Ada cerita dalam sakka panha tentang seorang bhikkhu yang bernama mahasiva thera. Ini adalah contoh nyata tentang kesedihan bermanfaat yang membuat thera ini meraih kearahatan.
Mahasiva thera adalah seorang guru meditasi dengan banyak pengikut. Bhikkhu-bhikkhu yang melakukan praktek meditasi dibawah bimbingannya berhasil meraih kearahatan. Melihat kenyataan gurunya belum mencapai arahat, salah satu arahat, muridnya, meminta thera ini memberi pelajaran dhamma. Mahasiva thera berkata ia tidak memiliki waktu untuk memberi pelajaran karena telah mengisi seluruh hari dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan para muridnya, menyingkirkan keragu-raguan mereka, dan lain-lain.
Kemudian arahat muridnya berkata,
"Yang mulia, engkau seharusnya memiliki waktumu sendiri untuk melakukan perenungan dhamma di pagi hari".
"Kalau keadaan demikian terus, engkau bahkan tidak memiliki waktu untuk mati. Engkau selalu siap melayani orang lain. Tapi engkau tidak memiliki usaha untuk dirimu sendiri. Karena itu sejak saat ini aku tidak ingin mendengarkan pelajaran apapun darimu".
Kata muridnya yang kemudian terbang ke udara dan pergi dari hadapan gurunya.
Sekarang mahasiva thera baru menyadari bahwa muridnya datang tidak untuk belajar dhamma. Tapi untuk memperingakan agar lebih memperhatikan diri sendiri dan menyingkirkan keragu-raguannya.
Tidak lama setelah itu sang thera meninggalkan vihara. Kemudian ia mencari tempat yang cocok untuk berlatih meditasi pandangan terang dengan penuh disiplin.
Tapi, tidak seperti harapannya, meski telah berjuang keras dan menyakitkan ia gagal meraih kemajuan batin. Bahkan setelah berahun tahun ia masih jauh dari tujuan akhir.
Ia tengah menangis ketika muncul sesosok dewi. Dewi ini mulai menangis pula. Dewi ini berpikir dengan menangis ia akan meraih pengetahuan batin.
Kenyataan ini menyadarkan sang thera akan masalah sendiri. Setelah itu ia berusaha lebih keras dan berhasil memperoleh tingkat-tingkat pengetahuan yang membawanya ke tujuan akhir.
Cerita ini memberi pengetahuan bahwa para yogi pun bisa memperoleh tingkat-tingkat kesucian dalam waktu singkat melalui berbagai pengalaman. Sang thera gagal meraih tujuan akhir, meski berusaha keras karena konsentrasinya pecah. Hal ini berasal dari kemampuan teori dhamma yang dimilikinya.
Setelah menyadari hal itu muncul kesedihan. Kesedihan ini meningkatkan usahanya. Ini adalah kesedihan yang bermanfaat yang harus diterima.
Ada dua jenis kesedihan bermanfaat seperti tertulis dalam sakka panha sutta. Yang pertama disertai dengan vitaka-vicara ( pikiran yang terpecah-pecah ) dan yang lain tanpa vitaka-vicara. Tapi, kenyataan bila kita berpikir tentang kesedihan hal ini benar-benar nyata dan bukan suatu metafora.
Singkatnya, kesedihan dikatakan tidak bermanfaat jika berasal dari hasrat-hasrat indrawi atau sebab-sebab keduniawian. Sehingga kita harus mengabaikan pikiran-pikiran penyebab kesedihan. Jika kesedihan itu muncul secara spontan kita pun tidak boleh menyimpannya. Ia bisa hilang dengan sendirinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar