenal di indonesia, mungkin sebagai tempat suci non-buddhis. Bangunan ini diselesaikan sebagai monumen buddhis pada tahun 830 M, setelah pekerjaan selama 50 tahun.

• 804 M : dibawah kekuasaan raja kammu dari jepang, rombongan empat kapal berlayar dari china. Dari dua kapal tiba, satu kapal yang ditumpangi oleh bhikkhu kukai yang baru-baru ini diberikan gelas oleh pemerintahan jepang sebagai seorang bhikkhu yang menyerap ajaran vajrayana di chang'an dan kembali ke jepang untuk mendirikan kelompok shingon. Kapal lain yang ditumpangi oleh bhikkhu saicho, yang kembali ke jepang untuk mendirikan kelompok tendai, sebagian berdasarkan tradisi tientai cina.

• 838-847 M : enin, seorang pendeta dari kelompok tendai, berkunjung ke cina selama sembilan tahun. Ia mencapai baik gunung umat buddha yang terkenal, wutaishan dan ibukota cina, chang'an, menyimpan catatan harian terperinci yang pada sumber utama atas periode ini dari sejarah cina, termasuk penganiaan umat buddhis.

• 841-846 M : raja wuzong dari dinasti tang ( nama yang diberikan : li yan ) berkuasa di cina; ia salah satu dari tiga raja cina yang melarang agama buddha. Dari tahun 843-545, wuzong menjalankan penganiaan anti umat buddha, yang secara tetap melemahkan struktur institusi buddhisme dicina.

• abad ke 9 : tibet: penurunan dalam buddhisme; penganiayaan oleh raja langdarma.

• abad ke 10 : pembangunan kuil buddhis di bagan, nyanmar dimulai. Ditibet, kebangkitan buddhisme yang kuat dimulai. Kelompok caodong dari zen didirikan oleh dongshan liangjie dan para pengikutnya di selatan cina.

• 971 M : dinasti song cina memerintah pemahat chengdu untuk mengukir seluruh kanon buddhis guna penyetakan. Karya ini diselesaikan pada 983 M; sejumlah total 130.000 blok telah dihasilkan.

• 991 M : sebuah salinan kanon buddhis dari era dinasti song tiba dikorea, hal ini mengesankan pemerintah.

• abad ke 11 : marpa, konchog gyalpo, atisha, dan lainnya memperkenalkan silsilah sarma ke tibet.

• 1009 M : dinasti ly dari vietnam dimulai, yang sebagian dibawa oleh sebuah persekutuan kerahiban buddhis. Raja ly melindungi buddhisme mahayan, sebagai tambahan atas semangat tradisional.

• 1010 M : korea memulai pemahatan edisi balok kayu cetak atas kanon buddhis. Tanggal penyelesaian tidak diketahui; kanon secara berkesinambungan berkembang, dengan ditambahkan naskah-naskah baru dari cina.

• 1017 M : di asia tenggara, dan secara khusus sri lanka, urutan bhikkhuni ( bhikkhu wanita ) terhenti karena invasi. Garis silsilah bhikkhu di srilanka kemudian dihidupkan kembali dengan para bhikkhu dari burma.

• 1025 M : sriwijaya, sebuah kerajaan buddhis yang berbasis di sumatera, diserang oleh kerajaan chola dari selatan india; kerajaan ini bertahan, tetapi kepentingannya mulai berkurang. Segera setelah penyerangan, pusat pemerintahan kerajaan berpindah ke arah utara dari palembang ke jambi-melayu.

• 1044-1077 M : di burma, raja pertama pagan, anoratha berkuasa. Ia mengubah agama negara menjadi buddhisme theravada dengan bantuan bhikkhu-bhikkhu dan buku-buku di sri lanka. Ia juga dikatakan telah beralih agama ke buddhisme theravada oleh seorang bhikkhu mon.

• 1057 M : anawrahta dari myanmar menangkap thaton di utara thailand, memperkuat buddhisme theravada di negara.

• 1063 M : sebuah salinan kanon khitan tiba di korea dari china.

• 1070 M : para bhikkhu dari pagan tiba di polonnaruwa, sri lanka untuk menegaskan kembali garis penahbisan theravada.

• 1084-1113 M : di myanmar, raja kedua pagan, kyanzittha ( putra anawrahta ), berkuasa. Ia merampungkan pembangunan pagoda shwezigon, sebuah tempat pemujaan untuk relik sang buddha, termasuk sebuah gigi yang dibawa dari sri lanka. Beragam prasasti mencatat bahwa ia merupakan inkarnasi dari vishnu, chakravartin, seorang bodhisattva, dan dharmaraja.

• abad ke 12 : bahasa sansekerta ini kemudian ditulis dalam devanagari.

• 1100-1125 M : raja huizong berkuasa selama pemerintahan dinasti song cina dan melarang agama buddha guna mempromosikan tao. Ia merupakan satu dari tiga raja cina yang melarang agama buddha.

• 1113 M : alaungsithu bertahta di pagan, myanmar sampai kepada saat narathu, putranya, membunuhnya dengan cara mencekik dan mengambil alih kekuasaannya.

• 1133-1212 M : honen mendirikan buddhisme tanah murni sebagai sekte independen di jepang.

• 1164 M : polonnaruwa, sri langka dihancurkan oleh serbuan pihak asing. Dengan panduan dari dua bhikkhu hutan- mahakassapa dan sariputta, parakramabahu 1 menyatukan kembali para bhikkhu ke dalam sekte mahavihara.

• 1181 M : jayavarman VII , seorang bodhisattva, pengikut setia buddhisme mahayana ( walau ia juga melindungi hinduisme ), mengambil kendali kerajaan khmer. Ia membangun bayon, bangunan buddhis yang paling terkemuka di komplek kuil angkor. Hal ini menyatukan tahapan peralihan lanjutan masyarakat khmer ke buddhisme theravada.

• 1190 M : di myanmar, keturunan anawrahta berhasil mengambil alih kendali dengan bantuan sri lanka. Pagan telah berada dalam keadaan anarki. Rezim yang baru membentuk kembali buddhisme myanmar ke bentuk theravada di sri lanka.

• 1236 M : bhikkhu-bhikkhu dari kancipuram, india, tiba di sri lanka guna menghidupkan kembali silsilah penahbisan theravada.

• akhir abad ke 12 : pusat pendidikan buddhis terbesar di nalada, india, ( pusat agama buddha ) dimana subyek diajarkan. Subyek seperti buddhisme, logika, filsafat, hukum, kedokteran, tatabahasa, yoga, matematika, alkemis, dan astrologi, dihancurkan, dijarah dan dibakar oleh penyerbu islam. Nalada didukung oleh raja-raja dari beberapa dinasti dan berfungsi sebagai pusat pengajaran internasional yang besar.

• abad ke 13 : theravada melampaui mahayana- sebelumnya dijalani sejajar dengan hinduisme- sebagai bentuk dominan akan agama buddha di kamboja; perubahan ini dipengaruhi oleh sri lanka. Dipersia, seorang sejarahwan rashid-al-din hamadani mencatat sekitar sebelas naskah buddhis yang beredar dalam terjemahan arab, diantaranya dikenali sebagai sukhavait-vyuha dan karanda-vyuha. Bagian dari samyutta dan angguttara nikaya, beserta bagian dari maitreya-vyakaran, juga dikenali dalam kumpulan ini.

• 1222 M : kelahiran nichiren daishonin ( 1222-1282 ), pendiri buddhisme nichiren yang berasal dari jepang.

• 1238 M : kerajaan thailand, sukhothai didirikan, dengan buddhisme theravada sebagai agama negara.

• 1227 M : dong zenji mengambil kelompok caodong zen dari cina ke jepang sebagai sekte soto.

• 1244 M : kuil dan biara eiheiji soto zen didirikan oleh dogen zenji.

• 1277 M : kekaisaran pagan, myanmar di myanmar mulai pecah setelah kekalahannya oleh kublai khan pada peperangan ngasaunggyan, di yunnan, dekat perbatasan cina.

• 1258 M : arghun menjadikan ll khanate sebagai negara buddhis.

• 1287 M : kerajaan theravada di pagan, myanmar jatuh ke tangan bangsa mongol dan dibayang-bayangi oleh ibukota shan di ava.

• 1279-1298 M : penguasa ketiga dan paling terkenal sukhothai, ram khamhaeng ( rama yang tegas ), berkuasa dan menjadikan laos sebagai pengikut, thailand yang lebih modern, pegu ( birma ) dan sebagian peninsula malaysia, yang membangkitkan tradisi artistik sukhothai. Setelah kematian ram khamhaeng, sukhothai kehilangan kendali atas wilayahnya dan pengikutnya menjadi independen.

• 1259 M : pemimpin mongolia, ghazan khan beralih agama ke islam, mengakhiri garis silsilah kepemimpinan buddhis tantrik.

• 1305-1316 M : umat buddha dipersia berusaha untuk mengubah agama uldjaitu khan.

• 1321 M : kuil dan biara sojiji soto zen didirikan oleh keizan zanji.

• 1351 M : di thailand, u thong, kemungkinan merupakan putra dari keluarga pendatang cina, mendirikan ayutthaya sebagai ibukotanya dan memberi nama ramathibodi.

• 1391-1474 M : gyalwa gendun drubpa, dalai lama pertama di tibet.

• 1405-1431 M : seorang laksamana kasim cina, zheng he membuat tujuh perjalanan dalam periode ini, melalui asia tenggara, india dan teluk persia, afrika timur, dan mesir. Pada waktu itu, buddhisme sudah berdiri kokoh di cina, sehingga penggunjung pasti akan mendapatkan pengalaman akan buddhisme cina.

• 1578 M : altan khan dari tumed memberikan gelar dalai lama kepada sonam gyatso ( yang kemudian dikenal sebagai dalai lama ketiga ).

• abad ke 17 & abad ke 18 : ketika vietnam terbagi pada periode ini, penguasa-penguasa nguyen dari selatan mendukung buddhisme mahayana sebagai ideologi integratif untuk masyarakat dengan beragam suku bangsa dari kerajaannya, yang juga didiami oleh champa dan minoritas lain.

• 1614 M : keluarga toyotomi membangun kembali gambaran agung sang buddha dikuil hokoji di kyoto.

• 1615 M : suku bangsa mongol, oirat beralih agama ke kelompok geluk dari buddhisme tibetan.

• 1635 M : di zanabazar, jebtsundamba khutughu pertama lahir sebagai cicit dari abadai khan dari khalkha.

• 1642 M : guushi khan dari khoshuud menyerahkan kedaulatan tibet ke dalai lama ke lima.

• 1753 M : sri lanka menyatakan kembali ordinasi bhikkhu dari thailand- silsilah siyam nikaya.

• 1766-1767 M : di thailand, banyak naskah-naskah buddhis dihancurkan karena aksi penyerbuan burma ke ayutthaya.

• abad ke 19 : di thailand, raja mongkut- dirinya merupakan bekas bhikkhu- memimpin kampanye guna reformasi dan modernisasi kebhikkhuan, sebuah gerakan yang terus berlangsung hingga abad sekarang dibawah inspirasi dari beberapa bhikkhu pertapa dari wilayah timur laut.

• 1802-1820 M : nguyen anh sampai ke tahta dari persatuan vietnam yang pertama; ia berhasil menghentikan pemberontakan tayson diselatan vietnam dengan bantuan rama l di bangkok, kemudian mengambil alih bagian utara dari kelompok trinh. Setelah menduduki kuasa, ia menciptakan keadaan konfusians kuno dan berkeinginan untuk membatasi pengaruh persaingan dengan buddhisme.

• 1820-1841 M : ming mang berkuasa atas vietnam, selanjutnya membatasi buddhisme. Ia menegaskan bahwa seluruh bhikkhu harus ditugaskan di sekitar serambi dan membawa dokumen identifikasi. Ia juga menempatkan batasan baru akan materi cetak dan memulai penganiayaan misionaris katolik dan beralih agama sedangkan penerusnya terus berlanjut.

• 1860 M : di sri lanka, bertentangan dengan seluruh harapan, monastik dan komunitas awam membawa pembaharuan besar dalam buddhisme, sebuah gerakan yang langsung bersamaan dengan pertumbuhan nasionalisme; pembaharuan ini mengikuti sebuah periode penganiayaan oleh kekuatan-kekuatan asing. Sejak itu, buddhisme berkembang, dan bhikkhu sri lanka dan masyarakat awam pendatang berperan penting dalam penyebaran buddhisme theravada di asia, barat dan bahkan afrika.

• 1879 M : sebuah dewan dibentuk dibawah perlindungan raja mindon min dari myanmar guna menyunting kanon pali. Raja memiliki 729 batu yang berukirkan naskah-naskah, yang kemudian berdiri tegak dilantai sebuah biara dekat mandalay.

• 1882 M : kuil giok buddha didirikan di shanghai, cina, dengan dua buah patung buddha yang terbuat dari giok yang diimpor dari myanmar.

• 1884 M : u dhammaloka kelahiran irlandia ditahbiskan di birma; orang pertama yang dinamai tetapi bukan orang barat pertama yang menjadi bhikkhu.

• 1893 M : parlemen agama-agama dunia bertemu di chicago; dihadiri juga oleh anagarika dharmapala dan soyen shaku.

• 1896 M : menggunakan catatan-catatan fa xian, arkeolog nepal menemukan kembali pilar agung asoka di lumbini.

• 1899 M : gordon douglas ditahbiskan di myanmar; sampai sekarang ini diperkirakan merupakan orang barat pertama yang ditahbiskan dalam tradisi theravada.

• 1908 M : charles henry allan bennett seorang warga negara britania raya yang sebelumnya ditahbiskan sebagai bhikkhu ananda metteya di burma memimpin misi buddhis pertama di barat.

• 1911 M : u dhammaloka mencoba menghasut penentang missionaris kristen di myanmar.

• 1922 M : misi zenshuji soto didirikan sebagai kuil soto zen pertama di amerika utara.

• 1930 M : soka gakkai didirikan di jepang.

• 1949 M : kuil mahabodhi di body gaya dikembalikan sebagian kepada kendali buddhis.

• 1950 M : persahabatan buddhis dunia didirikan di colombo, sri lanka.

• 1954 M : sidang agung keenam dilaksanakan di yangon, myanmar, yang diorganisir oleh u nu. Berakhir bersamaan dengan peringatan 2.500 tahun wafatnya buddha.

• 1956 M : seorang dalit dari india, b.r. ambedkar beralih ke agama buddha, dengan lebih dari 350.000 pengikut- awal dari gerakan noe-buddhis modern.

• 1956 M : masyarakat pembelajaran zen didirikan di new york guna mendukung karya d.t. suzuki.

• 1957 M : gua-gua dekat puncak gunung pai-tai, distrik fangshan, barat daya beijing, dibuka kembali, menampilkan ribuan sutra-sutra buddhis yang telah dipahat di batu sejak abad ke 7. Tujuh satuan cetakan terbuat, dan batu-batu tersebut diberikan nomor, dalam proses pengerjaan hingga tahun 1959.

• 1959 M : dalai lama ke 14 melarikan diri dari tibet disebabkan oleh kerusuhan dan mendirikan komunitas dalam pelarian di india. Biara-biara yang ikut berpartisipasi dalam atau menjadi tempat perlindungan para partisan kekerasan, dirusak dan dihancurkan dalam perselisihan.

• 1962 M : asosiasi dunia dharma buddhis didirikan oleh guru tipitaka, shramana hsuan hua, yang kemudian mendirikan kota puluhan ribu buddha dan menahbiskan lima bhikkhu dan bhikkhuni amerika yang ditahbiskan penuh, pertama kalinya.

• 1962 M : san fransisco zen center didirikan oleh shunryu suzuki.

• 1963 M : thich quang duc mengorbankan dirinya sebagai bentuk protes penindasan agama buddha oleh ngo dinh diem.

• 1965 M : pemerintahan birma menahan lebih dari 700 bhikkhu di hmawbi, dekat rangoon, karena menolak menerima peraturan pemerintah.

• 1966 M : world buddhist sangha council diselenggarakan oleh umat theravada di sri lanka dengan harapan untuk menjembatani perbedaan dan bekerja bersama-sama. Pertemuan pertama yang dihadiri oleh para bhikkhu terkemuka dari berbagai negara dan sekte, mahayana dan juga theravada. Sembilan point dasar pemersatu theravada dan mahayana yang ditulis oleh ym. Walpola rahula disetujui dengan suara bulat.

• 1968 M : shurangama sutra dan shurangama mantra diajarkan untuk pertama kalinya dibarat ( san fransisco ) oleh master tipitaka shramana, hsuan hua selama retret 90 hari. Lima bhikkhu dan bhikkhuni pertama ditahbiskan dalam tradisi cina termasuk bhikkhuni amerika tertua masih dengan jubah heng chr.

• 1970 M : badan arkeologi indonesia dan unesco melakukan restorasi borobudur.

• 1974 M : wat pah nanachat, biara pertama yang didedikasikan untuk menyediakan pelatihan dan dukungan kepada bhikkhu buddhis barat, didirikan di thailand oleh ym. Ajahn chah. Bhikkhu yang dilatih disini nantinya akan mendirikan biara-biara cabang diseluruh negara.

• 1974 M : the naropa institute didirikan di boulder, colorado.

• 1974 M : diburma, selama demonstrasi u thant, 600 bhikkhu ditahan dan beberapa diantaranya disangkur oleh kekuatan pemerintah.

• 1975 M : penguasa-penguasa komunitas lao berusaha untuk merubah prilaku terhadap agama secara khusus, meminta para bhikkhu untuk bekerja, bukan meminta-minta. Hal ini menyebabkan banyak yang kembali menjadi masyarakat awam., tetapi agama buddha tetap populer.

• 1975 M : insight meditation society didirikan di barre, massachusetts.

• 1957-1979 M : komunitas kamboja dibawah pol pot berusaha untuk menghancurkan agama buddha seutuhnya, dan hampir mendekati keberhasilan. Pada saat penyerbuan vietnam di kamboja pada tahun 1978, hampir seluruh bhikkhu dan intelektual agama telah dibunuh atau dihalau kedalam pengasingan, dan hampir seluruh kuil dan perpustakaan buddhis dihancurkan.

• 1976 M : bhikkhu heng sure dan heng chau, bhikkhu buddhis amerika pengikut ven. Tipitaka master hsuan hua, untuk tujuan perdamaian dunia, melakukan lebih dari enam ratus mil tiga langkah satu sembah ziarah dari los angeles hingga kota puluhan ribu buddha diwilayah mendocino, secara berulang-ulang melakukan tiga langkah dan satu sembah guna merangkum seluruh perjalanan. Dalam waktu 2,5 tahun yang dibutuhkan untuk melakukan untuk melakukan ziarah, shramana heng sure mengamati praktek keheningan.

• 1976 M : sehubungan dengan demonstrasi di burma, pemerintah berusaha untuk mendiskredit bhikkhu kritis la ba dengan memberikan pernyataan bahwa ia adalah seorang kanibal dan pembunuh.

• 1978 M : di myanmar, lebih banyak bhikkhu dan calon-calon bhikkhu ditangkap, dilepasjubahkan, dan ditahan oleh pemerintah. Biara-biara ditutup dan lahannya disita. Bhikkhu kritis u nayaka ditahan dan meninggal dunia, pemerintah menyatakan hal tersebut sebagai aksi bunuh diri.

• 1980 M : pemerintah militer myanmar menegaskan kekuasaan atas sangha, kekerasan terhadap para bhikkhu terus berlanjut sepanjang dekade.

• 1983 M : shanghai institute of buddhism didirikan di kuil buddha giok, dibawah asosiasi buddha shanghai.

• 1988 M : selama pemberontakan tahun 1988, pasukan badan perdamaian dan pengembangan negara bagian menembak jatuh para bhikkhu. Setelah pemberontakan, u nyanissara, seorang bhikkhu senior, merekam sebuah kaset mengenai diskusi tentang demokrasi dalam pandangan buddhis; kaset tersebut dilarang.

• 27 agustus 1990 : lebih dari 7000 bhikkhu bertemu di mandalay di myanmar, memanggil pemboikotan militer. Mereka menolak sumbangan dari keluarga militer atau melakukan pelayanan untuk mereka. Pemerintah militer merazia biara-biara dan menahan ratusan bhikkhu, termasuk bhikkhu senior u sumangala dan u yewata. Bhikkhu-bhikkhu ini menghadapi hukuman penjara yang panjang, dan seluruh bhikkhu yang ikut serta dalam pemboikotan dilepas jubahkan; beberapa bhikkhu disiksa selama interogasi.

• 1992 M : patung buddha di hyderabad, india diletakkan, sebuah karya dari mantan kepala menteri andhra pradesh, almarhum sri n.t. rama rao. Patung dengan tinggi 16 meter, 350 ton monolitik raksasa yang berdiri tinggi dari perairan indah dan tenang di danau husain sagar. Patung itu dibuat dari granit putih, diukir dengan baik dan berdiri tegak dengan agung di tengah danau. Patung itu kemudian disucikan oleh dalai lama.

• 1996 M : india: tata tertib dan silsilah bhikkhuni dibangkitkan kembali di sarnath, india melalui upaya sakyadita, sebuah asosiasi wanita buddhis international. Kebangkitan ini dilakukan dengan beberapa penolakan dari beberapa penafsiran yang lebih literal dari vinaya buddhis dan dipuji oleh bagian lain dari komunitas.

• 25 januari 1998 M : teroris liberation tigers of tamil eelam ( ltte ) melakukan serangan bunuh diri di wilayah suci buddhis yang juga merupakan sebuah pusat warisan dunia unesco : kuil sinhala, dimana relik gigi sang buddha diabadikan. Delapan warga sipil terbunuh dan 25 lainnya terluka dan kerusakan berarti terjadi pada bangunan kuil, bangunan yang pertama kali dibangun pada 1592 M.

• mei 2001 M : dua dari patung kuno buddha tertinggi, patung buddha bamiyan, seluruhnya dihancurkan oleh taliban di bamyan, afganistan.

• april 2004 M : di sri lanka, bhikkhu-bhikkhu buddhis sebagai kandidat untuk partai jaathika hela urumaya memenangkan pemilihan suara dan menduduki sembilan bangku.

• november 2006 M : di amerika serikat, dua umat buddha terpilih untuk pertama kalinya dalam kongres ke -110.

Referensi

1. The mahavamsa oe great chronicle of ceylon. Oxford university press ( for the pali text society ). Hml 300

2. Indology - the dating of the historical buddha : a review article

3. Baldev kumar ( 1973 ). Membutuhkan sumber yang tepat!

4. Kungfu history at easternmartialart.com

5. Canzonieri, salvatore ( february-march 1998 ). "History of chinese matrial arts : jin dynasty to the period of disunity". Han wei wushu 3 (9).

6. The art of shaolin kung fu: the secrets of kungfu for self-defense, healt and enlightenment by grandmaster wong kiew kit.

Kisah seorang dewa

Terdapat sebuah kisah nyata tentang seorang dewa yang hidup disurga tavatimsa bersama dengan seribu dewi.

Pada suatu pagi, ketika salah seorang dewinya sedang berada di sebuah cabang pohon untuk memetik bunga, tiba-tiba tubuhnya menghilang. Ternyata dewi itu meninggal dari surga tavatimsa dan bertumimbal lahir dialam manusia, di india, di kota savatthi, sebagai seorang wanita pada sebuah keluarga yang berkasta tinggi. Ia memiliki kemampuan untuk mengingat kembali kehidupannya yang lampau. Ia masih menginggat suaminya yang dahulu, seorang dewa disurga tavatimsa, dan sering memberi persembahan kepadanya disertai doa agar pada suatu waktu dapat berkumpul kembali dengan suaminya itu.

Sesuai dengan tradisi india pada waktu itu, ia menikah pada usia enam belas tahun. Kemudian, ia melahirkan empat orang anak. Ia merawat anak-anaknya dengan penuh kasih sayang dan mendidiknya agar menjadi manusia yang bermoral baik. Ia berusaha melakukan kewajibannya dengan baik. Namun, ia tidak dapat melupakan suaminya yang terdahulu. Ia sering memberikan persembahan dan berbicara tentang suaminya yang terdahulu walaupun sebenarnya suaminya itu berada di surga.

Pada suatu waktu, setelah ia hidup didunia ini selama seratus tahun, ia sakit dan meninggal dunia. Kemudian, ia bertumimbal lahir di hadapan suaminya yang dahulu disurga. Lalu, dewa suaminya itu berkata kepada dewi istrinya, "kami tidak melihatmu kemarin pagi. Dimana saja kamu berada?"

"Saya terjatuh dari kehidupan ini, tuanku," jawab istrinya.
"Apa? Apakah engkau bersungguh-sungguh?"
"Benar, tuanku."
"Dimana kamu terlahir?"
"Disavatthi, pada sebuah keluarga berkasta tinggi."
"Berapa lama kamu hidup di sana?"

"Seratus tahun. Mula-mula saya berada dalam rahim ibu selama sembilan bulan sepuluh hari. Setelah itu, saya lahir. Kemudian, pada usia enam belas tahun, saya menikah dan mempunyai empat orang anak. Saya suka berdana dan melakukan perbuatan-perbuatan berjasa. Kini, saya terlahir kembali di alam dewa."

"Pada umumnya, berapa lama jangka waktu kehidupan manusia itu?"
"Sekitar seratus tahun."
"Demikian?"
"Ya, tuanku."

"Jika kehidupan manusia begitu singkat, apakah manusia melewati waktunya dengan terlena dan seenaknya saja ataukah mereka berdana dan melakukan perbuatan-perbuatan berjasa?"
"Pada umumnya, mereka selalu seenaknya; mereka menggangap bahwa mereka tidak akan tua dan mati."

Mendengar jawaban istrinya yang demikian itu, sang dewa menjadi berang dan berkata, "betapa bodohnya manusia. Mereka dilahirkan hanya untuk kehidupan seratus tahun, tetapi masih juga seenaknya, bermasa bodoh dan terlena sepanjang waktu. Jika demikian, kapan mereka akan terbebas dari penderitaan?"

Demikian kisahnya. Tampak betapa berbeda perhitungan waktu dialam surga dengan dialam manusia. Jangka waktu puluhan tahun hidup sebagai manusia ternyata lamanya kurang dari satu hari dialam surga. Tepatnya, jangka waktu seratus tahun dialam manusia sama dengan satu hari satu malam dialam surga tavatimsa. Di dalam kitab suci dijelaskan bahwa jangka waktu kehidupan disurga tavatimsa adalah seribu tahun surgawi, atau yang dalam perhitungan tahun manusia sama dengan tiga puluh enam juta tahun. Jangka waktu kehidupan disurga tavatimsa ini sama dengan empat kali jangka waktu kehidupan di alam dewa catummaharajika.

Berdana cerdas

Pemberian persembahan ( dana )

Ketika melakukan berdana, maka pemberian dana dapat dilakukan kepada pribadi-pribadi atau kepada sangha. Ringkasan dakkhinavibhanga sutta, mn 142, sutta penjelasan tentang persembahan, dibawah ini, menyajikan keuntungan dan perbedaan manfaat diantara keduanya.

Pemberian secara pribadi kepada :

Seorang sammasambuddha ( sudah tidak bisa )

Seorang pacceka buddha ( sudah tidak bisa )

Seorang arahat ( sudah tidak bisa )

Seorang yang sedang berusaha menjadi arahat ( mungkin sudah tidak bisa )

Seorang anagami ( mungkin sudah tidak bisa )

Seorang yang berusaha menjadi anagami ( mungkin sudah tidak bisa )

Seorang sakadagami ( mungkin sudah tidak bisa )

Seorang yang sedang berusaha menjadi sakadagami ( mungkin sudah tidak bisa )

Seorang enterer-stream ( sotapanna ) ( mungkin sudah tidak bisa )

Seorang yang sedang berusaha menjadi sotapanna, diberikan dengan pikiran murni, dapat berbuah tidak terukur x lipat

Seorang yang diluar ajaran buddha namun bebas dari nafsu akan kenikmatan indera, diberikan dengan pikiran murni, dapat berbuah 100.000 x 100.000 lipat

Seorang biasa yang bermoral, diberikan dengan pikiran murni, dapat berbuah 100.000 x lipat

Seorang yang tidak bermoral, diberikan dengan pikiran murni, dapat berbuah 1.000 x lipat

Kepada hewan, diberikan dengan pikiran murni, dapat berbuah 100 x lipat

Empat jenis pemurnian persembahan :

~ Dimurnikan oleh si pemberi, bukan oleh si penerima.

~ dimurnikan oleh si penerima, bukan oleh si pemberi.

~ dimurnikan bukan oleh si pemberi juga bukan oleh si penerima.

~ dimurnikan si pemberi dan si penerima akan berbuah sepenuhnya.

Pemurnian adalah oleh orang yang bermoral, berkarakter baik.

"Ketika seorang bermoral memberi kepada seorang yang tidak bermoral suatu pemberian yang diperoleh dengan benar dengan penuh keyakinan, meyakini bahwa buah perbuatan itu adalah besar, moralitas si pemberi memurnikan persembahan itu.

Ketika seorang tidak bermoral memberi kepada seorang yang bermoral suatu pemberian yang diperoleh dengan tidak benar dengan tanpa keyakinan, juga tidak meyakini buah perbuatan itu adalah besar, moralitas si penerima memurnikan persembahan itu.

Ketika seseorang tidak bermoral memberi kepada seorang yang tidak bermoral suatu pemberian yang diperoleh dengan tidak benar dengan tanpa keyakinan, juga tidak meyakini bahwa buah perbuatan itu adalah besar, moralitas keduanya tidak memurnikan persembahan itu.

Ketika seorang bermoral memberi kepada seorang yang bermoral suatu pemberian yang diperoleh dengan benar dengan penuh keyakinan, meyakini bahwa buah perbuatan itu besar, pemberi itu, akan berbuah sepenuhnya.

Ketika seorang yang tanpa nafsu memberi kepada seorang yang tanpa nafsu. Suatu pemberian yang diperoleh dengan benar dengan penuh keyakinan, meyakini bahwa buah perbuatan itu adalah besar, pemberian itu, yang terbaik di antara pemberian-pemberian duniawi."

Senin, 26 Januari 2015

Sakka panha sutta

Sakka panha sutta
Mahasi sayadaw

(Alih inggris-indonesia : chandasali nunuk y. Kusmiana,
Editor: samuel b. Harsojo, edisi pertama, cetakan pertama, medio juli 2003 )

Kata pengantar

Buku ini berisi terjemahan ceramah mahasi sayadaw tentang sakka panha sutta. Sayadaw memberikan ceramah tentang sakka panha sutta pada bulan desember 1977 dalam kunjungan tahunan para umat untuk mendengarkan pembabaran dharma beliau. Permintaan ceramah diajukan oleh u pwint kaung. Ia adalah ketua organisasi pengembangan buddha sasana.

Ketua organisasi itu mengharapkan sayadaw memberikan suatu ceramah yang bersifat umum dan universal. Dengan alasan inilah sayadaw memilih serangkaian tema ceramah yang diambil dari sakka panha sutta.

Sutta ini bercerita kepada kita tentang percakapan sang buddha dengan raja dewa sakka. Sakka bertanya asal muasal timbulnya konflik, rasa frustasi dan penderitaan yang dialami semua makhluk. Sayadaw membahas panjang lebar tentang sutta ini. Dalam sutta ini terdapat kata-kata sang buddha tentang hal yang bisa membuat dunia damai sejahtera serta beberapa pesan penting di dalamnya.

Ceramah sayadaw bersifat informatif serta mampu memberi pencerahan. Banyak dari pandangan beliau yang sangat penting untuk menumbuhkan pemahaman dalam praktek dhamma sehari-hari.

Disamping itu sayadaw mengingatkan tentang hal lain yakni pengantar suatu sutta tidaklah sepenting inti ajaran itu sendiri. Hal ini beliau katakan sehubungan dengan kontroversi yang timbul dibelakang hari tentang abhidhamma pitaka. Dimana kitab terakhir ini tidak diakui oleh sekelompok umat buddha karena ketiadaan pengantar didalamnya. Padahal intisari abhidhamma yang dibabarkan langsung oleh sang buddha melalui sariputta thera sangat penting.

Beliau juga membahas praktek hidup sehari-hari dari sekelompok umat yang telah menyimpang dari ajaran sang buddha. Seperti diketahui, saat ini ada sekelompok pemuka agama yang sering berpidato dengan penuh semangat dan berapi-api. Ada juga para umat yang memohon pertolongan dari kekuatan supra seperti kepada tuhan dan lain-lain. Malah ada lagi praktek penyembelihan massal sejumlah hewan pada suatu festival keagamaan di vihara. Penyembelihan hewan-hewan itu dimaksudkan sebagai tumbal. Sudah pasti perilaku semacam ini salah besar dan menyalahi aturan. Bandingkan dengan perilaku benar seperti praktek dhamma untuk memperoleh pandangan terang.

Pada bagian lain sayadaw membabarkan intisari dari sakka panha sutta sebagai sesuatu yang luar biasa. Beliau berceramah setelah banyak melakukan pengamatan yang rasional dari tipitaka dan kitab-kitab komentar. Penjelasan beliau tentang bentuk pikiran yang menyedihkan dan bersifat depresif serta bagaimana menyikapinya bisa dijadikan inspirasi dari sementara yogi yang berkeyakinan rendah. Dimana keyakinan yang rendah ini muncul karena adanya hambatan pada praktek spiritual mereka. Penjelasan-penjelasan sayadaw akan membantu para yogi untuk meluruskan latihan kala menemukan hambatan ketika berlatih vipassana.

Sesuatu yang penting disebutkan disini, nilai mendasar yang dibahas disini tidak sebatas hanya untuk umat buddha saja tapi berhubungan erat dengan kehidupan manusia secara umum. Terlihat pula sutta materi dhamma yang sangat menyentuh masalah yang terjadi pada manusia dan makhluk hidup lainnya dalam lingkaran kehidupan. Terakhir, bagi siapapun yang tengah melakukan praktek dhamma semoga bisa mengakhiri penderitaan.

Bhikkhu indika ( nyaunggan )
Mahasi dhammakathika
16, sasanayeiktha, rangoon

Diskusi tentang
Sakka panha sutta

Sebelum membahas lebih jauh tentang sakka panha sutta alangkah baiknya mengulas kata "sakka panha" sendiri. Dalam literatur buddhisme, sakka adalah nama yang diberikan pada raja dewa. Sementara kata panha berarti pertanyaan. Bila digabung sakka panha artinya pertanyaan sakka. Sakka panha berisi tanya jawab tentang kesejahteraan makhluk hidup dalam lingkungan kehidupan. Tanya jawab ini berlangsung antara sakka sebagai penanya dan sang buddha yang memberikan tanggapan atas pertanyan raja para dewa.

Pertanyaan sakka kepada sang buddha diawali sebagai berikut, "yang mulia, dalam lingkaran kehidupan terdapat makhluk-makhluk seperti para dewa, umat manusia, para asura, naga, gandhabba dan masih banyak makhluk lainnya. Para makhluk ini ingin bebas dari perselisihan, pertentangan, konflik bersenjata, kebencian dan ketidakbahagiaan".

Sakka melanjutkan pertanyaan, "tapi, yang terjadi justru sebaliknya. Mereka tak bisa membebaskan diri dari hal-hal buruk semacam itu. Rantai belenggu (samyojana) macam apakah yang membuat para makhluk tak bisa membebaskan diri dari hal-hal buruk demikian ini?"

Sakka tahu betul mengapa ia perlu mengajukan pertanyaan semacam ini. Mengingat apa yang selalu dialami dan dilihat dialam surga tavatimsa dan catumaharajika ( dua wilayah kekuasaan sakka ). Kehidupan para dewa di dua alam surga ini sangat dikenal oleh sakka. Bagaimana terbukti meski hidup dipenuhi kesenangan indrawi para dewa ini tak terbebas dari konflik dan perselisihan.

Sebagai misal para dewa di alam-alam asura adalah musuh bebuyutan dewa-dewa tavatimsa. Para asura, sering melakukan pertempuran dan penyerangan yang tak kenal henti kepada para dewa tavatimsa seperti termuat dalam dhajagga sutta dan sutta lainnya. Diceritakan dalam berbagai sutta awalnya para asura hidup disurga tavatimsa.

Ada cerita tentang hal ini. Suatu kali beberapa dewa dialam surga tavatimsa mulai bertingkah laku buruk seperti bermabuk-mabukan. Melihat tingkah laku tak terpuji ini sakka memerintah para dewa ini untuk keluar dari wilayah surga tavatimsa. Segelintir dewa berkelakuan buruk ini kemudian bermukim di kaki gunung meru. Beberapa dewa yang turun derajat ini kemudian dikenal dengan sebutan makhluk asura.

Tertulis juga dalam sutta-sutta gambaran tentang makhluk-makhluk lainnya. Seperti para naga, gandhabba juga yakka. Naga adalah sejenis ular raksasa yang mampu bekerja dengan kekuatan batin. Para gandhabba adalah para dewa dari alam catumaharajika yang bertugas menari, bermain musik, membaca puisi dan melakukan aktifitas kesenian yang umum berlangsung didunia para dewa. Ada juga makhluk setengah dewa setengah hewan yang disebut yakka. Yakka berpenampilan layaknya monster.

Sejatinya dalam benak para makhluk baik para dewa, manusia dan makhluk hidup lainnya muncul keinginan untuk berada dan menikmati suatu kehidupan yang penuh kedamaian. Mereka tak berharap jadi musuh, seteru atau pecundang. Pendek kata ada keinginan yang sangat mendalam dari para makhluk ini untuk tak menjadi musuh dari makhluk lain. Tidak juga mereka berharap untuk menjadi makhluk yang suka menyakiti makhluk hidup lain, berlaku kasar, kejam, atau mengerahkan kekuatan jahat atas dorongan materi dan lainnya.

Singkatnya, semua makhluk hidup menghendaki rasa aman, damai, terbebas dari rasa takut dan merasa berbahagia dalam jangka waktu lama. Tapi yang terjadi justru sebaliknya. Para makhluk ini selalu berada dalam "bahaya", seperti larut dalam kesedihan berkepanjangan dan didera penderitaan. Apakah hal-hal yang menjadi sebab adanya situasi ini?

Saat ini kami mendengar suara-suara ramai diberbagai belahan dunia, hiruk pikuk masyarakat luas tentang keinginan untuk membentuk suatu dunia yang damai dan adanya kesejahteraan bagi seluruh umat manusia. Dunia kita akhirnya akan menjadi satu dunia yang berbahagia jika kita bisa merealisasi impian-impian ini. Tapi faktanya, impian-impian untuk mengangkag harkat martabat hidup manusia itu masih jauh dari impian semua orang. Bila keadaannya selalu demikian muncul pertanyaan, apa yang menyebabkan sulitnya keluar dari rasa frustasi kita?

Menjawab pertanyaan sakka, sang buddha menyebut dua kata, "issa" dan "macchariya" sebagai dua belenggu yang menjadi sebab utama ketidakbahagiaan semua makhluk. Issa adalah perasaan cemburu atau iri hati. Perasaan iri hati inilah yang menjadi sebab munculnya kehendak-kehendak jahat kepada seseorang atau suatu makhluk yang "berseberangan" dengan kita. Sedangkan macchariya adalah pikiran-pikiran picik, pikiran-pikiran buruk yang membuat kita enggan melihat pihak lain "lebih" dibanding kita. Bila dihubungkan dengan sesuatu yang bersifat materi macchariya berarti sifat kikir. Dua belenggu ini, issa dan macchariya, membuat kita merasa frustasi dan mendatangkan kesedihan, bahaya, pertentangan, permusuhan dan perkelahian.

Siapapun dia yang selalu dipenuhi perasaan iri hidupnya tidak bahagia meski ia selalu berkata ingin hidup damai dan bahagia. Kita umumnya suka iri kepada orang yang usahanya maju, kaya, punya kedudukan tinggi dipemerintahan atau punya banyak pengikut.

Ketidakbahagiaan dari orang yang selalu iri atas keberhasilan orang lain timbul karena hatinya dipenuhi kehendak-kehendak buruk demikian. Rasa irinya melihat kesuksesan pihak lain "membakar" dirinya dari dalam. Banyak orang hidup menderita karena dipenuhi perasaan iri. Tak kurang dan tak lebih yang ingin dikatakan adalah, obyek rasa irinya ( pihak lain yang diirikan ) benar-benar telah menjadi musuhnya. Begitu pula sebaliknya. Tak diragukan lagi rasa iri hati ini akan menjadi subjek bagi mereka yang mampu menarik pemderitaan sepanjang hidup bahkan di sepanjang siklus samsara.

Sementara macchariya mendatangkan konflik batin meski ada keinginan kuat dari dalam diri untuk mengabaikannya. Bagi si kikir muncul keinginan untuk mempertahankan apa pun miliknya erat-erat. Muncul pula keinginan untuk menyakiti siapa pun yang menggunakan atau mendapat barang-barang kepunyaannya. Banyak contoh dalam hal ini; misalnya kasus perceraian diantara pasangan yang telah menikah dikarenakan perebutan harta benda. Atau, adanya sementara pegawai yang merasa tak berbahagia karena kebijakan yang telah ditetapkan bertentangan dengan pihak lain. Macchariya menumbuhkan perasaan bermusuhan, kecemasan, ketakutan bahkan hidup seolah-olah selalu dalam bahaya.

Merangkum apa yang dibabarkan sang buddha diatas, baik issa maupun macchariya termasuk dalam bentuk perasaan. Yang perlu direnungkan lebih jauh adalah apa yang menyebabkan timbulnya perasaan iri hati dan kekikiran ini? Akar dari dua bentuk perasaan iri dan kikir adalah rasa suka dan tidak suka.

Meski demikian sang buddha memberi obat untuk menyingkirkan dua bentuk perasaan negatif diatas. Obat yang dimaksud adalah "melihat" , menyadari semua fenomena yang muncul dari keenam indera sebagaimana adanya. Kemudian pada tahap awal lepaskan, uraikan, bentuk-bentuk pikiran yang buruk itu serta perbanyak munculnya bentuk-bentuk pikiran yang baik.

Pengantar pada sakka panha sutta

Sebelum membahas lebih dalam tentang sakka panha sutta perlu kiranya diceritakan dimana, mengapa, kepada siapa, oleh siapa dan bagaimana pembabaran sutta ini dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk melihat keaslian dari sutta ini ( apakah benar telah dibabarkan oleh sang buddha?) serta menghindari keragu-raguan yang mungkin muncul dibelakang hari. Tanpa pengantar seperti ini asal muasal sutta terbuka untuk dipertanyakan dikemudian hari seperti dalam kasus abhidhamma pitaka yang tak memiliki pengantar sama sekali.

Marilah melihat kasus abhidhamma pitaka terlebih dahulu sebagai perbandingan yang patut direnungkan. Abhidhamma pitaka dibabarkan sang buddha di surga tavatimsa. Pada waktu itu sang buddha memutuskan menjalani tiga bulan musim hujan ( masa vasa ) ditempat ini. Sementara di siang hari sang buddha pergi kehutan di kaki gunung himalaya untuk beristirahat. Pada saat dimana sang buddha membabarkan dhamma dialam surga beliau mengirimkan cahaya ( nimita ) berupa bentuk diri beliau dihadapan sariputta thera. Kepada thera murid utama ini sang buddha kemudian memberikan ringkasan abhidhamma pitaka. Setelah itu sariputta thera meneruskan pembabaran dhamma ini kepada 500 bhikkhu. Tak heran bila belakangan hari abhidhamma pitaka dikatakan bukan ajaran langsung buddha melainkan buah pikir sariputta thera.

Tapi dalam kitab komentar ( visudhi magga ) dikatakan bahwa ajaran ( abhidhamma pitaka ) yang beliau ( sariputta thera ) babarkan ini berasal dari sang buddha, maka tidak perlu disangsikan lagi bahwa abhidhamma pitaka adalah benar-benar ajaran sang buddha. Sejujurnya memang abhidhamma pitaka tak punya kalimat pembuka atau kalimat pengantar seperti, "evam me suttam... ( demikian yang pernah kudengar...)".

Sedemikian tegasnya kitab komentar menulis tentang keaslian abhidhamma pitaka sebagai ajaran asli sang buddha sehingga tak perlu muncul keragu-raguan dibenak kita. Meski umumnya sebagian besar ajaran yang termuat didalam kitab kanon ( yang terkumpul pada saat konsili sangha pertama ) memiliki pengantar. "Pengantar" ini berdasar pada suatu percakapan. Umumnya berupa pertanyaan dan jawaban diantara para thera pada suatu kesempatan. Meski demikian terdapat perkecualian pada beberapa sutta yang tidak memiliki pengantar termasuk abhidhamma.

Kembali pada sakka panha sutta, pengantar sutta ini terbilang luar biasa. Pengantar sutta ini "menunjuk langsung" kepada intisari ajaran sang buddha. Pada konsili sangha pertama mahakassapa thera bertanya kepada ananda thera mengapa dan kepada siapa sutta ini dibabarkan. Setelah itu dilanjutkan dengan jawaban-jawaban yang mengikuti pertanyaan tersebut.

Kemudian muncul latar belakang mengapa sakka panha sutta itu ada. Demikian awalnya, suatu kali sang buddha tinggal disebuah gua dibagian timur kota rajagaha  dari negeri magadha. Pada waktu itulah sakka berkeinginan mengunjungi sang buddha. Bukan pertama kali sakka mengunjungi guru para dewa dan manusia ini. Sakka pernah mengunjungi beliau pada saat sang buddha mencapai kebuddahannya juga ada kesempatan berikutnya divihara jetavana dikota savatti.

Diceritakan pada waktu itu sakka belum matang secara spiritual sehingga sang buddha tidak memberi pertanyaan kepada raja dewa. Sekarang sakka memutuskan untuk bertemu dengan sang buddha diiringi para pengikutnya. Sakka punya niat khusus mengapa ia ingin mengunjungi sang buddha. Tentu saja alasan utamanya adalah sakka ingin mendengarkan pembabaran dhamma dari sang buddha. Sebab sebagaimana diketahui banyak orang berhasil meraih tingkat kesucian pada saat pembabaran dhamma oleh sang buddha. Meski demikian sakka memiliki alasan yang sangat pribadi pada kunjungannya kali ini.

Akhir-akhir ini muncul didalam dirinya pemikiran bahwa masa hidup sakka sebagai raja para dewa akan berakhir. Tanda-tanda akan berakhirnya kehidupannya dialam dewa mulai muncul. Ia menjadi sangat cemas. Pemikiran ini membangkitkan hasrat yang sangat kuat dalam diri sakka untuk mengunjungi sang buddha. Untuk mencari cara bagaimana menyelamatkan hidupnya.

Ketika seorang dewa akan memasuki alam kematian muncul lima tanda yang menunjukkan hal itu :
1. Bunga dikepalanya mulai layu
2. Pakaian yang biasanya gemerlapan mulai kusut dan terlihat kotor
3. Biasanya seorang dewa tidak pernah berkeringat tapi keringat ini akan muncul di ketiaknya menjelang kematian
4. Timbul kerutan diwajah dewa ini.
Perlu diketahui wajah dewa umumnya adalah berseri-seri dan terlihat selalu tampak muda
5. Muncul rasa capai dan keletihan jasmani pada minggu terakhir menjelang kematian.

Sakka berpikir kematiannya sudah dekat ke-5 tanda-tanda itu muncul pada dirinya. Ia sangat tertekan mengalami hal ini. Untuk menyingkapi depresinya tak ada yang lebih baik baginya kecuali mendengarkan dhamma yang dibabarkan oleh sang buddha. Setelah pemikiran ini muncul dalam sekejap sakka dan para pengikutnya muncul ditempat sang buddha berada.

Dalam kitab komentar ( visudhi magga ) dijelaskan hanya dibutuhkan satu kali rentangan atau tekukan saja bagi sakka dan para pengikutnya untuk melakukan perjalanan dari alam dewa tavatimsa ke negeri magadha. Hal ini diperkuat dengan kenyataan mahatika thera tentang fenomena muncul dan lenyapnya segala susuatu pada saat itu juga. Dimana para yogi yang memiliki kemampuan batin "melihat" atau "menyadari" muncul dan lenyapnya obyek batin dan jasmani ( nama dan rupa ) secara cepat menurut metode satipatthana menjadi sadar akan hal itu.

Jadi sakka dan para pengikutnya lenyap dari alam dewa dan muncul di negeri magadha melewati suatu kurun waktu sepandan dengan proses muncul dan lenyapnya fenomena batin - jasmani. Hal ini benar-benar berlangsung satu saat, satu detik lamanya. Keadaan demikian bisa terjadi karena adanya kammajiddha. Kammajiddha adalah suatu kemampuan muncul dan lenyap disuatu waktu tertentu. Hal ini umum dimiliki oleh para dewa. Kecepatan muncul lenyap ini melebihi kecepatan roket atau pesawat ulang alik modern.

Sebelum benar-benar bersua dengan sang buddha terlebih dahulu sakka ingin mendapatkan izin dari beliau.
Karenanya sakka mengutus dewa pancasikka untuk mencari tahu apakah sang buddha berkenan bertemu dengan sakka. Dalam hal ini muncul kata "pasadeyyasi" yang secara literer berarti membuat seseorang senang dan tersanjung. Menurut kitab komentar kata ini betarti: memberi kepuasan pada seseorang sebelum mendapat jawabannya. Kata yang bermakna ekspresi dalam bahasa pali ini sering digunakan oleh orang-orang india kuno untuk berbicara dengan penuh tata krama.

Guna lebih menjelaskan makna kata padadeyyasi ini baiknya kutip perumpamaan percakapan kancil dan gajah. Kancil berkata demikian, "tuanku bisakah kiranya membuat kedua mata paduka terang?".

Dengan kata lain hal diatas bisa berarti, "mungkinkah menolongku untuk mengerjakan beberapa hal?".

Dalam memenuhi permintaan rajanya dewa pancasikka pergi ke tempat sang buddha berdiam dan berdiri dengan sikap hormat pada jarak tertentu di hadapan guru agung ini. Pancasikka memainkan harpanya sambil menyanyikan lagu puji-pujian tentang buddha, dhamma, sangha dan para arahat. Tentu saja penghormatan semacam ini tak diperlukan sama sekali oleh sang buddha. Beliau tak memetik keuntungan apapun dengan jenis puji-pujian semacam ini.

Beberapa lagu yang dinyanyikan dewa pancasikka sangat membangkitkan hawa nafsu. Ini bisa dipahami. Karena saat itu pancasikka tengah jatuh cinta dengan seorang dewi khayangan dimana pihak terakhir ini telah menolak cintanya. Tak heran bila salah satu syair lagunya berisi kecantikan dan keindahan sang dewi serta rasa frustasi yang dialaminya karena patah hati. Rasa frustasi yang tersirat dari lagu-lagu pancasikka menunjukkan para dewa tak selalu seindah kelihatannya.

Meski demikian sebagian besar lagu-lagu pujian pancasikka berisi hal-hal terpuji tentang seorang buddha, dhamma, sangha dan para arahat. Dimana para ariya ini memiliki konsentrasi yang terpusat pada jhana-jhana dan selalu sadar.

Jhana berarti kemampuan mengawasi sebuah obyek yang tengah dilihat seseorang. Jhana juga bisa berarti konsentrasi. Ia juga bisa diartikan sebagai sifat alamiah dari batin dan jasmani dengan berbagai karakteristiknya ( menjadi subyek dari ketidakkekalan, penderitaan dan tanpa inti ). Diceritakan semasa sang buddha masih menjadi bodhisatva beliau sering melakukan meditasi pernapasan sampai jhana-jhana ini terpusat pada satu jenis obyek saja yang umumnya berlangsung lama. Melalui kekuatan jhana di awal malam parinibbana bodhisatva menjadi awas dan "tahu'' bentuk-bentuk kehidupannya dimasa lalu. Kekuatan ini dinamakan pubbenivasanana.

Diceritakan pula dalam tipitaka saat tengah malam menjelang kebuddhaan itu sang bodhisatva memperoleh kekuatan dibbacakku. Kekuatan ini adalah kekuatan supranatural berisi kemampuan melihat muncul dan lenyapnya segala jenis makhluk dalam lingkaran kehidupan. Pada sisa malam boddhisatva melakukan perenungan yang berisi kebijaksanaan berupa ketergantungan segala sesuatu. Waktu ini beliau memperoleh pengetahuan batin tentang muncul dan lenyapnya fenomena batin dan jasmani saat beliau tengah melihat, mendengar, dll.

Kesadaran yang bersifat penuh dan tetap serta kemampuan melihat kondisi alamiah setiap makhluk ini adalah tanda dari kematangan batin. Tapi, tanda-tanda ini tak dikenali oleh dewa pancasikka. Yang diketahui dewa ini sang budha adalah makhluk yang telah terbebas dari kematian ( amata ). Kata amata berasal dari bahasa sansekerta yang berarti tanpa kematian atau sesuatu yang merujuk pada nibbana.

Suatu kali di burma ada seorang bhikkhu muda. Ia murid sayadaw terkenal. Ia memutuskan meninggalkan sangha untuk menikah dengan gadis pujaan hatinya. Murid sayadaw lainnya mencela pasangan itu. Tapi sang guru, sayadaw tersebut hanya bereaksi demikian, "tak seharusnya kalian menyalahkan mereka".

Mereka terperangkap dalam kondisi ini karena belenggu kerinduan. Jadi yang harus kalian salahkan adalah kerinduannya, " lanjut sayadaw tersebut. Betapa realistisnya ajaran ini.

Kembali ke kunjungan sakka. Ketika pancasikka tengah menyanyikan lagu-lagunya sang buddha memancarkan pikiran penuh cinta kasih mengharapkan kebahagiaan sakka secara batin dan jasmani. Hal semacam ini adalah wajar karena bagaimanapun setiap makhluk merindukan kebahagiaan. Inilah cara sang buddha memberkati orang-orang yang memberi hormat kepada beliau.

Tak ada kata-kata berisi doa dari raja dewa sakka yang disampaikan melalui pancasikka. Tapi melalui kata-kata bahasa pali abhivadeti abhivadati vandati, kita mengerti sakka mengekspresikan diri untuk bisa memperoleh kebahagiaan. Dengan kata lain ia, sakka, berharap sang buddha akan berkata, "semoga engkau berbahagia".

Sang buddha memberikan para umat dengan cara itu. Cara ini mendatangkan ide bagi para bhikkhu untuk bersikap demikian pula kepada umat yang datang memberikan persembahan dan penghormatan dizaman modern ini.

Dalam kunjungan kali ini sakka bercerita tentang keadaan dialam dewa yang mengalami banyak perkembangan baru. Sakka menuturkan bagaimana saat kemunculan sang buddha populasi para dewa meningkat tajam. Sakka telah membuktikan hal itu.

Perlu diketahui sakka hadir saat pertama kali sang buddha membabarkan dhammacakkapavatana sutta. Sakka melihat setelah itu banyak umat berlindung kepada buddha, rajin berdana, juga mempraktekan sila. Akibat perbuatan baik ini setelah meninggal dunia mereka terlahir dialam dewa.

Kemudian sakka bercerita tentang seorang dewa bernama gopaka. Dalam hidup sebelumnya gopaka adalah putri raja di kota savatti. Gopaka adalah umat awam yang berbakti kepada sang buddha. Ia rajin menjalankan lima sila serta tekun menjalankan kehidupannya sebagai layaknya umat perempuan. Pada saat itu ia bertekad terlahir kembali sebagai laki-laki. Setelah meninggal ia terlahir sebagai putra sakka dan dipanggil dengan nama gopaka.

Suatu kali gopaka melihat tiga gandhabba datang untuk menghibur sakka. Pada saat gopaka melihat ke-3 gandhabba itu ia tahu betul siapakah sebenarnya makhluk-makhluk itu sebelumnya. Ketiga gandhabba itu adalah penghuni baru dialam dewa seperti halnya dirinya. Sebelumnya ketiganya adalah para bhikkhu yang sering diberi dana makanan oleh umat perempuan gopika dialam dunia dulu. Melihat kenyataan itu gopaka bertanya dalam hati apakah sebabnya ketiga bhikkhu yang dulu ia sokong hidupnya terlahir kembali sebagai dewa tingkat rendah?

Kenyataan ini bertolakbelakang dengan tekad suci yang diikrarkan oleh ketiga bhikkhu itu dulu. Sementara lihatlah dirinya yang umat awam biasa bisa terlahir lagi sebagai putra sakka. Tentu saja tidak secara kebetulan gopika bisa terlahir sebagai gopaka si puta sakka. Hal ini bisa terjadi akibat keyakinan dan moralitasnya.

Setelah berhadap-hadapan baik gopaka dan ke-3 gandabbha menyadari siapa diri mereka dulu. Ketiga gandabba itu sadar betul keterikatannya kepada kehidupan para gandabba lah yang menyebabkan mereka lahir kembali di lingkungan dewa tingkat rendah ini.

Setelah itu dua diantara ke-3 gandabba mulai mempraktekkan meditasi ditempat itu juga. Akibat karma lampaunya sebagai bhikkhu yang luar biasa ke-2 gandabba bisa melepaskan keterikatan kepada kehidupan dewa tingkat rendah itu. Tak lama mereka mampu meraih tingkat kesucian anagami pada saat itu juga. Disebutkan waktu yang mereka butuhkan untuk mencapai anagami itu hanya satu detik.

Dewa satunya lagi, bagaimanapun juga, tak mampu menyingkirkan keterikatannya. Sehingga dewa terakhir terbelenggu dialam dewa tingkat rendah ini. Perlu kami ingatkan bagaimana orang-orang umumnya ingin terlahir kembali ditempat yang pernah diakrabinya.

Demikian juga yang terjadi dengan raja bimbisara. Ia adalah pengikut setia buddha. Setelah meninggal dunia raja bimbisara terlahir kembali sebagai anak buah dari seorang dewa dialam catumaharajika. Ia tak mampu meraih kedudukan dialam dewa yang lebih tinggi karena keterikatan pada hidup sebelumnya. Kehidupan-kehidupan mendatang muncul sedemikian rupa sebagai akibat dari keinginan atas keterikatan pada kehidupan sebelumnya.

Kembali kecerita kedua gandabba sebelumnya itu. Ke-2 dewa tingkat reandah itu setelah melakukan meditasi mampu meraih jhana-jhana dan mencapai tingkat anagami. Akibat baik ini disebabkan oleh praktek hidup mereka sebelumnya sebagai bhikkhu.

Kehidupan alam dewa dipenuhi kenikmatan inderawi. Bagi siapapun yang telah meraih tingkat kesucian anagami tak bisa tinggal disini. Jadi dalam sekejap gandabba ini meninggal dan menuju ke alam brahma. Bagi sakka transformasi kedua dewa ke alam brahma yang ia saksikan sendiri sungguh membuatnya takjub. Ketika ia mendengar penjelasan anaknya, sakka berharap bisa berbagi pengalaman spiritual dengannya.

Selebihnya tanda-tanda kematian yang dialami membangkitkan hasrat sakka untuk mendengarkan dhamma. Sakka merenung demikian, bila ia berkesempatan mendengarkan dhamma mungkin ia akan memperoleh masa depan yang lebih baik.

Merenungkan kembali kisah kedua dewa itu seharusnya kita tidak berkecil hati apabila mengalami hambatan pada saat latihan meditasi. Karena tekad yang sungguh-sungguh dalam mempraktekkan dhamma akan membuat kita terlahir dialam dewa. Salah satu sutta didalam anggutara nikaya tertulis tubuh dewa begitu murni serta tembus pandang. Bagi dewa-dewa yang pernah melakukan praktek dhamma dalam kehidupan sebelumnya dhamma menjadi lebih jelas disini.

Memang membutuhkan waktu untuk mengingat kembali. Tapi proses pengingatan kembali itu terjadi secara cepat mengikuti kemampuan batin dewa bersangkutan. Meski tak bisa dipungkiri beberapa dewa barangkali telah melupakan dhamma karena pesona kehidupan alam dewa yang serba gemerlap dan penuh kemewahan.

Sebagai dewa mereka tidak memiliki duka jasmani sebagaimana layaknya manusia. Ketiadaan duka dijasmani ini menyebabkan batin mereka lebih awas dibanding kita manusia. Sekali para dewa menaruh perhatian pada dhamma melalui perenungan atau mendengar pembabaran dhamma, mereka bisa langsung mengerti dan memperoleh pandangan terang dalam waktu singkat.

Pertanyaan sakka

"Yang mulia, semua makhluk hidup berharap terbebas dari kehendak-kehendak jahat seperti kemarahan atau kebencian. Mereka tak menginginkan munculnya pertengkaran. Mereka juga tak ingin melakukan hal-hal buruk lainnya. Yang mereka harapkan adalah rasa aman, damai, bahagia dan kebebasan. Kenyataannya, mereka tak bisa terbebas dari mara bahaya dan penderitaan. Apa yang menyebabkan hal ini?", tanya sakka pada sang buddha.

Sang buddha menjawab demikian, "o raja para dewa, semua makhluk hidup mengharapkan rasa aman, damai, bahagia dan kebebasan. Kenyataan mereka tak bisa terbebas dari konflik, mara bahaya, kebencian dan penderitaan. Kondisi-kondisi yang tak membahagiakan makhluk hidup ini disebabkan adanya dua belenggu yakni rasa iri hati, issa, dan kekikiran, macchariya".

Issa atau iri hati

Yang perlu dijelaskan disini memgenai karakteristik iri hati adalah munculnya keenganan melihat kekayaan atau kemajuan orang lain. Iri hati betsifat merusak kedalam diri karena memunculkan perasaan dengki dan nafsu-nafsu jahat. Bila belenggu issa tidak diputuskan ia akan terbawa sampai ke kehidupan mendatang.

Macchariya atau kekikiran

Macchariya adalah perasaan pelit atau kikir. Perasaan pelit dan kikir berhubungan dengan ketidakinginan pihak lain memiliki atau berhubungan dengan obyek dimana ia terikat.

Ada enam jenis keterikatan atas harta benda yakni :
1. Pada tempat tinggal
2. Teman dan sahabat dekat
3. Barang berwujud seperti petabot, dll
4. Makanan dan minuman
5. Pelajaran, serta
6. Puji-pujian

Secara umum pelit atau kikir terbagi menjadi beberapa jenis. Yang pertama adalah vanna macchariya. Vanna macchariya adalah hasrat pribadi untuk memiliki kualitas khusus seperti kecantikan fisik yang sangat spesial. Orang semacam ini akan iri kepada orang lain yang memiliki kecantikan sejenis. Bila perasaan buruk ini diteruskan akan mengakibatkan terlahir kembali dengan wajah buruk rupa sebagai akibat berbuahnya karma buruk jenis ini.

Perasaan pelit kedua disebut dhamma macchariya. Dhamma macchariya adalah perasaan pelit untuk berbagi pengetahuan. Misalnya ada seseorang yang ingin belajar sesuatu darinya, ia hanya akan berbagi sangat sedikit pengetahuan. Bila memupuk macchariya jenis ini akan mengakibatkan terlahir kembali sebagai orang pandir atau bodoh.

Perasaan pelit atau kikir ketiga disebut avasa macchariya. Avasa macchariya umum terjadi dilingkungan para bhikkhu. Hal ini berhubungan dengan apa-apa yang dimiliki sangha ( komunitas para bhikkhu ). Ia, bhikkhu itu, merasa vihara yang ditinggalinya selama ini sebagai viharanya pribadi.

Perasaan pelit jenis keempat disebut kula macchariya. Kula macchariya juga umum terjadi dilingkungan para bhikkhu. Sebagai contoh ada sementara bhikkhu yang tak ingin umatnya dekat dengan bhikkhu lain. Contoh lain, beberapa bhikkhu melarang umatnya mengunjungi bhikkhu lain atau melarang umatnya mendengarkan ceramah-ceramah. Sementara dilingkungan umat awam macchariya ini pun ada. Misalnya, pemimpin organisasi politik yang menginginkan loyalitas atau kesetiaan pengikutnya.

Perasaan pelit kelima disebut lobha macchariya. Lobha macchariya pun banyak terjadi di lingkungan para bhikkhu. Misalnya, keinginan untuk memonopoli dana-dana umat. Bhikkhu ini hanya ingin umatnya berdana untuk dirinya, untuk viharanya dan tidak untuk pihak lain. Ada cerita tentang losakatissa thera yang menggambarkan bagaimana macchariya jenis ke-5 ini bekerja dan membuahkan karma buruk yang luar biasa.

Cerita tentang losakatissa thera

Pada masa hidup buddha kassapa ada seorang bhikkhu yang tinggal disuatu desa. Untuk memenuhi kebutuhannya bhikkhu ini bergantung pada pemberian umat awam didesa itu. Suatu kali seorang bhikkhu berkunjung kedesa ini. Bhikkhu tamu ini tinggal dan bermalam bersama bhikkhu terdahulu divihara desa ini.

Sejak awal kedatangan bhikkhu tamu kecemasan mulai melanda pikiran si bhikkhu desa. Ia takut bila umatnya lebih menyanyangi dan mencintai bhikkhu tamu. Sejak itu pula ia mencari cara bagaimana mengusir si bhikkhu tamu.

Suatu kali ada seorang umat mengundang kedua bhikkhu untuk menerima dana makan dirumahnya. Undangan itu tidak disampaikan bhikkhu desa kepada bhikkhu tamu. Jadilah bhikkhu desa memenuhi undangan makan sendirian.

Mengetahui si bhikkhu tamu tidak turut hadir dirumahnya, umat awam yang berbakti ini menitipkan dana makanan kepada bhikkhu desa untuk disampaikan kepada beliau. Tapi, alih-alih menyampaikan dana makanan tersebut bhikkhu desa justru membuangnya dalam perjalanan pulang.

Waktu berlalu. Setelah cukup lama bhikkhu desa meninggal dunia. Akibat perbuatan buruknya bhikkhu desa terlahir dialam neraka. Di tempat ini ia menderita dalam bilangan kalpa lamanya. Setelah itu ia terlahir kembali dialam binatang. Sebagai hewan, mantan bhikkhu desa sering menderita kelaparan dalam jangka waktu yang sangat panjang.

Dalam tumimbal lahirnya yang terakhir ia lahir kembali di sebuah desa nelayan dinegeri kosala, india. Karena perbuatan buruknya dimasa lalu kelahirannya dianggap mendatangkan kesialan bagi orang tua dan penduduk nelayan. Dimana sejak bayi ini lahir pendapatan mereka turun dratis.

Tentu saja kepala kampung nelayan ingin mengetahui siapa gerangan yang membuat desa ini tertimpa sial. Setelah menyelidiki secara seksama ia mendapatkan fakta si bayi yang baru dilahirkan oleh seorang perempuan pengemislah yang mendatangkan kesialan. Akhirnya bayi dan ibunya dikucilkan oleh penduduk desa.

Bahkan, saking putus asanya ibunya sendiri meninggalkannya dirumah bila ia pergi untuk mengemis. Ibunya melakukan hal ini karena pengalaman buruk sebelumnya yang dialaminya bersama si bayi. Bila ibu pengemis ini pergi meminta minta dan membawa serta bayinya ia tidak memperoleh apapun. Tapi, bila ia pergi sendiri ia masih memperoleh sedikit yang cukup untuk makan satu hari itu.

Suatu kali sariputta thera melihat anak yang tengah kelaparan ini tak jauh dari vihara. Karena belas kasihannya sang thera membawa anak ini kevihara. Setelah cukup umur ia ditahbiskan sebagai bhikkhu. Sebagai bhikkhu ia selalu tidak beruntung. Sering kali ia tidak memperoleh, bahkan sejumput makanan, dalam suatu pesta besar sekali pun. Bila pun suatu kali memperoleh makanan, dari suatu pindapatta misalnya, ia hanya memperoleh sangat sedikit. Bahkan diceritakan makanan-makanan yang diperolehnya hanya cukup untuk menyambung hidupnya satu hari itu. Karena ketidak beruntungannya bhikkhu ini diberi nama lokasakatissa.

Akibat karma buruknya membuang makanan dulu terus dialami bhikkhu tissa meski ia telah berhasil meraih kearahatan. Singkat kata, menjelang parinibbana, yang mulia sariputta thera mengajak bikkhu tissa ke kota savatti untuk berpindapatta. Hari itu adalah hari terakhir didunia. Hari itu ia akan menuntaskan tumimbal lahirnya. Ia tidak akan terlahir lagi sebagai makhluk apapun.

Saat yang mulia sariputta thera dan bhikkhu tissa berpindapatta tak ada satu orang pun yang berdana makanan kepada beliau berdua. Akhirnya sariputta thera meminta bhikkhu tissa menunggu di suatu tempat. Bhikkhu tissa kemudian duduk disuatu peristirahatan sederhana yang disediakan oleh penduduk savatti untuk kebutuhan para bhikkhu. Kemudian sariputta thera berpindapata sendirian memasuki kota savatti.

Setelah sariputta thera berpindapatta sendiri barulah ada beberapa umat yang berdana makanan untuk beliau. Kemudian beliau meminta tolong seorang umat awam untuk menyampaikan dana makanan yang diperolehnya kepada bhikkhu tissa. Setelah itu beliau melanjutkan perjalanannya sesaat lagi. Namun apa mau dikata, dalam perjalanan menuju tempat bhikkhu tissa beristirahat dana makanan yang seharusnya diberikan kepada beliau dimakan sendiri oleh umat awam itu sampai habis.

Sekembalinya dari berpindapatta yang mulia sariputta thera baru mengetahui apa yang terjadi. Akhirnya beliau memberi makanan terakhir yang diperolehnya itu kepada bhikkhu tissa dengan memegangi mangkuk, patta, sambil menungguinya makan. Dengan cara ini losakatissa memakan makanan terakhirnya, yang ternyata sedikit itu. Pada sore itu juga bhikkhu losakatissa mencapai nibbana. Cerita ini memberi gambaran kepada kita betapa menakutkan akibat karma buruk dari macchariya.

Seseorang yang diliputi perasaan kikir ingin menjauhkan siapa pun dari hal-hal dimana ia terikat. Muncul perasaan, hanya ia sajalah yang berhak menggunakan benda-benda itu. Hanya ia sajalah yang berhak berteman dengan si A atau si B. Lihatlah akhir-akhir ini, terutama di kota-kota besar, kaum pria dan wanita mengancam pasangannya karena dilihatnya pihak terakhir ini memiliki hubungan dengan lawan jenis lain. Bahkan, ada pasangan yang begitu marahnya melihat istri atau suaminya melakukan percakapan bersahabat dengan orang lain yang berbeda jenis kelaminnya.

Singkat kata, macchariya memunculkan perasaan posesif, hasrat untuk menggengam erat segala sesuatu. Ia berusaha menutup segala peluang siapapun berhubungan dengan hal-hal berharga miliknya.

Apa yang dikatakan sang buddha tentang sebab-sebab ketidakbahagiaan para makhluk, yang bersumber pada iru hati dan kikir ini, sangat relevan bagi sakka. Dari pengalaman sebagai dewa ia mengakui kebenaran jawaban-jawaban sang buddha atas pertanyaannya.

Perlu diketahui, meski sakka adalah raja para dewa waktu itu, ia pun dibelenggu oleh perasaan-perasaan negatif. Mendekati hari-hari terakhirnya ia pun diliputi perasaan tidak bahagia memikirkan kemungkinan istrinya akan jatuh ke tangan pihak lain ( penggantinya ). Atau muncul pikiran akankah penggantinya kelak lebih baik dari dirinya ?

Cinta dan benci

Setelah puas dengan jawaban sang buddha diatas, sakka mengajukan pertanyaan lain, "yang mulia, apa yang menjadi sebab munculnya issa, iri hati, dan macchariya, kekikiran?"

Sakka melanjutkan pertanyaanya, "adakah jalan untuk menyingkirkan issa dan macchariya?"

Sang buddha menjawab demikian, "o raja para dewa, issa dan macchariya muncul disebabkan oleh perasaan cinta dan benci. Jika tidak ada landasan cinta dan benci tidak akan muncul perasaan iri hati dan kikir."

Dalam ajaran sang buddha, cara untuk menyingkirkan penderitaan adalah menghilangkan penyebabnya. Cara ini seperti dilakukan oleh seorang dokter. Sebelum melakukan pengobatan umumnya seseorang dokter mencari tahu dulu sebab-sebab  penyakit pasiennya. Setelah sebab-sebabnya diketahui barulah dokter bersangkutan memberi resep yang tepat untuk penyakit itu. Seperti ini pula lah jawaban sang buddha. Bahwa cinta dan bencilah yang menjadi sebab penderitaan makhluk hidup.

Objek kecintaan tak terbatas. Ia bisa berupa benda hidup atau benda mati yang bisa membawa kesenangan bagi kita seperti perempuan, laki-laki, bentuk-bentuk, suara dan lain-lain. Sementara objek kebencian adalah apa-apa saja yang mendatangkan ketidaksenangan bagi kita.
Nafsu keinginan sebagai sebab cinta dan benci

Sang buddha melanjutkan lagi penjelasannya, bahwa sebab-sebab cinta dan benci adalah nafsu keinginan. Yang dimaksud sang buddha tentang nafsu keinginan disini adalah suatu hasrat untuk meraih kenikmatan dari apa-apa yang dirindukannya.

Nafsu keinginan terbagi lima :

Hasrat yang tak terpuaskan untuk memenuhi objek-objek inderawi. Nafsu keinginan jenis ini mendorong seseorang untuk terus menerus mengejar keinginan bahkan pada kehidupan-kehidupan selanjutnya.

Kehausan yang sangat untuk mendapatkan dan menambah objek-objek inderawi. Ketika hasrat seseorang sudah terpenuhi kemudian muncul keinginan yang baru. Dalam hal ini tidak ada nafsu keinginan yang pernah berakhir. Bahkan para jutawan ingin lebih kaya dan memiliki makin banyak uang lagi. Tidak peduli berapa banyak harta benda yang telah dimiliki ia menginginkan lebih.

Kehausan untuk menikmati berbagai objek inderawi baik berupa barang-barang material maupun non material. Orang-orang suka menikmati berbagai jenis pertunjukkan, musik, opera, dan lain-lain. Mereka tidak pernah puas untuk terus menikmatinya meski telah pernah melakukannya banyak kali.

Kehausan untuk terus menyimpan emas, perak, berlian atau menimbun uang dalam berbagai bentuk. Penimbunan ini dimaksudkan untuk digunakan dalam keperluan mendadak dimasa depan.

Nafsu keinginan dari sementara orang untuk memberi uang dan benda-benda berharga lainnya kepada para pengikutnya, pengawainya, dan lain-lain.

Nafsu keinginan menumbuhkan cinta dan benci. Berbagai makhluk hidup atau benda-benda yang mampu memenuhi keinginannya menimbulkan perasaan cinta. Sementara objek benda maupun orang yang menghalangi keinginannya menumbuhkan perasaan benci.

Kemudian sakka bertanya kepada sang buddha tentang asal nafsu keinginan. Sang buddha menjawab adanya nafsu keinginan disebabkan oleh vitakka. Dalam vissudhi magga tertulis vitakka artinya berpikir dan memutuskan.

Ada dua karakteristik vitakka. Jenis pertama berdasar pada nafsu keinginan. Sementara jenis yang lain berasal dari kepercayaan. Dengan kata lain kamu berpikir dan memutuskan ketika kamu menghiraukan, mengacuhkan, sebuah objek inderawi sebagai sesuatu yang menyenangkan, menggairahkan serta mempesona. Atau ketika kamu menaruh perhatian pada objek hidup seperti seseorang atau makhluk muncul kecenderungan untuk memikirkan, memutuskan atau memberi pendapat.

Ketika lengah, sedang tidak awas, saat melihat, mendengar, membau, menyentuh dan lain-lain akan muncul pikiran yang dilanjutkan dengan keputusan. Aktifitas mental ini menimbulkan kerinduan dan keterikatan.

Kemudian sakka bertanya kepada sang buddha tentang sebab munculnya vitakka. Sang buddha menjawab bahwa vitakka bersandar pada suatu persepsi atau prasangka. Persepsi berarti memperluas atau memperpanjang sesuatu atau melebih-lebihkan sesuatu.

Ada tiga jenis prasangka; tanha ( bersifat kerinduan ), bersifat sombong ( mana ) dan ditthi ( kepercayaan ). Seseorang yang tidak awas umumnya jatuh kepada belenggu tanha, mana dan ditthi. Dalam banyak sutta ketiganya dikenal sebagai anak-anak mara. Ketiga belenggu itu mampu mencengkram seseorang untuk mempertebal "aku" -nya. Ini diibaratkan seperti sebuah foto mungil yang bisa dicetak menjadi foto berukuran besar, lebih tebal dan lain-lain. Dengan keterlibatan ketiga anak mara itu suatu kesan bisa "dipertebal" , "diperluas" atau "diperdalam".

Menaklukkan tanha, mana dan ditthi

Saat melihat seseorang tak hanya menangkap sesuatu yang bersifat kasat mata saja. Setelah merekam wujud benda secara fisik masih ada proses selanjutnya yakni munculnya persepsi, prasangka, yang akan membawa pada permainan tanha ( kerinduan ), mana ( kesombongan ) dan ditthi ( kepercayaan ).

Tanha membuat objek itu seolah-olah tampak menyenangkan, berharga, sehingga perlu dimiliki atau sebaliknya. Setelah itu mana dan ditthi mengambil perannya masing-masing. Kedua anak mara terakhir ini akan menumbuhkan kesombongan kemudian mempertebal konsep tentang adanya "aku", misalnya benda itu punyaku, milikku.

Saat kita mengulang perbuatan tersebut, melihat atau mendengar umpamanya, ini akan menjadi awal dari proses munculnya pikiran. Setelah itu pikiran akan berproses lagi yakni memutuskan apakah kita suka atau tidak suka pada objek yang tengah kita lihat. Kemudian proses selanjutnya mengambil peranan. Dimana pada gilirannya nafsu keinginan pun muncul.

Adanya nafsu keinginan memunculkan proses cinta dan benci. Cinta dan benci pada gilirannya mendatangkan perasaan iri hati dan kikir. Perasaan iri dan kikir yang menumpuk membuat seseorang menjadi frustasi dan sangat menderita.

Setelah membabarkan sebab awal dari penderitaan segala makhluk, sang buddha memberikan petunjuk bagaimana caranya keluar dari jeratan tanha, mana dan ditthi. Sebelumnya sang buddha menjelaskan bahwa perasaan terbagi dua; yang menyenangkan dan tidak menyenangkan.

Sang buddha menjelaskan lagi hal-hal yang harus kita lakukan sehubungan dengan perasaan. Bahwa ada perasaan menyenangkan dan tidak menyenangkan yang harus kita perhatikan. Serta perasaan menyenangkan dan tidak menyenangkan yang harus diabaikan ( singkirkan ).

Selain kedua bentuk perasaan itu ada lagi perasaan netral, upekkha. Perasaan netral sering hadir dalam hidup seseorang. Perasaan ini muncul saat kita merasa senang maupun susah. Perasaan upekkha sendiri terbagi dua; upekkha yang harus kita perhatikan atau pelihara dan upekkha yang harus kita singkirkan.

Berbagai bentuk perasaan diatas ( perasaan menyenangkan, tidak menyenangkan maupun netral ) yang harus kita pelihara adalah bentuk-bentuk perasaan yang bersumber dari pikiran baik akibat buah kesadaran. Sementara perasaan-perasaan yang muncul tetapi bersumber dari pikiran-pikiran buruk saat kita lengah harus disingkirkan. Kitab komentar menggambarkan ajaran diatas sebagai vipassana atau meditasi pandangan terang.

Dalam tipitaka pali ajaran sang buddha diatas bisa digambarkan sebagai berikut:

"Jika engkau tahu bahwa suatu perasaan menyenangkan menolong membantu tumbuhnya kesadaran serta menuju ke arah perkembangan batin yang lebih baik, dimana perasaan ini juga mampu menghambat munculnya bentuk-bentuk pikiran yang tidak baik, engkau seharusnya memelihara perasaan ini. Jika engkau tahu perasaan menyenangkan yang muncul menghambat munculnya proses kematangan batin dan menghambat munculnya bentuk-bentuk pikiran yang baik, sebaiknya perasaan-perasaan ini kamu singkirkan."

Perasaan menyenangkan terdiri dari dua jenis: yang pertama muncul akibat suatu perenungan ( refleksi yang muncul setelah melakukan praktek meditasi ). Kedua, perasaan menyenangkan yang tidak ada hubungan dengan sebab-sebab perenungan ( dipengaruhi oleh vitakka dan vicara ). Dari kedua perasaan menyenangkan ini, perasaan menyenangkan yang tidak dipengaruhi oleh vitakka dan vicara adalah yang terbaik.

( *oleh nyanatiloka thera dalam buddhist dictionary, vitakka dan vicara diterjemahkan sebagai : konsep berpikir dan loncatan-loncatan pikiran. )

Menurut kitab komentar, ketika bertanya kepada sang buddha bagaimana menyingkirkan tanha, mana dan ditthi sebenarnya sakka sedang bertanya tentang praktek vipasana. Dewa memiliki wujud fisik yang berbeda dengan manusia. Dewa hampir-hampir tidak memiliki kendala fisik seperti lelah, lapar dan lain-lain. Sehingga sang buddha memberi jawaban agar sakka memperhatikan perasaannya.

Sakka lahir kembali

Sang buddha berkata demikian pada sakka, "o raja para dewa, para bhikkhu yang menjauhi dhamma tak bermanfaat serta mencari dhamma bermanfaat berada ditengah jalan kehidupan suci yang akan membawanya ke nibbana, tempat lenyapnya segala kekotoran batin.

Saat mendengar pembabaran dhamma sakka mengawasi perasaanya. Karena ia memetik kegembiraan bermanfaat dan mampu meraih keseimbangan batin. Setelah meraih kebahagiaan ia berhasil meraih tingkat kesucian pertama, sotapanna. Ini diawali dengan lenyapnya sakka dan lahir kembali sebagai sakka yang baru. Sakka hanya mampu meraih kesucian tingkat pertama karena potensi spiritualnya yang terbatas.

Kelahiran sakka memperlihatkan bahwa dewa yang tengah sekarat pun bisa memetik manfaat ketika mendengarkan dhamma. Melalui kesadaran penuh serta kegembiraan bermanfaat para yogi bisa meraih kemajuan dijalan dhamma. Ini bisa terjadi bila sebagian besar kegembiraan yang mendominasi adalah jenis kegembiraan yang bermanfaat.

Patimokkhasamvara sila

Pertanyaan sakka berikutnya tentang pentingnya moralitas bagi kehidupan suci. Pertanyaannya demikian, " yang mulia, praktek sila ( moral ) macam apakah yang bisa melindungi seseorang dari jatuh ke alam-alam rendah?"

"Perbuatan tidak bermanfaat macam apa yang harus dihindari. Dimana ini bisa melindungi seseorang terjatuh ke alam-alam rendah?"

"Kata-kata atau pikiran macam apa yang harus dihindari sehingga melindungi seseorang dari kejatuhan je alam-alam rendah?"

"Sang buddha menjelaskan perbuatan terbagi menjadi dua jenis. Pertama, perbuatan bermanfaat. Kedua perbuatan tidak bermanfaat. Demikian pula mata pencaharian dan pikiran terbagi dua yakni yang bermanfaat dan tidak bermanfaat.

Mata pencaharian, perkataan atau tindakan yang menumbuhkan karma baik adalah bermanfaat. Sementara, segala perkataan atau perbuatan yang membawa akibat karma buruk adalah tidak bermanfaat.

Indriyasamvara sila :
Kontrol terhadap panca indera

Sakka bertanya bagaimana para bhikkhu menjaga panca inderanya? Ini berhubungan dengan penjagaan atas ke enam indera. Dimana keberadaan indra menjadi salah satu sebab terjadinya proses melihat, mendengar, membau, merasa, kontak dan proses kesadaran.

Sang buddha membagi obyek indra menjadi dua. Pertama obyek indra yang harus diterima. Kedua obyek indra harus disingkirkan. Seseorang harus menerima obyek indra yang bisa menumbuhkan karma baik serta menghindari obyek yang mendatangkan karma buruk.

Kita harus menghindari obyek-obyek yang mendatangkan kenikmatan indra, kemarahan dan lain-lain. Jika tidak bisa menghindar kita harus berhenti memikirkan dan sesegera mungkin melakukan perenungan. Atau membuat catatan dalam batin dari proses melihat. Serta secepatnya menghentikan pikiran yang mondar-mandir dan kembali sadar. Inilah cara-cara menghindari obyek indra yang tidak berfaedah.

Sama seperti itu kita harus tidak memberi perhatian atas dhamma tidak bermanfaat. Disisi lain misalnya, kita harus mendengarkan pembabaran dhamma. Karena ini menumbuhsuburkan tumbuhnya karma-karma baik.

Bagaimana menyikapi obyek yang menghampiri kita? Apapun bentuk suara itu, jika berkonsentrasi saat suara datang, mencatatnya, kita bisa melihat bentuk ketidakkekalan, penderitaan dan ketanpaintian. Hal ini akan menambah pengetahuan kita.

Rasa pun bisa kita lihat dengan cara sama. Sejujurnya kita tidak bisa hidup tanpa makanan dan minuman. Tapi, kita bisa menghindari tumbuhnya karma buruk melalui makan dengan penuh kesadaran terutama saat menyantap makanan yang lezat.

Kembali kesoal kekotoran batin, kita menuai kekotoran batin jika kita tidak peduli atau merindukan kelezatan makanan tersebut. Intinya kontrol kita terhadap panca indera. Dimana cara ini tidak mungkin dilakukan seseorang yang belum membangun kesadaran dengan baik.

Karma baik tumbuh melalui kesadaran melihat kesan yang timbul seperti termuat dalam satipatthana sutta.

Dalam sutta itu tertilulis pikiran harus menghindar membedakan sosok laki-laki, perempuan, kawan, lawan, dan lain-lain. Karena perbedaan itu memicu munculnya nafsu-nafsu, kehendak jahat dan lain-lain. Secepat pikiran tumbuh, ia harus disingkirkan melalui praktek sila, meditasi dengan obyek perenungan terhadap keluhuran buddha serta melihat kemunculan dan lenyapnya.

Sang buddha berkata, "bagi seseorang yang tidak menjaga penglihatannya ia akan selamanya memiliki kehendak-kehendak buruk serta mencari sesuatu yang dirindukannya."

Jenis-jenis perbedaan cara pandang

Sakka sangat puas dengan pembabaran sang buddha. Sebelum mengunjungi sang buddha, ia telah bertemu dengan banyak "orang bijak". Waktu itu sakka pun mengajukan pertanyaan kepada mereka tentang dhamma. Sakka mengetahui orang-orang bijak yang ditemuinya itu memiliki cara pandang yang berbeda beda.

Saat ini ketika ia telah mencapai tingkat kesucian sotapanna ia tahu dhamma sesungguhnya yang membabarkan kesunyataan. Ia juga tahu sosok buddha dan sangha sejati. Saat ini ia telah terbebas dari segala keragu-raguannya. Kenyataan ini tidak diucapkannya kepada sang buddha. Tapi, pengertian yang dimilikinya terkandung dalam pertanyaan-pertanyaannya.

"Yang mulia, apakah semua orang yang menyebut dirinya samana- brahmana memiliki pandangan yang sama? Apakah mereka memiliki kualitas moral yang sama? Apakah mereka punya keinginan dan tujuan hidup yang sama?"

Sakka tahu jawaban dari pertanyaannya. Ia menanyakan hal ini sebagai pembuka atas pertanyaannya tentang perbedaan-perbedaan mereka.

Sang buddha menjawab pertanyaan sakka sebagai berikut, "o sakka, di dunia ini orang-orang tidak memiliki tingkah laku yang sama. Mereka menggungkapkan cara pandang yang salah. Tapi mereka tetap berpegang erat pada pandangan salah yang menyenangkan hatinya".

"Mereka berkeras kepercayaannya saja yang benar senentara yang lainnya salah. Hal ini terjadi karena kefanatikannya atas ajaran salah yang berpegang pada konsep diri. Orang-orang yang menggangap dirinya suci ini memiliki cara pandang berbeda-beda. Mereka juga memiliki sistem moral, keinginan dan tujuan hidup yang berbeda-beda pula", demikian sang buddha menhelaskan.

Tujuan tertinggi

Sakka sangat senang dengan jawaban-jawaban sang buddha. Kemudia sakka mengajukan pertanyaan lain, "yang mulia, apakah orang-orang yang sering disebut samana- brahmana benar-benar telah meraih tujuan tertinggi?"

"Apakah ada akhir yang benar-benar nyata untuk yoga mereka? Apakah mereka hidup secara bersih dan suci? Apakah mereka meyakini dhamma sejati?"

Apa yang disebut dengan tujuan terakhir dan tertinggi dari yoga, iccantayogakekhami, dan dhamma sejati. Iccantayogasana, merujuk pada nibbana. Kehidupan suci yang dimaksud adalah jalan para ariya dan praktek vipasanna. Dengan kata lain, dengan mengajukan pertanyaan diatas, sakka sebenarnya bertanya kepada sang buddha apakah para petapa dan brahmana mempraktekkan vipasanna dan delapan jalan utama? Serta, apakah mereka meraih nibbana?

Sang buddha menjawab pertanyaan sakka dengan kalimat lain berikut ini. Menurut sang buddha, hanya para bhikkhu dan orang-orang yang telah terbebas melalui praktek empat kesunyataan mulia yang mampu memadamkan kerinduan dan kemelekatan. Mereka berhasil meraih tujuan tertinggi dan mengakhiri yoganya. Mereka inilah orang-orang yang hidup dengan kehidupan suci dan mengenal dhamma sejati.

Para bhikkhu yang dimaksud sang buddha disini terdiri dari para buddha, pacekabuddha dan arahat. Singkatnya mereka semua arahat. Para arahat telah menyempurnakan yoganya ( asava: bias, prasangka, purbasangka, konsep "aku" ) yang meyebabkan kelahiran kembali. Arahat adalah orang yang telah mencabut akar-akar yoga. Mereka telah meraih tujuan terakhir dan dhamna tertinggi.

Suatu kali sang buddha pergi kehadapan brahma baka ( alam brahma ). Brahma ini bertanya apa yang dimaksud surga yang kekal? Sang buddha mengatakan kepadanya untuk tidak menyimpan khayalan tentang kekekalan dan tidak memiliki kerinduan tentang bentuk kehidupan apapun.

Sang buddha berkata, "setelah melihat sisi buruk dari semua jenis kehidupan, apakah itu kehidupan dialam manusia, dewa, brahma atau jutaan kehidupan kelas bawah, saya tidak mengidamkan jenis kehidupan apapun tapi mencelanya."

Setiap kehidupan adalah subjek penderitaan. Penderitaan yang amat ekstrim dialami makhluk-makhluk dunia bawah ( alam binatang, peta dan lain-lain ). Sementara kehidupan manusia mempunyai sisi buruknya karena pasti mengalami usia tua, sakit dan kematian.

Para dewa menderita karena hasrat-hasrat indrawinya yang tidak terpuaskan. Hal ini bisa menimbulkan rasa frustasi. Penderitaan dirasakan pula oleh para brahma. Brahma adalah pelayan dari pikiran. Karena, mereka selalu dipenuhi rencana yang sering berubah ubah tiada akhir.

"Saya telah melihat sisi buruk bentuk kehidupan. Saya pun telah melihat kehidupan dari pihak-pihak yang tidak menginginkannya serta orang-orang mencari pemandangannya." demikian sang buddha menjelaskan.

Beberapa orang bijak mulai bertapa dan mencari jalan pembebasan setelah melihat sisi buruk setiap kehidupan. Tapi, mereka tidak tahu jalan pembebasan akhir. Mereka pun tidak tahu adanya delapan jalan utama yang akan membawa kebebasan.

Para pertapa ini hanya mengerti tentang jhana, tingkat-tingkat konsentrasi, yang bisa membuat pikiran tenang dan terpusat. Beberapa dari mereka meraih rupa jhana dan percaya bahwa mereka akan memperoleh hidup kekal dialam kehidupan rupavacarabrahma, salah satu tujuan dari jhana. Bagi petapa lain kehidupan kekal bisa ditemui dialam asanna. Asanna dianggapnya sebagai kediaman tanpa persepsi dari alam rupavacara. Sementara bagi yang lain hal ini bisa dinikmati hanya dialam arupavacara.

Berseberangan dengan harapan ini, para yogi yang telah berhasil meraih jhana tidak hidup kekal dialam brahma. Setelah meninggal dari alam ini mereka akan turun ke alam panca indera sebagai dewa atau manusia. Ditempat terakhir ini mereka akan meninggal dan terlahir sebagai makhluk baru sesuai dengan karmanya. Sebagai akibat buruknya, bisa jadi mereka menemukan dirinya terlahir lagi dialam-alam tingkat rendah.

Orang-orang ini tidak memperoleh cara memadamkan lingkaran kehidupan meski telah mencarinya dengan banyak cara. Mereka terus terikat pada penderitaan. Karenanya sang buddha mencela setiap jenis kehidupan.

Kehidupan baru mengacu pada keterikatan terhadap hidup itu sendiri. Keterikatan ini ( tanha ) sama dengan kamayoga ( prasangka indra ) dan prasangka pada kehidupan. Sang buddha telah berhasil mencabut keterikatan ini.

Menurut kitab komentar, ada 14 pertanyaan yang diajukan sakka. Tertulis disana sakka sangat puas dengan jawaban-jawaban sang buddha.

Setelah memberi hormat sekali lagi sakka menyatakan pandangannya tentang tanha yang tersurat pada pertanyaan berikut:
"yang mulia, tanha yang aktif adalah suatu penyakit. Ia seperti anak panah atau sebuah bisul didalam daging. Ia merusak makhluk hidup hingga mereka harus hidup dalam penderitaan".
"Tanha bersifat aktif. Sifatnya suka merindukan ini dan itu. Ia terikat pada dirinya sendiri, pada obyek menyenangkan dan keinginan menikmatinya dalam waktu lama".
"Seperti sehelai daun tertiup angin. Daun itu tidak pernah beristirahat. Ia terbang kemana-mana. Ia selalu sibuk, lapar dan rakus. Tanha adalah penyakit kronis yang tidak bisa disembuhkan. Tapi tidak terlalu akut untuk bisa menyebabkan kematian secara tiba-tiba. Tanha membuat seseorang takluk ketika ia terpuaskan. Tapi tanha sendiri tidak pernah puas seberapa banyak pun ia diberi makan dengan obyek-obyek indra yang disukainya. Tanha rindu obyek indra yang disukainya dan ingin menikmatinya lagi dan lagi".
"Tanha begitu menakutkan dan menjijikkan. Ia seperti sepotong duri dalam daging. Sepotong duri dalam daging tersembunyi rapi sehingga kita tidak bisa melihat keberadaannya. Kita sulit melepaskannya sehingga tetap menimbulkan rasa sakit."
"Begitu pula sangat sulit menyingkirkan tanha yang selalu mengganggu kita. Kita mencemaskan obyek-obyek yang diingini sehingga tidak dapat tidur siang dan malam. Karena keterikatan pada hidup kita terus-menerus berputar-putar dari satu jenis kehidupan ke kehidupan yang lain bergantung pada karma-karma kita".

Setelah mengemukkakan komentar diatas kini sakka terbebas dari semua keragu-raguan. Sebagai akibat tersingkirkan keragu-raguan ini sakka berhasil meraih tingkat kesucian pertama. Dengan ini ia terjamin tidak akan terlahir kembali di alam-alam tingkat rendah setelah kematiannya. Nantinya, ia akan terlahir kembali dalam alam kehidupan yang baik. Dari tempat itu ia bisa meraih tingkat kesucian yang lebih tinggi sampai memperoleh kebebasan akhir.

Kebahagiaan sakka

Setelah sakka meraih tingkat kesucian pertama kebahagiaan terpancar dari dirinya. Sang buddha bertanya apakah ia pernah memiliki jenis kebahagiaan semacam itu sebelumnya?

Sakka menjawab demikian, "yang mulia, sakali waktu saya pernah memiliki jenis kebahagiaan tertentu. Itu terjadi ketika saya keluar sebagai pemenang dalam pertarungan dengan makhluk-makhluk asura. Tapi, kemenangan itu berkaitan dengan senjata. Hal ini tidak ada hubungan sama sekali dengan pelenyapan kekotoran batin. Kemenangan itu tidak membawa tumbuhnya pengetahuan pandangan terang yang khusus atau nibbana. Sementara, kebahagiaan setelah meraih tingkat sotapanna tidak berhubungan dengan senjata apapun. Kebahagiaan ini dipenuhi keyakinan tanpa ada sedikitpun terselip perasaan kecewa. Keadaan ini mengarah pada pandangan terang dan kebebasan akhir".

Kebahagiaan sakka diliputi keyakinan dan enam keberuntungan yang muncul didalam diri, yaitu :

Hal pertama yang membuatnya sangat gembira karena ia telah meraih tingkat kesucian sotapanna. Dimana ia telah terlahir kembali sebagai sakka yang baru. Perhatikan kenyataan ini, karena perbuatan baiknya dimasa lalu pemuda magha terlahir dialam dewa sebagai raja para dewa. Ditempat ini ia memiliki rentang hidup yang panjang. Masa hidup sakka 35 juta tahun manusia. Ketika mengetahui kematiaannya sudah dekat ia mengunjungi sang buddha untuk mendengar dhamma. Saat mendengarkan pembabaran dhamma sakka memperoleh keseimbangan batin positif. Ia terus melanjutkan perenungan sehingga berhasil meraih tingkat kesucian pertama. Melihat kenyataan itu ia merasa berbahagia karena tidak akan terlahir dialam rendah. Sementara, sebagai sakka yang baru ia memiliki peluang hidup 36 juta tahun lagi.

Sakka berkata, "yang mulia, jika melalui praktek benar dari vipassana saya memperoleh sambodhi, saya akan terus bermeditasi lagi agar bisa meraih pandangan terang yang lebih tinggi. Sambodhi yang akan aku raih sebagai makhluk manusia akan menandai akhir dari perwujudanku sebagai manusia".

Setelah meraih tingkat kesucian anagami, sakka akan melewati alam sudhavasa. Nantinya ia akan meraih kearahatan di alam akanittha. Sebagai tambahan keterangan kitab komentar menulis kata sambodhi mengacu pada pengetahuan batin yang diraih para sakadagami.

Sakka berkata, "akanitta dunia, begitulah disebut karena disana para dewa memiliki kekuatan, kekuasaan, panjang usia, dan lain-lain. Mereka adalah dewa-dewa mulia. Saya akan memiliki kehidupan terakhir dialam luar biasa ini".

Akanitta adalah kehidupan tertinggi dialam sudhavasa. Meski penghuninya tetap disebut dewa, faktanya mereka adalah para brahma. Dikatakan setiap brahma disana memiliki banyak pembantu. Jadi sakka akan meraih tingkat kesucian sakadagami dibumi dan anagami dialam dewa. Setelah itu ia akan memasuki aviha. Aviha adalah kediaman paling rendah dialam dewa sudhavasa. Setelah melewati beberapa alam diatasnya, sakka akan menjadi arahat dialam anakittha. Menurut kitab komentar, sakka akan berada dialam brahma selama 31.000 kalpa. Ditempat ini hanya ada dua brahma lain yakni anathapindika sang pedagang dan visakha. Kualitas hidup ketiga brahma ini tidak ada bandingannya dibanding alam lain dalam lingkaran samsara. Jadi, sebab keenam yang membuat sakka bahagia adalah adanya peluang baginya meraih kearahatan dialam anakittha.

Kemudian sakka menyimpulkan seluruh kebahagiaannya dengan kalimat demikian, "yang mulia, hari ini saya memberi hormat kepadamu. Engkaulah sebenar-benarnya buddha. Engkaulah guru sejati yang bisa memberi petunjuk kepada dewa dan manusia untuk kesejahteraan mereka. Engkau tak ada bandingannya".

Setelah itu sakka memberi hormat tiga kali sambil menyebut ,"namo tassa bhagavatto arahatto samma sambudhasa". Arahatto berarti orang yang berjasa mulia. Samma sambuddha berarti seseorang yang "tahu" empat kebenaran mulia secara langsung.

Inilah uraian sakka panha sutta. Sutta ini telah memberi pencerahan bagi banyak makhluk sebagai mana yang terjadi pada sakka dan para pengikutnya. Bagi siapa saja yang mempraktekkan ajaran pasti akan memperoleh pandangan terang.