X. COAN LUN ONG
Raja Giam kun yang kesepuluh
Dari kraton besar dimana Coan lun ong bertahta didirikan lima buah jembatan yang letaknya sesuai dengan luas dan keberadaan kraton neraka ke sepuluh yang menghadap kelima penjuru dunia. Kelima jembatan itu adalah Kim kio ( jembatan emas ), Gin kio ( jembatan perak ), Giok ciok kio ( jembatan batu pualam ), Bok pan kio ( jembatan papan kayu ), dan Nai ho kio ( jembatan apa boleh buat ).
Fungsi kelima jembatan ini sama, merupakan jalan tembus antara kraton kesepuluh dengan beberapa kraton lain yang sering mengirim arwah hukuman ke kraton kesepuluh ini untuk ditentukan dan ditimbang baik buruk perbuatannya dimasa hidupnya di dunia, setelah ditentukan kelas dan tingkat hukumannya baru ditentukan akan dikirim kemana selanjutnya, maksudnya akan dititiskan kembali dalam kelahiran di dunia menjadi orang jenis apa. Entah menjadi manusia yang mesti panjang umur, atau berumur pendek dan lekas mati atau harus hidup makmur seumur hidup, mungkin juga harus melarat dan sekarat, ada pula yang sudah ditakdirkan hidup sengsara dan menderita semua sudah dijelaskan dan dicatat secara rinci, setiap bulan dijadikan laporan yang harus disampaikan kepada Cin khong ong sebagai penguasa kraton nomor satu, tembusannya juga harus disampaikan kepada Hong to tay te yang akan mempersiapkan administrasinya.
Bila sementara arwah halus sudah menjalani hukuman, setelah ditimbang dosa-dosanya lalu diputuskan untuk dijelmakan kembali menjadi hewan atau binatang melata, atau mungkin juga hanya ditakdirkan pagi lahir sore mati secara berulang berubah pulang pergi, pukul rata akan digusur ke Coan kiap se, dari sini baru dibagi untuk disebar ke berbagai tempat, menerima karma buruknya sendiri.
Coan kiap se adalah sebuah padang luas yang lapang, sekelilingnya dipagari besi. Bagian dalam dibagi menjadi delapan puluh satu sektor, tiap sektor didirikan peseban dan panggung, disini disiapkan sidang yang akan mengadili dan mencatat baik buruk manusia dikala hidupnya. Dibagian luar dipagari pagar besi terdapat jalan-jalan lorong kecil yang berliku-liku seluruhnya ada delapan belas ribu jumlahnya, semuanya berbelok-belok dan berputar kian kemari, disamping bisa menyesatkan lagi teramat gelap dan pekat.
Bagi manusia yang dikala hidupnya tidak berbakti terhadap orang tua atau yang suka berbuat sewenang-wenang, berbuat jahat dan suka membunuh maka setelah arwah halusnya mengalami siksa derita di neraka-neraka kecil, terakhir ia akan digiring ke Coan kiap se, setelah hakim disini memutuskan hukuman terakhir baru akan dirubah nasib atau karmanya menjadi hewan atau binatang unggas, itu berarti ia akan digiring masuk kelorong-lorong kecil yang berputar-putar dan gelap pekat itu. Di sini ia akan dilahirkan sebagai binatang unggas, ikan, ulat atau serangga itupun harus dijalani berulang kali sampai ribuan malah ada yang sampai laksaan kali putar balik. Bila selama tiga periode tidak pernah melukai atau mengancam jiwa sesamanya. Baru mungkin memperoleh pengampunan untuk ditingkatkan menjadi manusia kembali.
Satu hal perlu dijelaskan para hakim yang berdinas di Coan kiao se semua adalah orang-orang yang semasa hidupnya dahulu adalah anak-anak yang berbakti atau orang-orang yang pantang membunuh. Banyak beramal dan berbuat kebajikan. Pendek kata yang tidak punya dosa kesalahan.
Seperti kita maklumi bahwa arwah-arwah halus yang pernah menjalani hukuman di neraka, tentu pernah menyaksikan dan tahu segala seluk beluk keadaan yang terjadi di akhirat, baru setelah lulus dari segala hukuman itu mereka dititiskan kembali hidup menjadi manusia pula, sudah layak kalau dia masih ingat dan kesan mendalam masih terukir dalam sanubarinya tentang segala sesuatu yang serba seram dan menakutkan di akhirat itu dan bukan mustahil kalau di antara mereka ada yang membocorkan rahasia hukum Tuhan, oleh karena itu, Giok bong siang te menurunkan firmannya, mengutus Beng bo cun sia sebagai Yu bing li sin. Untuk membuat arwah itu melupakan pengalamannya selama ia dihukum di akhirat maka didirikanlah Auw bong thai. Setiap arwah halus setelah pernah menjalani hukuman dan akan dilahirkan kembali ke dunia harus naik ke Auw bong thai, di sini setiap arwah dipaksa menegak habis satu mangkok kuah yang khusus dibuat untuk membuat arwah itu melupakan pengalamannya selama berada di akhirat.
Auw bong thai terletak dalam ruang sidang kraton kesepuluh, di mana Coan lung ong berkuasa, tingginya beberapa tombak, terdapat seratus delapan kamar-kamar yang berada di sekitar panggung pelupaan ini. Menjurus ke arah timur terdapat sebuah lorong kecil yang lebarnya sekitar satu setengah kaki. Bagi arwah-arwah halus yang memperoleh ijin dari Coan lung ong untuk dilahirkan kembali ke dunia, maka dia harus masuk ke dalam lorong ini dan disana ia harus minum Auw bong theng atau kuah pelupaan. Kalau ada arwah yang licik dan licin, menolak minum kuah itu, maka petugas yang bertampang seram akan menggantol kedua kakinya, menusuk leher dengan tongkat besi lalu mencekok secara paksa, sedikit maupun banyak kuah itu toh pasti tertelan ke dalam perutnya.
Yang berkuasa dan bertugas di Auw bong thai atau panggung pelupaan ini bukan lain adalah Beng bo cun sin. Beliau dilahirkan pada jaman dinasti Han, sejak kecil ia sudah suka membaca buku syair juga berlaku sujud dan tekun membaca buku-buku agama, sering membaca mantra pula, begitu rajin dan ketekunannya amat mengharukan orang dan malaikat dewata, apalagi kemanapun ia pergi selalu beramal dan berbuat kebajikan, disamping juga menganjurkan orang lain meniru perbuatannya, pantang membunuh dan makan barang barang berjiwa meski hidup bersahaja sampai usia delapan puluh satu beliau masih seorang perawan yang suci bersih, walau rambut sudah ubanan tapi wajahnya masih kelihatan cantik jelita. Menjelang akhir hayatnya ia hanya tahu dirinya She beng. Maka pada jaman itu orang lebih suka memanggilnya Beng bo sin. Belakangan ia naik ke atas gunung bertapa seorang diri di tempat yang terpencil, hingga akhir dinasti Han, kabarnya beliau masih hidup segar, setelah beliau meninggal dunia itulah. Giok hong siang te segera mengutus malaikat memanggilnya dan memberikan tugas sebagai kepala yang berkuasa di Auw bong thai itu.
Kecuali Coan kiap se dan Auw bong thai masih ada apa yang disebut Bong si shia ( kota penasaran ) dan Hiat jiu ti ( empang darah ). Keduanya terletak di kanan kiri kraton dimana Hong to tayte berkuasa.
Bong si shia terletak disisi kanan kraton Hong to tayte dahulu orang beranggapan bahwa arwah halus dari manusia yang mati penasaran pasti dan harus dikumpulkan di kota penasaran ini, dan menerima ganjaran sesuai dengan perbuatannya, padahal anggapan itu sama sekali tidak betul, dalam hal ini perlu dimengerti, apakah arwah dari manusia yang mati penasaran itu sebelum ini pernah berbuat dosa, atau hanya karena dihina, dianiaya dan disakiti orang lain, sehingga ia mengalami hidup yang menggenaskan, bernasib jelek dan akhirnya mati penasaran, kalau betul demikian, tentu tiada alasan untuk membuatnya penasaran pula menjalani hukuman di Bong si shia bukan. Bilamana arwah-arwah itu melihat durjana pembunuh atau yang menyebabkan mereka mati masuk ke kota penasaran dan dengan mata kepala sendiri melihat mereka dihukum dan disiksa, tentu terlampias rasa dendam dan penasaran mereka. Dan keadaan seperti ini akan terus bertahan sampai arwah-arwah yang dicelakai ini akhirnya memperoleh kesempatan menitis dan hidup kembali di dunia. Sementara arwah-arwah jahat itu masih tetap dan harus digusur keberbagai neraka untuk menjalani hukuman yang berbeda ragam itu.
Sementara bagi orang-orang yang setia, berloyalitas tinggi, berbakti terhadap orang tua dan para pahlawan bangsa dan penegak keadilan atau tentara yang setia membela negara hingga korban jiwa dan raga mereka. Demikian pula bagi wanita yang gigih mempertahankan kesucian, mereka patut dan pantas memperoleh penghargaan, simpati dan diakhirat mereka akan diatur dengan baik dan adil sempurna bukan saja tidak perlu masuk ke kota penasaran mengalami kesengsaraan di sana, mereka akan diantar ketempat yang aman tentram, hidup makmur dan bahagia, malah ada yang di angkat menjadi malaikat untuk selanjutnya bebas dari kehidupan duniawi.
Hiat jin ti atau empang darah terletak disisi kiri kraton Hong to tayte. Dahulu pernah tersiar cerita yang menyimpang dari kebenaran, katanya wanita yang berdosa waktu melahirkan mengalami pendarahan atau keguguran, setelah mati ia akan dicemplungkan kedalam empang darah kotor yang benar bukan demikian kenyataanmya. Bahwa wanita melahirkan adalah untuk menyambung generasi mewarisi jiwa keturunan bangsa, hal ini sudah merupakan kodrat yang tak terbantahkan sejak dahulu kala.
Seumpama benar dia meninggal karena sukar melahirkan, pantasnya tidak akan dan tidak mungkin mengalami penderitaan lagi di akhirat. Kecuali wanita yang baru melahirkan dan bayinya belum genap berusia dua puluh hari, tapi menjemur pakaian dalamnya di tempat terang atau di tempat ketinggian dimana tempat itu dilalui orang banyak. Demikian juga bagi orang-orang yang semasa hidupnya suka membunuh unggas peliharaan atau tak kenal kasihan membunuh binatang, maka dosa-dosanya akan bertambah berat. Begitu pula manusia yang dimasa hidupnya, melihat orang lain menderita berusaha membantu atau menolongnya, apalagi yang membalas budi kebaikan orang lain dengan kejahatan, jelas setelah mati arwah halusnya akan dijebloskan kedalam telaga darah dan disiksa sesuai dengan kesalahanmya. Berat ringan hukuman arwah halus di telaga darah berdasarkan besar kecil dosa-dosa yang pernah dilakukan manusia itu dikala hidupnya di dunia.
Maka tersebutlah yang mulia Bun ciang te kun yang berkuasa disalah satu neraka yang disebut Pou lok. Tugas utama Bun ciang te kun adalah mengadili dan menyiksa manusia yang berjina atau mereka yang suka berbuat mesum. Di neraka Pou lok ini arwahnya akan disiksa selama seribu lima ratus tahun. Di neraka ini didirikan sebuah corong tembaga yang tinggi, sementara di bagian bawahnya dipasangi puputan api yang menyala, demikian juga bagian dalam corong tembaga itu bara juga berkobar, para pesakitan dipaksa untuk naik ke atas corong hingga badannya terbakar hangus. Begitu jatuh di tanah malaikat yang bertugas di sini akan mengebutnya dengan pusaka yang dibawanya, arwah itu akan pulih segar bugar kembali. Mulai dari awal hukuman serupa itu harus diulangi lagi entah sampai berapa kali yang pasti hukuman ini baru akan berhenti setelah masa hukumannya di neraka Pou lok ini sudah habis.
Demikian juga manusia di dunia yang mencetak buku dan mengarang cerita tentang hubungan laki perempuan, merusak akhlak dan moral muda-mudi, setelah mati arwahnya akan diseret ke dalam Bu kan giok. Di neraka ini sudah tersedia sebuah lumpang besi yang besar, terlebih dulu badannya dibaringkan di atas meja batu, diiris-iris lalu digodok disebuah kuali besar, dagingnya yang sudah matang dimasukjan ke dalam lumpang lalu ditumbuk sampai lumat. Dari neraka Bu kan giok ini masih harus disiksa juga di neraka Pou lok hingga habis masa hukumannya.
Put be tojin adalah seorang iman yang dimuliakan, namanyapun dikramatkan suatu hari beliau bercerita ” saya ini seorang miskin, pada bulan enam tahun Bouw sin saya menempuh perjalanan ke sebuah negeri yang terletak di wilayah Su coan, setiba di suatu tempat yang dinamakan Seng tou siang li koan, ditengah jalan raya saya bertemu guruku, beliau adalah Tam ji. Beliau menjelaskan secara rinci tentang perbedaan antara dunia fana dengan perjalanan arwah halus menuju ke neraka dan akhirat.
Di dunia fana lelaki atau perempuan, tua muda, besar dan kecil kalau melanggar hukum negara masih bisa minta ampun dan minta keringanan pada raja, bila perkaranya memang tidak membahayakan keselamatan negara, umumnya memang bisa memperoleh keringanan hukuman, malah ada pula pesakitan yang mestinya dihukum berat melarikan diri dan bebas dari siksa derita di dalam sel malah mungkin lolos dari hukuman mati.
Berbeda dengan di akhirat di sini tiada hukuman apa pun, berat maupun ringan yang boleh minta keringanan apalagi beroleh pengampunan dan jangan harap bisa meloloskan diri dari tanggung jawab hukuman yang semestinya ia jalani.
Hukuman disini bisa diperingan kalau pesakitan yang bersangkutan sudah menjalani hukuman dan menunjukan sifat baiknya serta benar-benar bertobat dan kapok karena itulah perlu diberikan penerangan kepada umat manusia didunia ini supaya selama hidupnya selalu berbuat kebajikan, beramal dan soleh lebih penting lagi tidak lupa bertakwa kepada tuhan. Untuk menyadarkan umat manusia dari segala kelaliman dan kemunafikan itulah, hari ini aku menerima dan kuberikan sejilid kitab suci Giok lek, cobalah disebarluaskan kitab suci ini untuk umat manusia agar mereka bisa mawas diri dan selanjutnya tidak melakukan kesalahan dan kejahatan ” setelah memberikan pesan dan menyerahkan kitab suci Giok lek beliau terbang keangkasa dan lenyap dibalik mega, sambil berlutut saya menerima kitab suci dan tugas mulia dari guru, sayang aku ini Put be tojin yang miskin lagi melarat mana mungkin mencetak dan memperbanyak kitab suci ini untuk umat manusia, terpaksa lewat penerangan dan kotbah-kotbah kuberikan penerangan dan tuntunan kepada umat manusia sesuai petunjuk yang ada dari buku Giok lek itu. Kutambahkan pula anjuran supaya setiap insan manusia di dunia ini selalu memanfaatkan kesempatan yang tepat bila mana para Sin bing, Kongco dan hudco turun kedunia hendaklah kamu bersumpah dan bertobat untuk tidak lagi melakukan kedosaan dan berjanji akan banyak berbuat amal, lebih bajik lagi kalau mencetak kitab suci Giok lek serta menyebarkan seluas-luasnya, lebih banyak lebih baik, karena lebih banyak pula umat manusia akan beroleh kesadarannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar