Suatu ketika, ada beberapa bhikkhu yang memiliki kebajikan; beberapa di antara mereka dengan ketat menjalankan latihan-latihan keras (dhutanga), beberapa orang mempunyai pengetahuan yang luas tentang Dhamma, beberapa orang telah mencapai pencerapan mental (jhana). Beberapa orang telah mencapai tingkat kesucian anagami, dan lain-lain. Mereka semua berpikir bahwa karena mereka telah mencapai banyak hal, akan cukup mudah bagi mereka untuk mencapai tingkat kesucian arahat. Dengan pikiran seperti ini mereka pergi menghadap Sang Buddha.
Sang Buddha bertanya kepada mereka, "Para bhikkhu, sudahkah engkau mencapai tingkat kesucian arahat ?" Mereka menjawab bahwa mereka berada dalam keadaan sedemikian sehingga tidak akan sulit bagi mereka untuk mencapai tingkat kesucian arahat sewaktu-waktu.
Kepada mereka Sang Buddha berkata, "Para bhikkhu ! Hanya karena engkau telah memiliki moralitas (sila), hanya karena engkau telah mencapai tingkat kesucian anagami, engkau tidak boleh puas dan berpikir bahwa hanya tinggal sedikit lagi yang harus dikerjakan; kecuali jika engkau telah menghapuskan semua kekotoran batin (asava). Engkau tidak boleh berpikir bahwa engkau telah mencapai kebahagiaan sempurna tingkat kesucian arahat."
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 271 dan 272 berikut ini :
Bukan hanya karena sila dan tekad, bukan pula karena banyak belajar ataupun karena telah mencapai perkembangan dalam samadhi, atau juga karena berdiam diri di tempat yang sepi;
Lalu ia berpikir, ‘Aku telah menikmati kebahagiaan dari pelepasan yang tidak dapat dicapai oleh orang duniawi.?O para bhikkhu, janganlah engkau merasa puas sebelum mencapai penghancuran semua kekotoran batin.
Semua bhikkhu mencapai tingkat kesucian arahat setelah khotbah Dhamma itu berakhir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar