Dalam bulan pertama mereka berdiam di pinggir kota, para bhikkhu diperlakukan dan dirawat dengan baik oleh penduduk kota tersebut. Bulan berikutnya, kota itu dijarah oleh beberapa perampok, bahkan beberapa penduduk diculik sebagai sandera. Karena itu penduduk kota harus memperbaiki kota mereka dan memperkuat pertahanan. Sehingga penduduk tidak dapat lagi memperhatikan kebutuhan para bhikkhu sebanyak mereka inginkan, dan para bhikkhu harus menjaga diri mereka sendiri.
Pada akhir masa vassa, para bhikkhu tersebut datang untuk memberi hormat pada Sang Buddha di Vihara Jetavana, Savatthi. Ketika mengetahui kesulitan yang telah mereka lewati selama masa vassa, Sang Buddha berkata kepada mereka, "Para bhikkhu, jangan terus berpikir tentang ini atau hal lainnya. Memang sulit untuk mempunyai suatu kehidupan yang tanpa masalah sama sekali. Seperti halnya penduduk kota tersebut menjaga kota mereka, demikian pula seorang bhikkhu seharusnya menjaga dan memelihara pikirannya tetap pada tubuhnya."
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 315 berikut :
Bagaikan perbatasan negara yang dijaga kuat di bagian dalam dan luar, begitu juga seharusnya engkau menjaga dirimu; janganlah membiarkan kesempatan baik (dalam era ajaran Sang Buddha) ini berlalu. Karena mereka yang melepaskan kesempatan ini akan bersedih hati bila nanti berada di alam neraka.
Para bhikkhu tersebut mencapai tingkat kesucian arahat, setelah khotbah Dhamma berakhir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar