Selama jam jaga ketiga malam itu, dia mencapai jalan dan buah kebijaksanaan pertama, jalan dan buah kebijaksanaan kedua, jalan dan buah kebijaksanaan ketiga, dan Jalan dan buah kebijaksanaan keempat - satu persatu. Jalan kebijaksanaan memberantas kekotoran batin- nya langkah demi langkah tanpa sisa. Dia akhirnya mencapai pengetahuan tentang proses pemusnahan kekotoran batin ( asavakkhaya nana ). Dia menjadi seorang buddha, seorang arahat.
Ini adalah kata kata sang buddha :
"Bhikkhu, sebelum pencerahanku, saat aku masih bodhisatta, belum sepenuhnya tercerahkan, hal ini terlintas pada- ku : aduh, dunia ini telah jatuh dalam kesulitan, ada kelahiran, pembusukan dan ada kematian ; dan jatuh ke alam lain dan terlahirkan kembali. Tidak satu pun yang tahu jalan keluar dari penderitaan ini, penuaan dan kematian. Kapan pembebasan dari penderitaan, penuaan dari penderitaan, penuaan dan kematian ini ditemukan ?"
Kemudian, bhikkhu, terpikir olehku : " dengan adanya apa, penuaan dan kematian akan ada ? Apa yang mengkondisikan penuaan dan kematian ? Dan kemudian, bhikkhu, melalui perhatian seksama, realisasi muncul padaku "dengan adanya kelahiran, penuaan dan kematian akan datang. Kelahiran mengkondisikan penuaan dan kematian."
Kemudian terpikir oleh- ku: " apa yang mengkondisikan kelahiran ( jati )?" " melalui perhatian seksama, realisasi muncul padaku " keinginan untuk menjadi ( bhava ) mengkondisikan kelahiran ( jati )."
" apa yang mengkondisikan keinginan untuk menjadi ( bhava )?" " melalui perhatian seksama, realisasi muncul pada- ku: "kemelekatan ( upadana ) mengkondisikan keinginan untuk menjadi ( bhava )."
" apa yang mengkondisikan kemelekatan ( upadana ) muncul pada- ku: " nafsu keinginan ( tanha ) mengondisikan kemelekatan ( upadana )."
" apa yang mengkondisikan nafsu keinginan ( tanha )?" "melalui perhatian seksama, realisasi muncul pada- ku: "perasaan ( vedana ) mengkondisikan nafsu keinginan ( tanha )."
" apa yang mengkondisikan perasaan ( vedana )?". " melalui perhatian seksama, realisasi muncul pada- ku: kontak ( phassa ) mengkondisikan perasaan ( vedana )."
" apa yang mengkodisikan kontak ( phassa )?" " melalui perhatian seksama, realisasi muncul pada- ku: " enam landasan indera ( salayatana ) mengkondisikan kontak ( phassa )."
" apa yang mengkondisikan enam landasan indera ( salayatana )?" " melalui perhatian seksama, realisasi muncul pada- ku: "batin dan materi ( nama - rupa ) mengkondisikan landasan enam indera ( salayatana )."
" apa yang mengkondisikan batin dan materi ( nama- rupa )?" "melalui perhatian seksama, realisasi muncul pada- ku: " kesadaran ( vinnana ) mengkondisikan batin dan materi ( nama- rupa )."
" apa yang mengkondisikan kesadaran ( vinnana )?" " melalui perhatian seksama, realisasi muncul pada- ku: "bentuk bentuk berkehendak ( sankhara ) mengkondisikan ( vinnana )."
" apa yang mengkondisikan bentuk bentuk berkehendak ( sankhara )?" " melalui perhatian seksama, realisasi muncul padaku: " avijja mengkondisikan bentuk bentuk berkehendak ( sankhara )."
" asal mula, asal mula" - maka, bhikkhu, sehubungan dengan hal hal yang belum pernah terdengar sebelumnya, muncul dalam diri- ku visi, pengetahuan, kebijaksanaan, pengetahuan sejati dan cahaya."
Kemudian boddhisatta kita mengarahkan perhatian yang seksama untuk pemadaman.
"Kemudian, bhikkhu, terpikir olehku: "dengan tidak adanya apa, maka penuaan dan kematian tidak ada ? Dengan berakhirnya apa, penuaan dan kematian berakhir ?"
" melalui perhatian cermat, realisasi yang jelas pada- ku: " ketika tidak ada kelahiran, penuaan dan kematian tidak ada; dengan berakhirnya kelahiran, penuaan dan kematian berakhir."
" dengan berakhirnya keinginan untuk menjadi, kelahiran berakhir."
" dengan berakhirnya kemelekatan, keinginan untuk menjadi berakhir."
" dengan berakhirnya nafsu keinginan, kemelekatan berakhir."
" dengan berakhirnya perasaan, nafsu keinginab berakhir."
" dengan berakhirnya kontak, perasaan berakhir."
" dengan berakhirnya enam landasan indera, kontak berakhir."
" dengan berakhirnya batin dan materi, enam landasan indera berakhir."
" dengan berakhirnya kesadaran, batin dan materi berakhir."
" dengan berakhirnya bentuk bentuk berkehendak, kesadaran berakhir."
" dengab berakhirnya avijja, bentuk bentuk berkehendak berakhir."
" dengan berakhirnya bentuk bentuk berkehendak, kesadaran berakhir.
Begitulah pemadaman dari seluruh penderitaan."
Saat jam jaga malam ketiga tersebut, setelah mempertimbangkan hubungan sebab akibat antara dua belas faktor sebab akibat yang saling bergantungan, bodhisatta kembali mengembangkan konsentrasi anapannasati sampai jhana keempat. Dia kemudian merenungkan ketidakkekalan ( anicca ), penderitaan ( dukkha ), dan tanpa inti ( anatta ) sifat dasar batin dan materi, dengan penyebab dan akibatnya.
Bodhisatta mengembangkan :
Pengetahuan tentang pemahaman ( sammasanna nana )
Pengetahuan tentang timbul dan tenggelamnya ( udayabhaya nana )
Pengetahuan tentang disolusi ( bhanga nana )
Pengetahuan tentang ketakutan ( bhaya nana )
Pengetahuan tentang rasa takut ( bhaya nana )
Pengetahuan tentang ketidaksempurnaan ( adhinava nana )
Pengetahuan tentang kekecewaan / kejenuhan ( nibbida nana )
Pengetahuan tentang keinginan kebebasan ( muncitukamyata nana )
Pengetahuan tentang perenungan ( patisankha nana )
Pengetahuan tentang keseimbangan terhadap bentuk bentuk batin ( sankharupekkha nana )
Pengetahuan tentang kesesuaian ( anuloma nana )
Pengetahuan tentang perubahan ke kesucian ( gothabhu nana ).
Kemudian empat jalan kebijaksanaan dan empat buah kebijaksanaan ( magga phala nana ) muncul didalam diri nya dengan cepat, satu demi satu. Jalan kebijaksanaan memberantas kekotoran batinnya langkah demi langkah tanpa tersisa. Bodhisatta kemudian menjadi seorang buddha, seorang arahat. Kemudian pengetahuan peninjauan muncul dalam dirinya.
Kita sekarang tahu bahkan bodhisatta kita telah mengembangkan seluruh dari enam belas pengetahuan kebijaksanaan yang merupakan prasyarat penting untuk merealisasi nibbana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar