"Yang mulia nagasena, apakah sifat sifat yang harus dimiliki seorang bhikkhu agar dapat mencapai tingkat arahat?"
~ Keledai
"Seperti halnya, o baginda, seekor keledai, tidak akan beristirahat lama di mana pun ia berbaring; demikian juga seorang bhikkhu yang berniat mencapai tingkat arahat tidak akan beristirahat lama."
~ Ayam
"Seperti halnya ayam bertengger pada saat yang tepat; demikian juga seorang bhikkhu seharusnya segera melaksanakan tugas tugasnya setelah mengumpulkan dana makanan dan pergi ketempat yang sunyi untuk bermeditasi.
"Seperti halnya seekor ayam bangun pagi; demikian juga seorang bhikkhu seharusnya bangun pagi."
"Seperti halnya seekor ayam terus menerus mangais tanah mencari makan; demikian juga seorang bhikkhu seharusnya terus menerus merenungkan makanan yang dimakannya dengan berpikir; 'saya makan bukan untuk kenikmatan dan bukan untuk penampilan, melainkan hanya untuk menepis rasa sakit karena lapar dan agar saya dapat menjalankan kehidupan suci. Dengan demikian saya akan mengakhiri penderitaan'.
"Seperti halnya seekor ayam meskipun mempunyai mata namun buta di waktu malam; demikian juga seorang bhikkhu seolah olah buta ketika sedang bermeditasi, tidak memperhatikan objek objek indera yang mungkin akan menggangu konsentrasinya."
"Dan seperti halnya seekor ayam meskipun diusir dengan tongkat dan batu tidak meninggalkan tempat bertengger; demikian juga seorang bhikkhu tidak meninggalkan kewaspadaannya, tidak peduli apakah dia sedang sibuk membuat jubah, membangun, mengajar, mempelajari kitab suci atau melakukan apa pun."
~ Harimau kumbang
"Seperti halnya seekor harimau kumbang betina hanya hamil sekali dan tidak akan berpaling lagi pada yang jantan; demikian juga seharusnya seorang bhikkhu. Karena melihat penderitaan yang menjadi sifat kelahiran ulang, seorang bhikkhu memutuskan untuk tidak memasuki kelahiran yang mana pun di masa mendatang. Demikian ini telah di katakan oleh sang buddha, o baginda, di dalam dhaniya sutta di sutta nipata :
'Setelah mematahkan belenggu belenggu seperti banteng, dan seperti gajah yang telah mematahkan tanaman tanaman menjalar, maka tidak akan ada kelahiran bagiku. Jadi, curahkan hujan, o awan, jika engkau mau!'
~ Pohon bambu
"Seperti halnya pohon bambu berayun ke mana angin bertiup; demikian juga seharusnya seorang bhikkhu, fleksibel dan menyesuaikan diri pada ajaran.
~ monyet
"Seperti halnya seekor monyet tinggal di pohon besar yang rindang dan tertutup rapat oleh dahan dahan; demikian juga seorang bhikkhu seharusnya tinggal dengan guru terpelajar, yang patut dihormati dan mampu membimbingnya.
~ teratai
"Seperti halnya teratai tidak ternoda oleh air dimana ia dilahirkan dan tumbuh; demikian juga seharusnya seorang bhikkhu tidak ternoda oleh dukungan, persembahan dan penghormatan umatnya.
"Seperti halnya teratai terangkat di atas air; demikian juga seharusnya seorang bhikkhu berada jauh di atas keduniawian."
"Dan seperti halnya teratai bergetar karena hembusan angin sepoi; demikian juga seharusnya seorang bhikkhu gemetar walaupun hanya berpikir ingin melakukan kejahatan, karena melihat adanya bahaya di dalam kesalahan yang sekecil apa pun."
~ samudera
"Seperti halnya samudera melemparkan mayat ke pantai; demikian juga seorang bhikkhu seharusnya menyingkirkan kekotoran batin dari pikirannya."
"Seperti halnya samudera meskipun menyimpan banyak kekayaan tidak akan menggangkatnya keatas; demikian juga seorang bhikkhu seharusnya memiliki permata pencapaian tetapi tidak memamerkannya."
"Seperti halnya samudera berhubungan dengan makhluk makhluk yang besar; demikian juga seharusnya seorang bhikkhu berhubungan dengan sesama siswa yang hanya mempunyai sedikit keinginan, yang berbudi luhur, terpelajar dan bijaksana."
"Seperti halnya samudera tidak membanjiri pantainya; demikian juga seharusnya seorang bhikkhu tidak pernah melanggar moralitas sekalipun demi kehidupan."
"Dan seperti halnya samudera tidak meluap meskipun semua sungai mengalir ke dalamnya; demikian juga seorang bhikkhu tidak pernah bosan mendengarkan ajaran dan intruksi dharma, vinaya dan abhidhamma."
~ bumi
"Seperti halnya bumi besar ini tidak tergoyahkan oleh benda benda yang baik maupun buruk yang dilemparkan kepadanya; demikian juga seharusnya seorang bhikkhu tetap tidak tergoyahkan bila dipuji atau dicaci, didukung atau diabaikan."
"Seperti halnya bumi besar ini tidak berhias tetapi mempunyai aroma sendiri; demikian juga seorang bhikkhu tidak berhias wangi wangian tetapi memiliki keharuman moraritas."
"Seperti halnya bumi besar ini tidak kenal lelah walaupun ia menanggung banyak hal; demikian juga seorang bhikkhu tidak kenal lelah memberikan petunjuk, peringatan dan dorongan. "
"Dan seperti halnya bumi besar ini tidak mempunyai rasa benci dan suka; demikian juga seharusnya seorang bhikkhu tidak mempunyai kedengkian atau kesukaan."
~ air
"Seperti halnya air secara alami tetap tenang; demikian juga seorang bhikkhu memiliki sifat tidak munafik, tidak suka berkeluh kesah, tidak berbicara dengan maksud untuk memperoleh keuntungan, tidak berprilaku yang tercela, tetap tenang tak terganggu dan murni secara alami."
"Seperti halnya air selalu menyegarkan; demikian juga seharusnya seorang bhikkhu penuh kasih sayang, selalu mencari yang baik dan bermanfaat bagi semuanya."
"Dan seperti halnya air tidak pernah mencelakakan siapa pun; demikian juga seorang bhikkhu yang sungguh sungguh berusaha, tidak pernah melakukan kesalahan apa pun yang menyebabkan pertengkaran, atau perselisihan, atau kemarahan, atau ketidakpuasan. Demikian ini telah dikatakan oleh sang buddha dalam kanha jataka :
"O sakka, raja seluruh dunia, sebuah pilihan kau nyatakan :
Tidak seharusnya ada makhluk yang dilukai untukku,
O sakka, di mana pun, tidak di tubuh tidak pula di pikiran :
Ini, sakka, adalah harapanku.'"
~ bulan
"Seperti halnya bulan berubah semakin besar dari hari ke hari sampai purnama; demikian juga seorang bhikkhu seharusnya meningkatkan sifat sifatnya yang baik dari hari ke hari."
~ raja semesta
"Seperti halnya raja semesta disenangi rakyatnya karena empat landasan ketenaran ( kemurahan hati, keramah tamahan, keadailan dan sifatnya yang tidak memihak); demikian juga seharusnya seorang bhikkhu itu disenangi oleh para bhikkhu dan umat awam.
"Seperti halnya raja semesta tidak mengizinkan para perampok berdiam di daerahnya; demikian juga seorang bhikkhu seharusnya tidak mengizinkan pikiran yang jahat, yang bernafsu atau yang kejam berdiam di dalam pikirannya.
"Dan seperti halnya raja semesta berkelana ke seluruh dunia memeriksa yang baik dan jahat; demikian juga seorang bhikkhu seharusnya memeriksa dirinya dengan seksama sehubungan dengan buah pikirnya, ucapan, dan perbuatannya.
~ gajah
"Seperti halnya gajah memutar seluruh tubuh ketika memandang sekeliling; demikian juga seorang bhikkhu seharusnya selalu waspada dan sepenuhnya menyadari gerak jalannya."
~ bangau india
"Seperti halnya seekor bangau india memperingatkan orang orang tentang nasib mereka di masa mendatang dengan suaranya; demikian juga seorang bhikkhu seharusnya memperingatkan orang orang tentang nasib di masa mendatang dengan mengajarkan dhamma.
~ kelelawar
"Seperti halnya seekor kelelawar tidak merugikan bila mengunjungi rumah seseorang; demikian juga seharusnya seorang bhikkhu tidak merugikan rumah seseorang karena mudah di layani dan memikirkan kesejahteraan mereka."
~ ular batu
"Seperti halnya seekor ular batu dapat bertahan hidup selama beberapa hari tanpa makan; demikian juga seorang bhikkhu seharusnya dapat terus bertahan meskipun dia hanya menerima sedikit makanan. Demikian yang telah dikatakan oleh yang mulia sariputta:
'Tak peduli makanan basah atau kering yang dia makan, tidak pernah dia membiarkan dirinya kekenyangan. Petapa yang baik meninggalkan keduniawian di dalam kekosongan, dan tetap makan secukupnya saja. Jika dia hanya mendapatkan empat atau lima suap, biarlah dia minum air, karena hal itu bukan masalah bagi orang yang pikirannya terpusat untuk menuju ke tingkat arahat.'
~ tukang kayu
"Seperti halnya seorang tukang kayu membuang bagian kayu yang lunak dan hanya menggunakan bagian kerasnya saja; demikian juga seorang bhikkhu seharusnya membuang pandangan pandangan salah seperti misalnya keabadian, kenihilan, jiwa adalah tubuh, jiwa adalah satu hal sedangkan tubuh adalah hal lain, semua ajaran sama baiknya, yang tidak terkondisi adalah tidak mungkin, tindakan manusia tidak ada gunanya, tidak ada kehidupan suci, ketika satu makhluk mati maka lahirlah satu makhluk baru, ada hal hal yang terkondisi secara abadi ada, seorang yang bertindak akan langsung mengalami buah perbuatannya, seorang bertindak namun orang lainlah yang akan menerima akibatnya, serta segala macam pandangan salah lain mengenai akibat karma ( niat ) dan kiriya ( perbuatan ). Setelah membuang ide tentang kekosongan yang merupakan sifat sejati dari hal hal yang terkondisi."
~ pot air
"Seperti halnya pot air yang penuh tidak menimbulkan suara; demikian juga seorang bhikkhu tidak banyak mulut meskipun banyak yang dia ketahui. Demikian ini telah di katakan oleh sang buddha :
'Dengarkan suara air. Dengarkan suara air yang mengalir melalui celah jurang dan bebatuan. Sungai yang kecillah yang menimbulkan suara keras. Sungai yang besar mengalir tanpa suara.
Yang kosong bersuara sedangkan yang penuh tenang. Kebodohan seperti pot yang setengah berisi; orang bijaksana bagaikan danau yang penuh air.'
Pada akhir perdebatan antara bhikkhu thera dan raja ini, bumi ini bergetar enam kali, kilat menyambar dilangit dan para dewa menaburkan bunga dari surga. Milinda dipenuhi oleh sukacita di dalam hatinya dan semua kesombongan lenyap dari dalam dirinya. Dia tidak meragukan tiga permata dan tidak lagi keras kepala. Bagaikan seekor ular kobra yang tidak lagi memiliki taring, raja kemudian berkata, "luar biasa, yang mulia nagasena! Teka teki, yang layak dipecahkan oleh seorang buddha, telah yang mulia pecahkan. Tidak ada seorang pun seperti anda di antara pengikut sang buddha, kecuali yang mulia sariputta. Maafkan segala kesalahanku, nagasena. Semoga yang mulia sudi menerimaku sebagai pengikut, sebagai orang yang telah menemukan perlindungan selama hidupnya."
Dan raja milinda, beserta para prajuritnya, menopang bhikkhu thera itu beserta sejumlah besar pengikutnya. Raja membangun tempat tinggal yang diberi nama vihara milinda. Kemudian dia menyerahkan tahta kerajaan kepada putranya. Setelah meninggalkan kehidupan berumah tangga, milinda mengembangkan pandangan terang dan mencapai tingkat arahat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar