Jika menderita diabetes, tubuh tidak bisa memproses gula dengan baik sehingga bisa-bisa kadar gula di dalam darah menjadi terlalu tinggi. Kadar gula yang tetap tinggi dan terlalu tinggi akan membuat berbagai masalah kesehatan, mulai dari badan mudah capai, luka yang tidak kunjung sembuh bahkan menjadi borok hingga terpaksa diamputasi, katarak, glaukoma, gagal ginjal, penyakit jantung dst.
Oleh karena itu, bila hasil pengamatan kadar gula kita tinggi, para praktisi kesehatan biasanya hanya akan memberikan resep pola makan rendah gula. Mereka akan menyarankan agar kita membatasi makanan yang mengandung zat tepung, seperti : nasi, mi, roti dan kentang karena semua itu akan terurai menjadi zat tepung atau glukosa.
Padahal, seperti sudah kita bicarakan pada tulisan-tulisan sebelumnya (1, 2 dan 3), sesungguhnya bukan karbohidrat dan zat tepung yang menyebabkan timbulnya diabetes. Pola makan rendah gula memang bermanfaat untuk menjaga agar kadar gula di dalam darah tidak makin meningkat, tetapi sama sekali tidak akan menyembuhkan penyakit diabetes itu sendiri.
Penyebab penyakit diabetes adalah produk hewani dan lemak (gorengan dan segala jenis minyak, misalnya)10). Protein hewani akan membuat tubuh membuat antibodi yang akan justru menyerang sel-sel pankreas yang memproduksi hormon insulin. Lemak akan menghambat reseptor sel-sel tubuh untuk menyerap gula dari aliran darah.
Pada jaman dahulu, orang Jepang dan orang Asia yang lain jarang yang menderita diabetes, padahal mereka banyak makan karbohidrat. Tetapi, begitu makanan Barat masuk ke Jepang, ketika MD, KFC, BK dst merambah ke antero negara dan kemudian ‘daging, keju dan makanan berlemak tinggi’ menggantikan ‘lauk mereka sehari-hari’, jumlah penderita diabetes di Jepang naik menjadi 2 kali lipat11).
Sekalipun orang tua dan moyang kita adalah penderita diabetes, janganlah risau bahwa kita akan terkena diabetes bila kita bisa memperbaiki pola makan kita. Sesungguhnya penyakit diabetes terjadi terutama bukan karena faktor keturunan. Budaya makan yang keliru, pola makan yang tidak tepatlah yang diturunkan. Pola makan keliru itulah yang diturunkan sehingga menjadi kebiasaan generasi berikutnya dan lalu akhirnya mereka juga menderita diabetes.
Apakah jika orang tua dan moyang kita tidak menderita diabetes, kita pasti terbebas dari resiko penyakit diabetes? Tidak, sama sekali tidak. Bila gemuk dan/atau pola makan kita tidak benar maka resiko kita mengidap penyakit diabetes akan menjadi lebih besar12).
Hindari penyebab utamanya, yaitu produk hewani dan lemak (termasuk gorengan, santan dan semua lemak yang lain seperti olive oil sekalipun yang extract virgin, minyak kelapa, minyak jagung dan minyak-minyak lain sekalipun mentah), niscaya kita akan terhindar dari penyakit diabetes.
Pola makan segar tentu merupakan pilihan yang terbaik untuk kita semua karena tentu tidak mengandung lemak tinggi dan protein yang tidak bisa diserap oleh tubuh atau yang merangsang tubuh untuk melakukan antibodi yang bisa-bisa juga akan menyerang sel-sel pankreas. Pola makan segar tentu tidak sekedar mentah, tetapi batasilah makanan berlemak seperti apukad, durian dan kelapa tua, sekalipun kita mengkonsumsinya dalam keadaan mentah. Minyak, apapun minyak itu, tetap merupakan lemak dan lengket. Kelebihan minyak akan menghambat reseptor-reseptor gula di dalam sel juga.
Karbohidrat terlalu banyak juga akan akhirnya akan menjadi lemak dan kemudian mengganggu penyerapan gula ke dalam sel. Oleh karena itu, sekalipun bukan penyebab diabetes secara langsung, orang yang terlalu banyak makan karbohidrat pun akhirnya juga meningkat resiko terkena penyakit diabetes.
Oleh karena itu, dapat kita simpulkan bahwa yang penting dan terutama adalah menghindari semua produk hewani (daging, susu, telur dan ikan)
lalu
usahakan untuk sebanyak mungkin makan buah manis segar matang tak berlemak pada pagi hari,
lakukan cara yang sama pada siang hari, lengkapi dengan jus sayuran hijau tanpa gula (green smoothies)
dan pada sore hari boleh sedikit (setengah porsi biasa, atau makin sedikit makin baik, tidak sama sekali akan jauh lebih baik) nasi/mi/tepung dengan sedikit sekali lauk matang serta tambahkan sayur segar berwarna hijau sebagai lalapan
dan pada malam hari lanjutkan dengan buah tak berlemak lagi.
Olah raga dan bersyukur kepada Tuhan….., tentu jangan lupa…..,
dan silahkan menikmati hidup tanpa ketakutan terkena diabetes.
Perlu diketahui juga bahwa tidak sedikit orang yang menderita diabetes sekalipun orang tua atau moyang mereka tidak menderita diabetes….Jadi.., jangan tunggu sampai kita menderita diabetes baru tergerak untuk melakukan pola makan segar.
Dengan pola makan segar maka tubuh akan menjadi ideal, lemak tubuh hilang dan resiko menderita diabetes akan menjadi sangat kecil atau bahkan bisa dikatakan menjadi hilang sama sekali.
Tapi, bagaimana bila sudah menderita diabetes? Apa yang harus kita lakukan? Ikuti pembahasan berikutnya pada bagian (5).
Selamat makin sehat dan bugar!
————————————————-bersambung———————————————–
1) Wild S, Roglic G, Green A, Sicree R, King H,). “Global prevalence of diabetes: estimates for 2000 and projections for 2030”. Diabetes Care 27 (5): 104753. May 2004.
2) http://www.cdc.gov/media/releases/2011/p0126_diabetes.html, Center of Disease Control and Prevention, Press Release, 26 January 2011.
3) There Is a Cure for Diabetes: The Tree of Life 21-Day+ Program [Paperback]
Gabriel Cousens, The 30-Day Diabetes Miracle: Lifestyle Center o… by Franklin House, Creating Healthy Children by Karen Ranzi, Simply Raw: Reversing Diabetes in 30 Days DVD ~ Woody Harrelson,
4)http://www.suprememastertv.com/ina/bbs/board.php?bo_table=featured_ina&wr_id=355&page=&sca=&sfl=&stx=&sst=&sod=&spt=&page
5) N.D. Barnard et.al. “The Effects of a Low-Fat, Plant-Based Dietary Intervention on Body Weight, Metabolisme, and Insulin Sensitivity”, American Journal of Medicine 118: 991-7, 2005.
6) K.F. Petersen et.al., “Impaired Mitcodhondrial Activity in the Insulin-Resistant Offspring of Patients with Type-2 Diabetes”, New England Journal of Medicine 350: 664-71, 2004.
7) K. Sadeharju et.al., “Enterovirus Infections as a Risk Factor for Type-1 Diabetes Virus Analyses in a Dietary Intervention Trial”, Clinical and Experimental Immunologi 132: 271-7, 2003.
8) Scott FW., “Cow milk and insulin-dependent diabetes mellitus: is there a relationship?” American Journal Clinic and Nutrition. 51:489-91, 1991.
9) Karjalainen J, Martin JM, Knip M, et al. A bovine albumin peptide as a possible trigger of insulin-dependent diabetes mellitus. Nwq England Journal of Medicine 327:302-7. 1992.
10) lihat bab-bab sebelumnya, bab 1, 2 dan 3
11) Kuzuya T., “Prevelance of Diabetes Mellitus in Japan Compiled from Literature”, Diabetes Research and Clinical Practice 24: S15-21, 1994.
12) Risérus U, Willett WC, Hu FB, “Dietary fats and prevention of type 2 diabetes”, Progress in Lipid Research 48 (1): 44–51, Janauary 2009.
—
Makanan segar atau makanan kehidupan atau living food adalah makanan yang masih mengandung berbagai enzim kehidupan (berasal dari energi matahari melalui proses fotosintesa) dan yang tidak dipanaskan di atas 45 derajat Celsius. Daging, telur, ikan dan susu mentah tidak termasuk ke dalam golongan makanan kehidupan karena mereka tidak lagi mengandung enzim kehidupan.
From : sumansutra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar