Secara jelas telah diterangkan di atas bahwa uccheda ditthi adalah suatu pandangan yang meyakini tidak adanya kehidupan apapun setelah kematian. Segala sesuatu berakhir setelah kematian. Inilah pandangan salah yang dibabarkan oleh petapa ajita, seorang yang terkenal dimasa kehidupan sang buddha.
Inti cara pandang ini adalah ; individu terbuat dari unsur-unsur atau elemen-elemen utama yakni tanah, air, api, dan udara. Setelah meninggal elemen air mengalir kedalam masa air. Elemen api berubah menjadi panas. Elemen udara mengalir bersama masa udara. Semua organ indera seperti penglihatan, pendengaran, pengecap, pembau, peraba, dan indra pemikir lenyap ke angkasa. Saat individu, apakah ia orang bijaksana atau orang bodoh meninggal, maka tubuhnya akan hancur dan lenyap. Tak ada yang tersisa setelah kematian.
Sewaktu berada di dalam jasad hidup, elemen tanah merubah diri ke dalam bentuk keras dan lunak. Tapi, ketika tubuh mati maka elemen tanah akan pergi dan menyatukan dirinya dengan tanah kembali. Diluar tubuh elemen tanah menjadi materi tanah, pathavi rupa, dimana pohon-pohon dan tanaman lain tumbuh diatasnya. Disisi lain, elemen air pada tubuh yang telah mati diasumsikan menjadi basah dan mencair kedalam materi air.
Konsep nihilisme dari cara pandang ajita tak mengenal adanya kesadaran. Semua kemampuan melihat, mendengar, dan lain-lain terkondisi oleh keadaan. Ketika merujuk kepada kemampuan ini mereka menggunakan istilah organ-organ indra. Lebih jauh, saat seseorang meninggal, seluruh materinya lenyap. Sementara itu, kemampuan indranya menguap ke angkasa. Tak peduli siapapun yang mati, apakah orang bijaksana atau orang bodoh, keberadaannya akan 'terputus' atau 'habis'.
Sewaktu orang bodoh meninggal dunia, tak akan ada kelahiran kembali sehingga ia tak perlu bertanggungjawab terhadap akusala kammanya atau perbuatan buruknya. Begitu juga dengan orang bijaksana yang meninggal dunia, tak ada karma baik yang berhubungan lain dengan dirinya.
Inilah cara pandang pertapa ajita yang terlihat menarik bagi mereka yang suka melakukan perbuatan buruk. Orang-orang ini menemukan landasan yang kuat untuk tak melakukan perbuatan baik. Sebab mereka beranggapan tak ada kehidupan setelah kematian. Argumentasi mereka adalah bahwa hanya ada hidup sebelum kematian. Bila memang demikian, pertanyaan lebih lanjut adalah : "apa itu hidup sebelum kematian ?"
Jawabnya, menurut kepercayaan ajita dan pengikutnya, adanya atta ( diri ) yang hidup atau satta ( keberadaan ). Walau pandangan ini mempercayai adanya empat elemen utama, atta atau satta tetap ada. Inilah kemelekatan terhadap adanya sesuatu yang suci didalam diri. Bagi kelompok orang yang percaya akan pandangan ini beranggapan bahwa tak perlu membuang buang waktu untuk melakukan perbuatan baik sebagai bekal dalam hidup mendatang. Karena keberadaan yang akan datang itu tidak ada. Sehingga mereka umumnya memenuhi hari-harinya dengan menikmati kesenangan sebanyak-banyaknya dalam satu kehidupan ini. Karena hanya kehidupan satu-satunya inilah yang mereka miliki.
Kemelekatan yang muncul dari cara pandang ketidakberadaan semacam ini dinamakan vibhavatanha.
Kelompok ini memperkenalkan gaya hidup penuh kenikmatan dan kesenangan karena semuanya akan lenyap setelah kematian. Secara alami kelompok ini memiliki banyak pengikut terdiri dari orang-orang yang suka melakukan perbuatan buruk, tak memiliki moral dan enggan menggumpulkan kebajikan. Karena tak ada apa pun lagi setelah kematian, maka tak ada kebutuhan untuk mengumpulkan kebajikan. Mereka yang bersandar pada cara pandang ini tidak suka dengan gagasan bahwa hidup akan secara konstan terbaharui. Dan ada akibat dari kamma baik dan kamma buruk yang mengikuti mereka seperti bayangan.
Jika tak ada kehidupan baru setelah kematian semua perbuatan buruk mereka akan berakhir dengan berakhirnya keberadaan. Orang-orang ini tak perlu bertanggung jawab terhadap semua perbuatannya, baik atau buruk. Karena perbuatan buruk yang mereka lakukan akan terhapus ketika mereka meninggal. Demikian juga semua perbuatan baik akan terhapus setelah meninggal dunia. Penganut vibhavatanha menemukan kepuasan pada pandangan tentang kehancuran total.
Vibhavatanha adalah kemelekatan atas obyek-obyek indra dalam satu kehidupan dimana ia percaya tak akan ada hari esok. Seseorang yang dilekati oleh jenis kemelekatan semacam ini akan menggali kenikmatan tanpa adanya pengekangan di dalamnya. Apa yang ia percayai adalah keyakinan yang membahagiakan bahwa semua makhluk akan lenyap atau habis setelah kematian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar